Dow Jones Tertekan, Nasdaq Cetak Rekor Tembus ke Level 10 Ribu

Nasdaq Composite menguat ke rekor tertinggi secara singkat menembus level di atas 10 ribu untuk pertama kalinya.

oleh Septian Deny diperbarui 10 Jun 2020, 06:33 WIB
Diterbitkan 10 Jun 2020, 06:30 WIB
saham-wall-street-131104d.jpg
Wall Street

Liputan6.com, Jakarta - Indeks saham di Amerika Serikat (AS) ditutup beragam pada perdagangan Selasa (Rabu waktu Jakarta). Nasdaq Composite menguat ke rekor tertinggi secara singkat menembus level di atas 10 ribu untuk pertama kalinya.

Hal ini didorong perusahaan-perusahaan teknologi utama mendapatkan keuntungan dari dibukanya kembali ekonomi.

Dikutip dari CNBC, Rabu (10/6/2020), Nasdaq naik 0,29 persen dan menutup perdagangan pada level 9,953.75, di bawah level tertinggi sepanjang masa di atas 10 ribu yang dicapai sebelumnya pada hari itu.

Amazon dan Apple masing-masing naik 3 persen dan 3,1 persen, dengan masing-masing mencatat rekor tertinggi sepanjang masa selama sesi perdagangan. Facebook naik 3,1 persen, lebih tinggi dan Netflix naik 3,47 persen. Google-parent Alphabet menambahkan 0,28 persen.

Sementara itu, Dow Jones Industrial Average turun 300,14 poin atau 1,09 persen dan mengakhiri kenaikan beruntun dalam enam sesi di level 27.272,30. S&P 500 turun 0,78 persen menjadi 3,207.18.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Optimisme Pelaku Pasar

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Spesialis Michael Mara (kiri) dan Stephen Naughton berunding saat bekerja di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Para pelaku pasar optimis dengan meningkatkan sinyal ekonomi di tengah aksi unjuk rasa di AS, termasuk laporan data pekerjaan yang jauh lebih baik dari perkiraan pekan lalu.

Departemen Tenaga Kerja mengatakan menambahkan 2,5 juta pekerjaan pada Mei dan menjadi sebuah rekor. Ekonom yang disurvei oleh Dow Jones memperkirakan penurunan lebih dari 8 juta.

"Poin data terbaru seperti laporan pekerjaan dan pembaruan perusahaan tidak seburuk yang ditakuti telah memicu pandangan bahwa penurunan terburuk mungkin ada di belakang kita," kata tim analis RBC Capital Markets kepada klien.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya