Wall Street Menguat Tersulut Harapan Stimulus hingga Vaksin COVID-19

Bursa saham Amerika Serikat atau wall street menguat seiring investor mempertimbangkan laporan keuangan hingga distribusi vaksin.

oleh Agustina Melani diperbarui 20 Jan 2021, 05:48 WIB
Diterbitkan 20 Jan 2021, 05:47 WIB
Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Director of Trading Floor Operations Fernando Munoz (kanan) saat bekerja dengan pialang Robert Oswald di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan saham Selasa waktu setempat seiring investor mempertimbangkan hasil kinerja perusahaan di tengah musim laporan keuangan.Tak hanya itu, investor juga mencermati sinyal stimulus besar lainnya dan laju distribusi vaksin COVID-19 yang lebih cepat.

Pada penutupan perdagangan pada Selasa, 19 Januari 2021, indeks saham Dow Jones naik 116,26 poin atau 0,4 persen menjadi 30.930,52.

Indeks saham S&P 500 naik 0,8 persen menjadi 3.798,91, dipimpin oleh sektor energi dan jasa komunikasi. Indeks saham Nasdaq bertambah 1,5 persen menjadi 13.197,18.

Beberapa saham teknologi menguat dari kerugian minggu lalu. Saham Facebook dan Alphabet masing-masing naik 3,9 persen dan 3,3 persen. Sementara itu, saham Microsoft naik 1,8 persen, demikian juga saham Apple dan Amazon.

Sedangkan saham Goldman Sachs melemah 2,3 persen seiring pelaku pasar merealisasikan keuntungan setelah kinerja bank untuk laba dan pendapatan kuartal IV 2020 melampaui harapan.

Saham Bank of America merosot 0,7 persen setelah bank membukukan pendapatan kuartalan yang meleset dari harapan. Laba bersih tumbuh sedikit di atas perkiraan.

Berdasarkan data Bank of America, pada minggu pertama musim laporan keuangan, 88 perusahaan yang masuk S&P 500 membukukan EPS melebihi perkiraan.

Sementara itu,pelaku pasar yakin pendapatan kuartal IV tumbuh lebih kuat dan sudah diperhitungkan, kini pelaku pasar fokus pada prospek 2021. Selain itu, dari stimulus fiskal juga diharapkan dapat meningkatkan laba.

"Kami berharap investor akan melihat hasil kuartal IV dan fokus pada komentar perusahaan tentang lintasan pemulihan pada 2021. Saat investor melihat 2021, kebijakan tetap menjadi pendorong utama keuntungan perusahaan,” ujar Kepala Strategi Goldman Sachs, David Kostin, seperti dilansir dari CNBC, Rabu (20/1/2021).

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Pernyataan Yellen

Janet Yellen, pemimpin departemen keuangan AS yang ditunjuk oleh presiden terpilih Joe Biden.
Janet Yellen, pemimpin departemen keuangan AS yang ditunjuk oleh presiden terpilih Joe Biden. (Twitter/ @NewYorkFed)

Calon Menteri Keuangan AS Janet Yellen hadir di depan Komite Keuangan Senat pada Selasa waktu setempat. Yellen meminta pemerintah federal memberlakukan stimulus besar untuk membantu perekonomian.

“Baik presiden terpilih, maupun saya, tidak mengusulkan paket bantuan ini tanpa apresiasi atas beban utang negara. Tapi sekaran dengan suku bunga terendah dalam sejarah, hal paling cerdas yang dapat kami lakukan adalah bertindak besar,” ujar Yellen.

"Saya yakin manfaatnya akan jauh lebih besar dari pada biayanya, terutama jika kita peduli untuk membantu orang yang telah berjuang untuk waktu yang sangat lama,” ia menambahkan.


Pelantikan Joe Biden

FOTO: Joe Biden - Kamala Harris Sampaikan Pidato Kemenangan Pilpres AS 2020
Presiden terpilih Joe Biden saat menyampaikan pidato kemenangan Pilpres AS 2020 di Wilmington, Delaware, Amerika Serikat, Sabtu (7/11/2020). Joe Biden dan Kamala Harris memenangkan Pilpres AS 2020. (AP Photo/Andrew Harnik)

Presiden terpilih AS Joe Biden dilantik pada Rabu waktu setempat akan meluncurkan bantuan ekonomi senilai USD 1,9 triliun seiring AS mencoba menangani pandemic COVID-19.

“Saham kemungkinan besar akan kembali naik setelah mengakhiri konsolidasi yang sehat,” ujar pemilik Fundstrat’s Tom Lee.

Kepala Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS Dr Rochelle Walensky menuturkan, dia yakin AS akan memiliki cukup dosis vaksin untuk memenuhi target pemerintahan untuk suntik 100 juta orang dalam 100 hari.

“Tahap awal peluncuran vaksin lebih lambat dari yang diharapkan karena jenis virus yang lebih menular menyebar, tetapi kami tidak melihat ini secara material mengubah dampak ekonomi kumulatif dari guncangan virus,” ujar Kepala BlackRock Investment Institut Jean Boivin.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya