Wall Street Merosot Imbas Investor Tunggu Rincian Paket Stimulus Joe Biden

Wall street melemah didorong saham teknologi dan pelaku pasar menanti rincian paket stimulus dari Presiden Terpilih AS Joe Biden.

oleh Dian Tami Kosasih diperbarui 15 Jan 2021, 06:21 WIB
Diterbitkan 15 Jan 2021, 06:21 WIB
Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi spesialis David Haubner (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah tipis pada perdagangan Kamis waktu setempat didorong saham teknologi yang tertekan. Wall street merosot karena pelaku pasar menunggu rincian paket stimulus ekonomi yang besar oleh Presiden Terpilih AS Joe Biden.

Pada perdagangan Kamis, 14 Januari 2021, wall street tertekan seiring indeks saham Dow Jones yang tergelincir 68,95 poin atau 0,2 persen ke posisi 30.991,52. Indeks saham Nasdaq merosot 0,1 persen menjadi 13.112,64 setelah mencapai level tertinggi sepanjang masa di awal sesi. Indeks saham S&P 500  susut 0,4 persen ke posisi 3.795,54.

Saham Facebook susut 2,4 persen. Sementara itu, saham Amazon, Netflix, Microsoft, Apple kompak turun lebih dari satu persen. Saham Alfabet melemah 0,9 persen.

Presiden terpilih AS Joe Biden diharapkan mengungkap rencana stimulus yang akan mencakup dorongan untuk pembayaran langsung USD 600, perpanjangan asuransi pengangguran yang meningkat, dan dukungan untuk pemerintah negara bagian dan lokal. CNN melaporkan, stimulus dapat mencapai USD 2 triliun. Sedangkan New York Times ungkap dapat mencapai USD 1,9 triliun.

Pendiri Vital Knowledge Adam Crisafulli dalam catatannya paket stimulus USD 2 triliun sejalan dengan ekspektasi pasar sehingga mengangkat wall street.

Sentimen lainnya pada awal sesi perdagangan yaitu data uji coba menunjukkan vaksin COVID-19 Johnson&Johnson dengan satu dosis aman dan menghasilkan respons kekebalan yang menjanjikan. Saham Johnson&Johnson naik 1,8 persen.

Namun, investor juga mencerna data klaim pengangguran yang lebih buruk dari perkiraan. Klaim pertama kali untuk asuransi pengangguran melonjak menjadi 965 ribu pada pekan lalu. Angka ini lebih tinggi dari perkiraan klaim baru sebanyak 800 ribu.

Pasar saham cenderung bertahan di sesi sebelumnya bahkan ketika anggota DPR memilih untuk memakzulkan Presiden Donald AS kedua kalinya. Donald Trump pun menjadi presiden AS pertama yang pernah dimakzulkan dua kali. Hal ini seiring mayoritas bipartisan menuduh Trump menghasut kerusuhan di Capitol AS pada pekan lalu.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Kebijakan The Fed

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Spesialis Michael Mara (kiri) dan Stephen Naughton berunding saat bekerja di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Di sisi lain,tingkat suku bunga telah naik pada 2021 di tengah prospek peningkatan stimulus fiskal Amerika Serikat (AS) setelah Demokrat mengamankan mayoritas di DPR dan Senat. Harapan inflasi juga meningkat baru-baru ini. Namun, pejabat the Federal Reserve telah mencatat kebijakan moneter akan tetap mudah di masa mendatang.

"Ketika saatnya tiba untuk menaikkan suku bunga, kami pasti akan melakukannya, dan saat itu, tidak ada waktu lagi,” ujar Ketua The Federal Reserve Jerome Powell, demikian dilansir dari CNBC, Jumat, (15/1/2021).

Kepala AmeriVet Securities, Gregory Faranello menuturkan, the Federal Reserve akan terus meransang ekonomi . “Jika mereka akan meruncing, dunia akan mengetahuinya, tapi untuk saat ini, semua pembicaraan tentang pengurangan pada dasarnya telah dihentikan,” ujar Gregory.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya