IHSG Berpeluang Koreksi, Cek Saham Pilihan pada Awal Pekan

Perpanjangan PPKM masih menjadi sentimen negatif untuk laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Senin, 25 Januari 2021.

oleh Agustina Melani diperbarui 25 Jan 2021, 07:30 WIB
Diterbitkan 25 Jan 2021, 06:00 WIB
FOTO: PPKM Diperpanjang, IHSG Melemah Pada Sesi Pertama
Karyawan melihat layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/1/2021). Pada hari ini, IHSG melemah pada penutupan sesi pertama menyusul perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi melemah pada perdagangan saham Senin, (25/1/2021). Perpanjangan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) dan rencana stimulus Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Bieden akan pengaruhi pasar saham.

Direktur Anugerah Mega Investama, Hans Kwee mengatakan, sentimen global dan internal akan bayangi laju IHSG pada. Dari global, optimisme pemerintahan AS di bawah pimpinan Joe Biden memberikan angin segar untuk pasar saham. Biden juga akan agresif mengeluarkan paket stimulus.

Setelah rencana paket stimulus pertama senilai USD 1,9 triliun untuk penanganan COVID-19, Biden dikabarkan keluarkan paket stimulus tahap dua untuk pemulihan ekonomi AS.

"Paket stimulus AS pertama ditentukan Februari awal. Kemudian ada paket stimulus kedua untuk pemulihan ekonomi seperti kurangi kesenjangan ekonomi, ini akan berdampak positif ke pasar dengan stimulus besar. Investor mempertimbangkan hal itu," ujar Hans saat dihubungi Liputan6.com.

Meski demikian, Hans menuturkan, stimulus besar akan mendorong imbal hasil obligasi AS. Dengan ada stimulus besar diharapkan dapat memulihkan ekonomi global.

Selain itu, menurut Hans, pelaku pasar saham juga mencermati program vaksinasi di AS. Biden akan mempercepat program vaksinasi di AS. Akan tetapi, realisasi di lapangan masih lambat. Hans menuturkan, ketersediaan vaksin juga belum merata ke sejumlah negara. "Kalau sentimen laba korporasi sudah terdiskon," ia menambahkan.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Sentimen Dalam Negeri

Akhir tahun 2017, IHSG Ditutup di Level 6.355,65 poin
Pekerja tengah melintas di bawah papan pergerakan IHSG usai penutupan perdagangan pasar modal 2017 di BEI, Jakarta, Jumat (29/12). Perdagangan bursa saham 2017 ditutup pada level 6.355,65 poin. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Dari dalam negeri, Hans menilai perpanjangan PPKM di sejumlah wilayah di Indonesia selama dua minggu 8 Februari 2021 masih memberi sentimen negatif ke pasar.

Di sisi lain, kasus COVID-19 juga masih meningkat menjadi perhatian pelaku pasar.Hans memprediksi, IHSG masih berpeluang melemah pada Senin, 25 Januari 2021. Sedangkan dalam sepekan, IHSG akan konsolidasi melemah.

"IHSG akan berada di level support 6.283-6.150 dan level resistance 6.350-6.504," kata dia.

Sementara itu, Analis PT Binaartha Sekuritas Nafan Aji menuturkan, pertemuan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve akan pengaruhi laju IHSG pada pekan ini. The Federal Reserve akan tetap mempertahankan bunga acuan 0,25 persen. Pelaku pasar juga menanti rincian quantative easing (QE).

Hal senada dikatakan Presiden Direktur PT Indosurya Bersinar Sekuritas William Surya Wijaya. William menuturkan, pergerakan IHSG masih berpotensi koreksi hingga beberapa waktu mendatang.

Akan tetapi, aliran dana investor asing yang mulai kembali ke pasar saham Indonesia dapat membuka kenaikan IHSG dalam jangka pendek. "IHSG bergerak di 6.260-6.390," ujar dia.

Saham Pilihan

IHSG Menguat 11 Poin di Awal Tahun 2018
Suasana pergerakan perdagangan saham perdana tahun 2018 di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (2/1). Perdagangan bursa saham 2018 dibuka pada level 6.366 poin, angka tersebut naik 11 poin. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Untuk pilihan saham, William memilih sejumlah saham yang dapat dicermati pelaku pasar antara lain, saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Gudang Garam Tbk (GGRM), dan PT Astra International Tbk (ASII).

Sedangkan Hans memilih saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Malindo Feedmill Tbk (MAIN), PT Vale Indonesia Tbk (INCO), PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG).Adapun analisis teknikalnya:

1.MAIN berpeluang menguat, area akumulasi di level 745 sampai 810. Area cut loss bila turun di bawah level 730 dan target penguatan ke level 845 sampai 910.

2.BMRI berpeluang melemah, area sos di level 7.450 sampai 7.125. Area buy back jika break level 7.600 dan target pelemahan ke level 6.800 sampai 6.600.

3. INCO berpeluang melemah, area sos di level 6.875 sampai 6.275. Area buy back jika break level 7.050 dan target pelemahan ke level 6.000 sampai 5.800.

4.TBIG berpeluang melemah, area sos di level 2.270 sampai 2.100. Area buy back jika break level 2.350 dan target pelemahan ke level 2.000 sampai 1.950.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya