Awal 2021, Indeks Sektor Saham Teknologi Melonjak 204,25 Persen

BEI ingin mengundang sebanyak-banyaknya perusahaan teknologi untuk mencatatkan saham perdana di pasar modal Indonesia.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 23 Feb 2021, 17:01 WIB
Diterbitkan 23 Feb 2021, 17:01 WIB
Ilustrasi Startup, Perusahaan Teknologi, Cloud, Komputasi Awan
Ilustrasi Startup, Perusahaan Teknologi, Cloud, Komputasi Awan. Kredit: Freepik

Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) resmi meluncurkan dan menerapkan klasifikasi industri yang baru yakni IDX Industrial Classification atau IDX-IC. Pasca implementasinya, tercatat sektor Teknologi IDXTECHNO yang paling tinggi pertumbuhannya.

"Leading sector untuk tahun ini ada di kelompok IDXTECHNO dengan kenaikan 204,25 persen,” papar Direktur Pengembangan BEI, Hasan Fawzi dalam Edukasi Wartawan Pasar Modal - Peran Media dalam Mencerdaskan Investor Ritel Indonesia, Selasa (23/2/2021).

Kendati begitu, proporsi market capital (MC) dari sektor ini sayangnya masih kecil yakni 0,87 persen. Sementara posisi kedua yang mencatatkan pertumbuhan adalah dari keuangan atau IDXFINANCE yakni 11,61 persen.

"Keuangan ini sektor yang paling dominan di bursa kita, mencatatkan angka pertumbuhan yang tinggi 11,6 persen dan porsinya tidak kurang dari 38,16 persen,” kata Hasan.

Adapun proporsi MC sebesar 38,16 persen. Selanjutnya ada barang baku IDXBASIC yang naik 11,42 persen dengan MC 12,00 persen, dan perindustrian IDXINDUST naik 5,64 persen dengan MC 6,84 persen.

"Ini juga menjadi PR (pekerjaan rumah) kami di bursa. Kami ingin mengundang sebanyak-banyaknya teknologi yang mewakili new ekonomi. Jadi ekonomi gelombang baru ini kita ingin juga mengimbangi proporsi yang ada di bursa kita,” ungkap dia.

BEI berharap, proporsi dan demografi keterwakilan new economy di saham yang dicatatkan semakin lama semakin dominan.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Penawaran Saham Perusahaan Teknologi

IHSG
Pekerja berbincang di dekat layar indeks saham gabungan di BEI, Jakarta, Selasa (4/4). Pada pemukaan indeks harga saham gabungan (IHSG) hari ini naik tipis 0,09% atau 4,88 poin ke level 5.611,66. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, CEO PT Sucor Sekuritas Bernadus Wijaya menilai Indonesia juga akan masuk tren saham emiten teknologi pada 2021. Hal ini seiring pandemi COVID-19 membuat masyarakat lebih banyak beraktivitas di rumah dan membutuhkan teknologi, sehingga mendukung performa perusahaan teknologi.

"Saham teknologi di Amerika Serikat cukup kuat dibandingkan negara berkembang termasuk Indonesia. Indeks saham Nasdaq yang isinya emiten merupakan perusahaan teknologi, bahwa PE atau price earning ratio (PE) yang dicanangkan 100 ke atas. Di sini terkait emiten teknologi di kala pandemi malah performa cukup baik karena orang tidak bisa ke luar rumah sehingga memakai Amazon, zoom di rumah masing-masing, sehingga mendongkrak emiten,” kata Bernadus, dalam acara Capital Market Outlook, ditulis Selasa, 23 Februari 2021.

Ia prediksi, tren saham emiten teknologi juga akan terjadi di Indonesia. Apalagi kalau Tokopedia dan Gojek melakukan penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) pada 2021.

"Indonesia 2021 akan diperkirakan masuk ke emiten digital. Gojek dan Tokopedia akan ipo, jika ini bisa terjadi rasio digunakan tak seperti biasa seperti PE, price book value (PBV), tetapi bisa perhatikan price scale, earning growth, dan market share. Perkembangan market share ini pertimbangan investor untuk pilih saham teknologi ke depannya,” ujar dia.

Berdasarkan data BEI per 22 Februari 2021, sektor saham teknologi  yang berisi 18 emiten ini merosot 1,2 persen ke posisi 3.347,99. Akan tetapi, secara year to date, sektor saham teknologi IDX Sector Technology sudah naik 200,60 persen.

Ia menuturkan, pada 2021 juga merupakan kebangkitan pasar modal Indonesia. Hal ini menginga tren suku bunga rendah akan mendorong investor mengalihkan aset fixed incomen seperti obligasi dan perbankan ke sektor pasar modal. 

“Tren suku bunga rendah, cenderung konsumsi dan memindahkan aset obligasi dan deposito ke sektor pasar modal. Tentu tren ini tidak hanya pada 2020. Melihat Korea Selatan investor ritel mencapai 5,5 juta orang sudah 30 persen merupakan angka menarik untuk diperhatikan,” kata dia.

Selain itu, selama pandemi COVID-19 juga mengubah kebiasaan masyarakat Indonesia sehingga beralih investasi ke saham. Hal ini juga ditunjukkan dari rata-rata transaksi harian saham mencapai Rp 20 triliun pada Januari 2021.

“Kala pandemi COVID-19 kebiasaan masyarakat mulai berubah, mengubah kebiasaan jadi banyak di rumah, isi kegiatan di rumah melakukan investing di saham, trading saham. Trading value meningkat rata-rata Rp 20 triliun per hari. 2021, merupakan tahun kebangkitan pasar modal Indonesia, jumlah investor di bawah 1 persen di pasar saham,” ujar dia.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya