Bank Jago Masuk Jajaran Emiten Kapitalisasi Besar di BEI

Pada penutupan perdagangan saham sesi pertama Selasa, 23 Februari 2021, saham ARTO turun 6,8 persen ke posisi Rp 10.150 per saham.

oleh Agustina Melani diperbarui 24 Feb 2021, 08:10 WIB
Diterbitkan 23 Feb 2021, 13:14 WIB
IHSG 30 Mei 2017 Ditutup Melemah 0,33 Persen
Karyawan memerhatikan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Mandiri Sekuritas, Jakarta, Selasa (30/5). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Saham PT Bank Jago Tbk (ARTO) masuk jajaran 10 besar emiten berkapitalisasi terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin, 22 Februari 2021.

Mengutip data BEI, saham ARTO mencatat kapitalisasi pasar mencapai Rp 117 triliun. Saham ARTO berada di posisi 10 untuk emiten kapitalisasi pasar terbesar di BEI. Saham ARTO masuk jajaran emiten kapitalisasi besar ini didorong kenaikan harga saham sebesar 16,27 persen menjadi Rp 10.900 per saham pada 22 Februari 2021.

Saham ARTO sempat berada di level tertinggi 11.225 dan terendah 9.425 per saham. Nilai transaksi harian saham Rp 264,9 miliar. Total frekuensi perdagangan saham 17.679 kali.

Kapitalisasi pasar saham ARTO ini menyalip PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dan PT Gudang Garam Tbk. Pada penutupan sesi pertama perdagangan Senin, 22 Februari 2021, kapitalisasi pasar saham  ICBP mencapai Rp 101,75 triliun dan GGRM Rp 72,2 triliun.

Namun, kalau dibandingkan dengan emiten bank, PT Bank Jago Tbk yang dulu bernama Bank Artos Indonesia ini berada di posisi empat sebagai emiten bank dengan kapitatalisasi pasar terbesar di BEI.

Posisi kapitalisasi pasar saham ARTO di bawah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar Rp 829 triliun, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebesar Rp 585 triliun, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sebesar Rp 295 triliun.

Saham ARTO menguat signifikan selama Februari. Mengutip data RTI, tercatat saham ARTO naik 62,69 persen ke posisi Rp 11.225 per saham dan terendah Rp 6.500 per saham. Sepanjang tahun berjalan 2021, saham  ARTO melonjak 153,49 persen.

Namun, pada penutupan perdagangan saham sesi pertama Selasa, 23 Februari 2021, saham ARTO turun 6,8 persen ke posisi Rp 10.150 per saham. Saham ARTO sempat di level tertinggi 11.000 dan terendah 10.150 per saham. Total frekuensi perdagangan 8.184 kali dengan nilai transaksi Rp 120,8 miliar.

Melihat fundamental saham ARTO

Mengutip RTI, melihat price earning ratio (PER), saham ARTO -780,77 kali dan earning per share (EPS) -13.

Adapun price earning to ratio (PER) merupakan rasio yang menggambarkan harga saham sebuah perusahaan dibandingkan keuntungan dan laba yang dihasilkan perusahaan tersebut (EPS). Jika PER lebih kecil dari rata-rata emiten lainnya dalam industri sejenis, harga perusahaan dianggap relatif lebih murah.

Sementara itu, EPS adalah laba perusahaan yang dibagi per lembar saham. Semakin meningkat nilai EPS dari tahun ke tahun, perusahaan itu semakin baik karena laba perusahaan meningkat

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

BEI Awasi Saham Bank Jago

Akhir tahun 2017, IHSG Ditutup di Level 6.355,65 poin
Pekerja tengah melintas di bawah papan pergerakan IHSG usai penutupan perdagangan pasar modal 2017 di BEI, Jakarta, Jumat (29/12). Perdagangan saham di penghujung tahun ini ditutup langsung Presiden Joko Widodo (Jokowi). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) memantau saham PT Bank Jago Tbk (ARTO) seiring telah terjadi peningkatan harga saham ARTO yang di luar kebiasaan (unusual market activity/UMA).

“Pengumuman UMA tidak serta merta menunjukkan ada pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal,” tulis Kepala Divisi Pengawasan Transaksi BEI Lidia M.Panjaitan dan Kepala Divisi Pengaturan dan Operasional Perdagangan Irvan Susandy dalam keterbukaan informasi BEI.

 Informasi terakhir mengenai perusahaan tercatat adalah informasi pada 8 Februari 2021 yang dipublikasikan melalui website BEI terkait laporan bulanan registrasi pemegang efek.

Sehubungan dengan terjadinya UMA atas saham ARTO itu, BEI menyampaikan sedang mencermati perkembangan pola transaksi saham ini. Oleh karena itu, para investor diharapkan untuk memperhatikan jawaban perusahaan tercatat atas permintaan konfirmasi bursa, mencermati kinerja perusahaan tercatat dan keterbukaan informasinya, mengkaji kembali rencana aksi korporasi perusahaan tercatat apabila rencana tersebut belum mendapatkan persetujuan RUPS, mempertimbangkan berbagai kemungkinan yang dapat timbul di kemudian hari sebelum melakukan pengambilan keputusan investasi.

Sebelumnya, bursa telah mengumumkan penghentian sementara perdagangan terhadap saham ARTO di pasar reguler dan tunai pada 6 Juli 2020 dalam rangka cooling down. Lalu UMA pada 1 Juli 2020 atas perdagangan saham ARTO.

Pada penutupan perdagangan saham Senin, 22 Februari 2021, saham ARTO naik 16,27 persen ke posisi Rp 10.900 per saham. Saham ARTO ditransaksikan 17.679 kali dengan nilai transaksi Rp 264,9 miliar.

Selama periode 15-19 Februari 2021, saham ARTO menguat 30,21 persen ke posisi Rp 9.375 per saham. Total frekuensi perdagangan saham 22.310 kali dengan nilai transaksi Rp 467,4 miliar.

Selain itu, BEI juga mengawasi saham PT Mahaka Radio Integra Tbk (MARI). Hal ini seiring terjadi peningkatan harga saham MARI yang di luar kebiasaan (unusual market activity/UMA).

Selama periode 15-19 Februari 2021, saham MARI naik 45,76 persen ke posisi Rp 172 per saham. Saham MARI ditransaksikan di level harga terendah Rp 119 dan tertinggi Rp 190 per saham. Total frekuensi perdagangan saham 54.522 kali dengan nilai transaksi Rp 286,8 miliar.

Saham MARI melonjak 10,47 persen ke posisi Rp 190 per saham. Nilai transaksi saham MARI Rp 88,3 miliar. Total frekuensi perdagangan 21.324 kali.

Di sisi lain, BEI awasi saham  PT Wahana Interfood Nusantara Tbk (COCO) karena telah terjadi penurunan harga saham COCO yang di luar kebiasaan (UMA). Pada 22 Februari 2021, saham COCO turun 6,57 persen ke posisi Rp 256 per saham. Saham COCO melemah 29,02 persen ke posisi Rp 274 per saham pada periode 15-19 Februari 2021.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya