Liputan6.com, Jakarta - Komisaris Bursa Efek Indonesia (BEI) Pandu Sjahrir menuturkan, minat publik terhadap perusahaan teknologi untuk menggelar penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) sangat tinggi.
"Luar biasa. Secara indeks saja saya rasa perusahaan ini masuk 10 companies dan 20 companies. Apalagi kalau perusahaan Gojek masuk, Tokopedia masuk, akan positif effect. Efeknya akan signifikan," ujar Pandu dalam diskusi virtual Capital Market Outlook 2021, Senin (22/2/2021).
Baca Juga
Demikian juga potensi perusahaan rintisan atau startup yang berstatus unicorn untuk gelar IPO di BEI. Pandu menuturkan, ada sejumlah hal disiapkan untuk menarik perusahaan unicorn dapat menggelar IPO termasuk dari sisi aturan.Pertama, dari sisi fiskal insentif, kedua penerapan pajak, dan ketiga perusahaan teknologi tersebut masuk indeks LQ45. "Karena secara size merupakan teknologi konglomerat, itu sangat penting dan adjust,” kata dia.
Advertisement
Ia menambahkan,dalam penilaian valuasi perusahaan unicorn tersebut tidak hanya melihat dari profitabilitas, tetapi juga dari potensi pertumbuhan ke depan dan ukuran pasar yang sudah dicapai.
"Harus forward looking potensi growth. Market size yang sedang dicapai mereka. Di Amerika Serikat saja, 8 dari 10 perusahan terbesar adalah perusahaan teknologi. Di Indonesia, private market capai USD 10 miliar, saya tidak berani bilang lagi startup, mereka mirip teknologi konglomerasi, semacam Gojek, food delivery terbesar di South East Asia, Fintech Gopay terbesar di Indonesia, juga logistik sameday terbesar di South East Asia, ini juga menarik bisnis baru belum terlihat. Kalau sudah terlihat, dampaknya menarik,” jelas dia.
Pandu menuturkan, jika dari dari tiga perusahaan unicorn dapat menawarkan saham perdana bisa jadi penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) terbesar di Indonesia.
"Dua dari tiga perusahaan ini listing digabung akan terbesar IPO dari sejarah republik. Sebagian perbandingan, China worthnya USD 1 triliun-USD 2 triliun. Indonesia, USD 10 miliar, upside luar biasa. Ini ibarat permainan sepakbola maruk masuk menit ke 10 dan 11, potensinya luar biasa. Lihat di marketkarena industri teknologi baru masuk tujuh tahun, benar-benar baru mulai, ini poin yang menarik,” kata dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Begini Upaya BEI Tarik Perusahaan Unicorn IPO
Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) tengah dalam tahapan kajian hukum terkait potensi penerapan Dual Class Shares (DCS) dengan struktur Multiple Voting Share (MVS) di Indonesia.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna menuturkan, salah satu yang sedang dikaji adalah perbandingan kebijakan yang berlaku di beberapa bursa global yang telah menerapkan MVS.
Nyoman menambahkan, kebijakan yang akan diberlakukan masih dalam tahapan diskusi internal. Tentunya juga dengan mempertimbangkan hasil kajian tersebut dan diskusi dengan para stakeholder.
"Tentunya dalam merumuskan kebijakan, ada beberapa faktor yang akan kami pertimbangkan dengan matang, di antaranya adalah ketentuan penerima manfaat MVS, corporate governance dari perusahaan pengguna MVS, public investor protection dan juga sunset provision yang akan ditentukan terkait MVS,” ujar Nyoman kepada wartawan, Kamis, 18 Februari 2021.
Apabila nantinya MVS dapat diberlakukan di Indonesia, BEI optimistis kebijakan itu bisa memberikan nilai tambah sebagai pertimbangan perusahaan dalam memilih BEI sebagai tempat pencatatan.
Advertisement