Trivia Saham: Ingin Tahu Saham Itu Murah atau Mahal? Coba Cek Ini

Salah satu yang dilakukan dalam analisis fundamental adalah mencermati laporan keuangan perseroan. Dalam laporan keuangan, ada rasio-rasio yang digunakan sebagai tolok ukur.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 20 Mar 2021, 15:28 WIB
Diterbitkan 20 Mar 2021, 15:28 WIB
FOTO: Jelang Tutup, Nilai Perdagangan Saham Lebih dari Rp 7,7 Triliun
Pialang memantau jalannya perdagangan saham di galeri Profindo Sekuritas, Jakarta, Rabu (8/7/2020). Frekuensi perdagangan mencapai 619.696 kali transaksi Jelang penutupan sesi II. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Dalam menentukan pilihan investasi, Anda disarankan untuk melakukan analisis fundamental. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi perusahaan, sebagai salah satu pertimbangan keputusan investasi terutama saham.

Salah satu yang dilakukan dalam analisis fundamental saham adalah mencermati laporan keuangan perseroan. Dalam laporan keuangan, ada rasio-rasio yang digunakan sebagai tolok ukur untuk menilai kondisi perusahaan tersebut.Dalam hal ini, setidaknya ada lima rasio yang perlu Anda ketahui.

Pertama, ada Price Earning Ratio (PER), yakni rasio antara harga saham dibandingkan dengan keuntungan perusahaan yang dapat didistribusikan untuk setiap saham yang dimiliki (EPS).

Kedua, Price to Book Value (PBV). Yakni rasio untuk membandingkan kapitalisasi pasar perusahaan dengan nilai bukunya. Ini dihitung dengan membagi harga saham perusahaan per saham dengan nilai buku per saham (book value per share/BVPS).

Ketiga, Return on Equity (ROE) atau pengembalian atas kekayaan bersih, adalah hubungan laba tahunan setelah pajak terhadap ekuitas pemegang saham yang tercatat. Rasio ini digunakan sebagai ukuran efektivitas dana pemegang saham yang telah diinvestasikan.

Selanjutnya, Dividen yield (DY), yaitu jumlah dividen tahunan dari suatu perusahaan yang dinyatakan dalam persentase dari harga pasar terakhir dari saham perusahaan tersebut.

Terakhir, kelima yaitu Debt to Equity Ratio (DER). Rasio ini sering disebut dengan istilah Rasio Leverage, menggambarkan struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan.

Dengan demikian dapat dilihat struktur risiko tidak tertagihnya hutang. Semakin kecil angka rasio ini semakin baik, yang dapat dihitung dengan rumus: Total Utang /Total Ekuitas.

Kali ini, trivia saham akan mengupas salah satu rasio di atas, yaitu Price Earning Ratio (PER). Melandir dari Forbes, Sabtu (20/3/2021), PER, atau rasio P/R ini bisa memberitahu Anda, apakah harga sebuah saham tergolong wajar atau tidak secara real.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Cara menghitung PER:

FOTO: Jelang Tutup, Nilai Perdagangan Saham Lebih dari Rp 7,7 Triliun
Pialang memantau jalannya perdagangan saham di galeri Profindo Sekuritas, Jakarta, Rabu (8/7/2020). Jelang penutupan sesi II, nilai perdagangan sebesar Rp 7,7 triliun lebih. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Ada dua komponen yang dilibatkan dalam perhitungan Price to Earnings Ratio menggunakan rumus PER, yaitu harga saham per lembar (closing price) dan laba per saham (Earnings per Share/EPS).

Rumusnya: Price to Earnings Ratio (PER) = Harga Saham per Lembar / Laba per Saham (EPS) selama setahun.

Catatan, EPS diperoleh dari laba bersih dikurangi dividen, kemudian dibagi jumlah saham yang beredar.Sebagai gambaran, jika saham perusahaan diperdagangkan pada level Rp 100 per saham, sementara perusahaan mencatatkan Rp 4 per saham dalam laporan keuangan tahunannya tahunan, maka rasio P/E saham perusahaan adalah 25 kali (100/4).

Dengan kata lain, mengingat pendapatan perusahaan saat ini, diperlukan waktu 25 tahun untuk mengumpulkan pendapatan yang sama dengan biaya investasi.

Untuk menghitung rasio secara kuartalan, maka EPS bisa di-anualisasikan terlebih dahulu dalam tahun. Caranya, yakni dikalikan jumlah bulan dalam kuartal (3 bulan) dikalikan dengan empat.

Ringkasnya, 3 bulan (satu kuartal) x 4 = 12 bulan (setahun).Contohnya, jika harga saham Rp 100 per saham, dan EPS secara kuartalan adalah Rp 1 per saham, sehingga hasilnya 100 x 1 = 100.

Kemudian ditarik menggunakan rumus rasio P/R, maka hasilnya adalah 1 kali (100/100).Dengan demikian, bisa disimpulkan harga saham contoh adalah 1 kali laba bersih yang dihasilkan perusahaan (secara kuartalan). Semakin besar nilai PER sebuah saham, maka semakin mahal saham tersebut.

 

Varian Rasio PER

FOTO: Jelang Tutup, Nilai Perdagangan Saham Lebih dari Rp 7,7 Triliun
Pialang memantau jalannya perdagangan saham di galeri Profindo Sekuritas, Jakarta, Rabu (8/7/2020). Frekuensi perdagangan mencapai 619.696 kali transaksi Jelang penutupan sesi II. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Ada tiga pendekatan berbeda terhadap rasio P/E, yang masing-masing memberi tahu Anda hal-hal berbeda tentang suatu saham.

-Berdasarkan Penghasilan 12 Bulan (Trailing Twelve Month/TTM)Salah satu cara untuk menghitung rasio P/E adalah dengan menggunakan pendapatan perusahaan selama 12 bulan terakhir. Ini disebut sebagai rasio P/E trailing, atau pendapatan dua belas bulan (TTM).

Pendekatan ini banyak digunakan dalam evaluasi perusahaan.Banyak situs web keuangan, seperti Google Finance dan Yahoo! Keuangan, bahkan aplikasi investasi populer M1 Finance dan Robinhood juga menggunakan rasio P/E trailing.

- Pendapatan Berkelanjutan

Rasio harga terhadap pendapatan juga dapat dihitung dengan menggunakan perkiraan pendapatan masa depan perusahaan. Rasio ini memiliki manfaat menggunakan informasi terbaik yang tersedia tentang bagaimana pasar mengharapkan kinerja perusahaan di tahun mendatang.

- Rasio P/E Shiller

Pendekatan ketiga adalah menggunakan pendapatan rata-rata selama periode waktu tertentu. Contoh paling terkenal dari pendekatan ini adalah rasio Shiller P/E, juga dikenal sebagai rasio CAP/E (rasio pendapatan harga yang disesuaikan secara siklis).

PE Shiller dihitung dengan membagi harga dengan pendapatan rata-rata selama sepuluh tahun terakhir, disesuaikan dengan inflasi Ini banyak digunakan untuk mengukur penilaian indeks S&P 500.

Cara Baca PER

Pembukaan-Saham
Pergerakan saham di BEI, Jakarta, Senin (13/2). Pembukaan perdagangan bursa hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat menguat 0,57% atau 30,45 poin ke level 5.402,44. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Semakin tinggi nilai PER, berarti harga saham perusahaan tersebut makin mahal. Sebaliknya, semakin rendah nilai pER maka harga saham perusahaan juga semakin murah.

Jika nilai PER lebih rendah dibandingkan PER dibandingkan industri sejenis, tetapi memiliki prospek pertumbuhan yang baik, maka kemungkinan besar harga saham perusahaan di masa mendatang akan naik tinggi.

Sebagai gambaran, jika harga saham masih murah berdasarkan rasio PER dan didukung prospek bisnis yang bagus, dapat diasumsikan harga saham akan berpotensi naik.

Namun, semakin besar nilai PER, ada kemungkinan harga saham perusahaan di masa mendatang akan sulit untuk naik lebih tinggi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya