Liputan6.com, Jakarta - Terdapat beberapa sektor saham yang turun cukup siginifikan berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), salah satunya terjadi di sektor saham energi.
Secara year to date, indeks sektor saham energi turun hingga 6,47 persen. Lalu bagaimana prospek sektor saham energi pada 2021?
Menanggapi hal tersebut, Head of Investment Research Infovesta Utama, Wawan Hendrayana menyebut, saham energi belum mengalami peningkatan yang signifikan.
Advertisement
Baca Juga
"Kalau secara prsopek mungkin tahun ini masih belum ada peningkatan secara signifikan, energi itu biasanya sifatnya kontrak ya, jadi kalau harga seperti ini terus ya kontrak mereka secara harga tidak akan naik," kata dia kepada Liputan6.com, Jumat (26/3/2021).
Selain itu, secara permintaan sektor energi dinilai Wawan masih belum mengalami peningkatan signifikan tahun ini.
"Dari sisi permintaan juga masih belum akan pulih tahun ini. Mungkin kalau ekonomi dunia kembali naik baru prospek lagi," ujar dia.
Meski demikian, untuk investasi jangka panjang, Wawan menyebut sektor saham energi masih bisa memberikan laba walaupun tidak untuk jangka pendek dan menengah.
"Mungkin untuk saham masih untuk jangka panjang. Kalau berharapnya akan mengalami kenaikan fundamental dalam waktu dekat akan sulit sih," tutur dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Penyebab Sektor Saham Energi Turun
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), terdapat beberapa sektor yang mengalami penurunan cukup siginifikan, salah satunya dari sektor energi.
Secara year to date, saham disektor ini mengalami pelemahan hingga 6,47 persen hingga penutupan perdagangan saham Kamis, 26 Maret 2021. Lalu apa faktor yang mempengaruhi hal ini?
Head of Investment Research Infovesta Utama, Wawan Hendrayana menyebut terdapat beberapa faktor utama, salah satunya ketidakstabilan harga beberapa sumber energi, seperti batu bara dan minyak.
"Pandemi yang terjadi membuat kebutuhan energi tak sebesar tahun tahun sebelumnya, ini menyebabkan harga batu bara dan minyak mengalami pergerakan cukup signifikan," ujar dia kepada Liputan6, Jumat, 26 Maret 2021.
Selain itu, penggunaan sumber energi pada masa pandemi COVID-19 mengalami penurunan karena sejumlah wilayah menerapkan pembatasan sosial. Hal ini juga menjadi salah satu faktor adanya penurunan permintaan.
"Dari sisi permintaan juga enggak terlalu besar, sehingga ini membuat proyeksi pendapatan perusahaan energi tidak terlalu baik, sehingga saham juga cenderung turun," ujarnya.
Tak hanya itu, Wawan juga menyebut bila perusahaan minyak cenderung memiliki hutang. Hal ini juga membuat sebagian investor merasa kurang nyaman.
"Secara fundamental perusahaan minyak yang go public fundamentalnya memang tidak terlalu baik juga. Dalam artian utangnya biasanya cukup besar ini juga jadi pemberat," tuturnya.
Seperti diketahui, berdasarkan data RTI, sejumlah saham di sektor energi (IDX-IC), saham PT Elnusa Tbk (ELSA) naik tipis 2,84 persen sepanjang tahun berjalan 2021. Saham ELSA naik ke posisi Rp 362 per saham pada Kamis, 22 Maret 2021. Saham ELSA berada di level tertinggi Rp 525 dan terendah Rp 332 per saham. Nilai transaksi harian saham Rp 6 triliun. Total frekuensi perdagangan saham 904.333 kali.
Saham MEDC hanya naik tipis 0,85 persen ke posisi Rp 595 per saham. Saham MEDC sempat berada di level tertinggi Rp 790 dan terendah Rp 550 per saham. Saham MEDC ditransaksikan 435.243 kali dengan nilai transaksi Rp 4,5 triliun.
Saham AKRA naik 2,52 persen ke posisi Rp 3.260 per saham. Saham AKRA sempat di level tertinggi Rp 3.770 dan terendah Rp 2.770 per saham. Nilai transaksi Rp 4,9 triliun. Saham INDY turun 8,67 persen ke posisi Rp 1.580 per saham. Saham INDY ditransaksikan 383.695 kali dengan nilai Rp 3,2 triliun. Saham PGAS melemah 19,94 persen ke posisi Rp 1.325 per saham. Total frekuensi perdagangan saham 1,32 juta saham dengan nilai transaksi Rp 19,1 triliun.
Advertisement