Tren Bank Digital Picu Dana Investasi dari Rights Issue

Head of Investment Research Infovesta Utama, Wawan Hendrayana mengatakan, maraknya rights issue yang terjadi terkait hal ini lebih kepada investasi bank digital.

oleh Dian Tami Kosasih diperbarui 19 Apr 2021, 11:36 WIB
Diterbitkan 19 Apr 2021, 11:36 WIB
Perdagangan Awal Pekan IHSG Ditutup di Zona Merah
Pekerja tengah melintas di layar pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (18/11/2019). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada zona merah pada perdagangan saham awal pekan ini IHSG ditutup melemah 5,72 poin atau 0,09 persen ke posisi 6.122,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna menyebut, penggumpulan dana melalui rights issue dan private placement mencapai Rp 24,57 triliun pada kuartal I 2021. 

"Perolehan dana dari rights issue dan private placement itu meningkat 8,3 kali dibandingkan kuartal I 2020 sebesar Rp 2,96 triliun,” ujar dia. 

Menanggapi hal tersebut, Head of Investment Research Infovesta Utama, Wawan Hendrayana mengatakan, ramainya rights issue yang terjadi terkait hal ini lebih kepada investasi bank digital. 

"Tahun ini kalau enggak salah yang gede banget Bank Jago. Jadi memang kalau bank jago spesifik sekali. Fenomenanya memang lagi ke arah bank digital," katanya kepada Liputan6.com, Senin (19/4/2021). 

Wawan menegaskan, besarnya nilai yang ditorehkan terjadi karena investasi besar yang digelontorkan sejumlah perusahaan untuk mengembangkan sistem digital. 

"Jadi kuartal 1 ini saya rasa lebih ke bank digital arahnya. Besarnya kuartal 1 itu lebih ke arah investasi yang dikeluarkan cukup besar," ujarnya. 

Hal ini terjadi karena sistem digital dinilai lebih aman dan nyaman, pertumbuhan bank digital disebut wawan masih akan terjadi karena tren saat ini. 

"Jadi pembayaran digital seperti Ovo, Shopee Pay, Gopay itu harus naik kelas menjadi bank digital sehingga servis yang diberikan bisa lebih lengkap.  Jadi secara regulasi lebih aman juga untuk investor," tuturnya.

Adapun rights issue merupakan penambahan modal dengan mekanisme hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD). Sedangkan private placement sebaliknya atau tanpa HMETD.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Perolehan Dana Lewat Rights Issue

Pergerakan IHSG Turun Tajam
Pengunjung mengabadikan papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta, Rabu (15/4/2020). Pergerakan IHSG berakhir turun tajam 1,71% atau 80,59 poin ke level 4.625,9 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat penggumpulan dana melalui penambahan modal dengan menerbitkan saham baru melalui rights issue  dan private placement mencapai Rp 24,57 triliun pada kuartal I 2021.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna Setia menuturkan, perolehan dana dari rights issue dan private placement itu naik 8,3 kali dibandingkan kuartal I 2020 sebesar Rp 2,96 triliun.

Hingga kuartal I 2021, terdapat enam perusahaan tercatat yang telah melaksanakan rights issue dengan total fund raised sebesar Rp 12,10 triliun. Sementara itu, enam perusahaan tercatat yang telah melaksanakan private placement dengan total fund raise sebesar Rp 12,48 triliun.

Nyoman menambahkan, terdapat 18 perusahaan tercatat yang telah memperoleh persetujuan RUPS untuk melaksanakan rights issue.

Dengan 11 dari 18 perusahaan tercatat tersebut telah menginformasikan harga pelaksanaan rights issue dengan potensi total nilai fund raise sekitar Rp 11,37 triliun.

Selain itu, terdapat tujuh perusahaan tercatat yang telah memperoleh persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk melaksanakan private placement.

Empat dari tujuh perusahaan tercatat tersebut telah informasikan harga pelaksanaan private placement dengan potensi total nilai fund raise sebesar Rp 761 miliar dari empat perusahaan tercatat.

Dengan kondisi tersebut, Nyoman menunjukkan tingginya antusiasme perusahaan tercatat dalam menggalang dana di pasar modal.

"Tingginya antusiasme tersebut dapat disebabkan ada kebutuhan penambahan modal kerja, ekspansi usaha dan kebutuhan refinancing utang perusahaan tercatat,” ujar dia, kepada awak media, ditulis Minggu, 18 April 2021.

Ia menambahkan, harapan kondisi ekonomi yang mulai pulih setelah dimulainya vaksinasi COVID-19 juga berdampak pada kegiatan perusahaan yang membutuhkan modal untuk bertumbuh.

"Berdasarkan kondisi tersebut, bursa mengharapkan penggalangan dana melalui penerbitan ekuitas akan mengalami peningkatan pada 2021,” kata dia.

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya