Simak Prediksi Sektor Perawatan Kesehatan dari Fitch Solutions

Dalam laporan Fitch Solutions menyebutkan pengeluaran kesehatan itu diperkirakan meningkat mencapai Rp 562,6 triliun pada 2021.

oleh Agustina Melani diperbarui 24 Jun 2021, 12:48 WIB
Diterbitkan 24 Jun 2021, 12:47 WIB
Ilustrasi rumah sakit/dok. Unsplash Insung Yoon
Ilustrasi rumah sakit/dok. Unsplash Insung Yoon

Liputan6.com, Jakarta - Fitch Solutions menilai Indonesia telah membuat kemajuan signifikan dalam mengatasi masalah yang sudah lama ada seperti angka kematian ibu dan anak tinggi. Akan tetapi, sebagian besar penduduk tinggal di daerah pedesaan sehingga terus menghadirkan tantangan terkait akses dan dan kualitas perawatan kesehatan.

Pandangan itu disampaikan Fitch Solutions dalam laporan bertajuk Indonesia Pharmaceutial & Healthcare Report Include 10-year forecasts to 2030.

"Kami tetap optimis tentang lintasan sistem perawatan kesehatan negara, meskipun memadai dan pembiayaan berkelanjutan mungkin sulit untuk dijamin,” tulis Fitch Solutions.

Dalam laporan Fitch Solutions, pengeluaran kesehatan di Indonesia mencapai Rp 524,7 triliun atau sekitar USD 36 miliar pada 2020. Pengeluaran kesehatan itu diperkirakan meningkat mencapai Rp 562,6 triliun pada 2021.

Fitch Solutions prediksi pengeluaran itu meningkat menjadi Rp 776,9 triliun atau sekitar USD 55,5 miliar pada 2025 dan Rp 1.227,1 triliun atau sekitar USD 92,6 miliar pada 2030.

Tingkat pertumbuhan tahunan majemuk atau compounded annual growth rate (CAGR) atas investasi dalam 10 tahun sebesar 8,9 persen untuk mata uang lokal dan 9,9 persen dalam dolar AS.

“Sebagai persentase dari produk domestik bruto (PDB), kami perkirakan pengeluaran perawatan kesehatan akan meningkat dari sekitar 3,4 persen pada 2020 menjadi 3,5 persen pada 2020. Pengeluaran per kapita (dihitung USD 132 pada 2020) diperkirakan mencapai USD 310 pada 2020,” tulis Fitch Solutions.

Sebagian besar didukung oleh peningkatan pengeluaran swasta dengan tantangan keuangan bagi program perawatan kesehatan. Namun, program ini akan memberikan dorongan substansial untuk pengeluaran kesehatan lini atas.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Penyedia Layanan Kesehatan Sektor Swasta

Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan telah berjuang dengan defisit meski premi naik. Hal ini seiring program Jaminan Kesehatan Nasional berupaya untuk menjangkau masyarakat Indonesia per 1 Januari 2019. Pada 2020, program jaminan kesehatan itu mencakup lebih dari 80 persen populasi pada 2020.

Pada Agustus 20219, Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi) mempresentasikan proposal anggaran 2020 ke parlemen. Dalam rincian pengeluaran, bagian yang dialokasikan untuk perawatan kesehatan meningkat menjadi lima persen naik dari tiga eprsen pada anggaran 2015.

"Ini menegaskan pandangan kami substansial Indonesia sebesar 43 persen yoy pada anggaran kesehatannya menjadi Rp 106 triliun pada 2016 akan sulit ditiru pada tahun-tahun mendatang terutama karena sektor lain seperti infrastruktur dan pendidikan juga memerlukan investasi lebih lanjut,” tulis Fitch Solutions.

Meski ada tentangan dari berbagai pemangku kepentingan, BPJS Kesehatan mengumumkan rencana meningkatkan premi secara signifikan pada September 2019 untuk mengurangi defisit fiskal.

BPJS Kesehatan yang menyediakan perawatan kesehatan untuk lebih dari 220 juta orang,  pembayaran klaim lebih tinggi dari premi yang diterimanya. Defisit diproyeksikan mencapai Rp 32 triliun pada 2019 naik dari Rp 11 triliun pada 2018.

Di sisi lain, sebagian besar skema jaminan kesehatan nasional lainnya terutama di negara maju membuat kontribusi peningkatan tahunan. Penyedia layanan kesehatan swasta di Indonesia akan terus memperluas kehadirannya di pasar dengan peluang yang dihadirkan oleh potensi pertumbuhan ekonomi jangka panjang dan rendahnya tingkat infrastruktur kesehatan publik.

Kebangkitan pendapatan rumah tangga jangka panjang akan memberikan keuntungan bagi rumah sakit swasta untuk menghasilkan sejumlah besar pendapatan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya