BEI Harap IPO Perusahaan Rintisan Unicorn Dongkrak Bobot MSCI

BEI memiliki ada beberapa harapan atas IPO dari perusahaan rintisan berstatus unicorn.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 29 Jun 2021, 17:29 WIB
Diterbitkan 29 Jun 2021, 17:29 WIB
IHSG Awal Pekan Ditutup di Zona Hijau
Pejalan kaki melintas dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kawasan Jakarta, Senin (13/1/2020). IHSG sore ini ditutup di zona hijau pada level 6.296 naik 21,62 poin atau 0,34 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah perusahaan rintisan (startup) level unicorn bakal meramaikan perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Aksi dari perusahaan-perusahaan tersebut digadang-gadang akan menjadi IPO raksasa.

Direktur Perdagangan & Pengaturan Anggota Bursa BEI, Laksono Widodo menyampaikan, setidaknya ada beberapa harapan Bursa atas IPO dari perusahaan-perusahaan tersebut.

"Harapannya, mudah-mudahan dengan adanya IPO yang menarik yang besar ini menambah jumlah investor di Indonesia. Baik itu investor ritel maupun institusi, domestik maupun asing,” kata Laksono dalam video konferensi, Selasa (29/6/2021).

Dengan tambahan investor, lanjut Laksono, Bursa harapkan rata-rata transaksi harian juga bisa meningkat sehingga meningkatkan likuiditas market, khususnya di dalam negeri.

"Dengan semakin tingginya likuiditas dan semakin banyaknya pilihan investasi yang ada di BEI, diharapkan pembobotan indeks MSCI atau indeks regional dan internasional bisa naik,” ia menambahkan.

Sebagai gambaran, Laksono mengatakan bobot MSCI (Morgan Stanley Capital Index) dari sejumlah negara berkembang seperti Indonesia, Filipina dan Thailand turun karena semakin besarnya bobot dari China.

Menurut dia, walaupun secara ekonomi maupun teknologi China sudah dianggap negara maju tapi secara pasar modal mereka masih dianggap negara berkembang 

"Juga ada IPO baru dari misalnya di Saudi Arabia yang tentunya menggerus pembobotan negara-negara seperti Indonesia dan negara tetangga lainnya,” kata Laksono.

BEI berharap ada realisasi IPO perusahaan teknologi dapat meningkatkan bobot MSCI untuk Indonesia.

"Harapannya dengan adanya pilihan baru di pasar modal Indonesia ini dengan size besar, terjadi peningkatan pembobotan MSCI di Indonesia,” ujar dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

25 Perusahaan Antre IPO

FOTO: IHSG Akhir Tahun Ditutup Melemah
Papan elektronik menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (30/12/2020). Pada penutupan akhir tahun, IHSG ditutup melemah 0,95 persen ke level 5.979,07. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mengantongi daftar sejumlah perusahaan yang berencana go public (Initial Public Offering/IPO).

Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna menuturkan, hingga 23 Juni 2021, ada 25 perusahaan antre di pipeline pencatatan saham BEI.

"Hingga saat ini, terdapat 25 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI,” kata Nyoman kepada awak media, Jumat 25 Juni 2021.

Dari jumlah tersebut, 8 di antaranya akan melakukan IPO Juli 2021. Sedikit bocoran, Nyoman mengatakan salah satunya merupakan  perusahaan e-commerce. Namun, ia enggan membeberkannya lebih detil.

Sebelumnya, Nyoman mengatakan untuk nama calon perusahaan tercatat, BEI belum dapat menyampaikan sampai dengan adanya persetujuan dari OJK atas penerbitan prospektus awal kepada publik.

Merujuk pada POJK Nomor 53/POJK.04/2017, klasifikasi aset perusahaan yang saat ini berada dalam pipeline. Antara lain, 3 Perusahaan aset skala kecil dengan aset aset di bawah Rp 50 miliar, 10 Perusahaan aset skala menengah dengan aset antara Rp 50 miliar sampai dengan Rp 250 miliar. Serta 12 Perusahaan aset skala besar dengan aset di atas Rp 250 miliar.

Sementara rincian sektornya adalah sebagai berikut: 

• 1 Perusahaan dari sektor Basic Materials; 

• 4 Perusahaan dari sektor Industrials; 

• 2 Perusahaan dari sektor Transportation & Logistics; 

• 3 Perusahaan dari sektor Consumer Non-Cyclicals; 

• 3 Perusahaan dari sektor Consumer Cyclicals; 

• 1 Perusahaan dari sektor Properties & Real Estate;  

• 3 Perusahaan dari sektor Technology; 

• 2 Perusahaan dari sektor Healthcare; 

• 3 Perusahaan dari sektor Energy; 

• 3 Perusahaan dari sektor Financials.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya