Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Indonesia melarang sementara ekspor batu bara selama 1-31 Januari 2022. Kebijakan ini bertujuan untuk menjamin ketersediaan batu bara untuk pembangkit listrik di dalam negeri.
Menyusul kebijakan tersebut, sejumlah saham emiten batu bara mengalami koreksi pada awal 2022. Dari sisi kinerja, Investment Analyst Stockbit Sekuritas, Hendriko Gani, menilai kebijakan tersebut dapat berimbas pada emiten yang ekspor dalam jumlah besar.
Baca Juga
"Emiten yang terdampak lebih ke emiten-emiten dengan jumlah ekspor yang besar. Seperti ADRO dan ITMG," sebut Hendriko kepada Liputan6.com, Selasa (4/1/2022).
Advertisement
Adapun Adaro Energy meraup pendapatan USD 2,56 miliar hingga kuartal III 2021. Mayoritas dari pendapatan tersebut berasal dari ekspor sebesar USD 1,96 miliar.
Indo Tambangraya Megah mencatat pendapatan bersih USD 1,32 miliar. Serupa dengan Adaro Energy, penjualan domestik Indo Tambangraya hanya sebesar USD 299,08 juta. Sisanya merupakan ekspor dengan rincian Asia Tenggara (kecuali Indonesia, India dan Pakistan sebesar USD 408,73 juta. Kemudian Taiwan, Cina, Hong Kong, dan Korea sebesar USD 402,85 juta. Jepang USD 204,26 juta, serta Australia dan Oceania sebesar USD 8,43 juta.
Hendriko mengatakan, emiten batu bara masih memiliki potensi untuk mencatatkan laba yang lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya. "Namun memang mungkin lebih rendah dari tahun 2021," imbuh Hendriko.
Di sisi lain, Hendriko menilai beberapa saham juga masih ada yang diperdagangkan di bawah rata-rata valuasinya karena belum mengalami kenaikan yang signifikan.
Namun, investor perlu perhatian terhadap isu ESG yang tengah berkembang akhir-akhir ini. Seiring sentimen tersebut berpotensi menyebabkan de-rating pada saham-saham non ESG, seperti batu bara.
"Selain itu pelarangan ekspor selama bulan januari ini juga berpotensi mengganggu kinerja dari beberapa emiten batu bara yang melakukan ekspor," ujar dia.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Gerak Saham Emiten Batu Bara
Pada penutupan perdagangan Selasa, 4 Januari 2021, saham ADRO turun 2,95 persen ke posisi Rp 2.300 per saham. Saham ADRO dibuka stagnan Rp 2.370 per saham.
Saham ADRO berada di level tertinggi Rp 2.380 dan terendah Rp 2.240 per saham. Total frekuensi perdagangan 18.497 kali dengan volume perdagangan 2.449.643 saham. Nilai transaksi Rp 562,4 miliar.
Sementara itu, saham ITMG naik 1,53 persen ke posisi Rp 19.925 per saham. Saham ITMG naik 25 poin ke posisi Rp 19.650 per saham. Saham ITMG berada di level tertinggi Rp 19.975 dan terendah Rp 19.625 per saham. Total frekuensi perdagangan 4.303 kali dengan volume perdagangan 31.481. Nilai transaksi Rp 62,2 miliar.
Saham PTBA naik 1,12 persen ke posisi Rp 2.700 per saham. Saham PTBA dibuka stagnan Rp 2.670 per saham. Saham PTBA berada di level tertinggi Rp 2.720 dan terendah Rp 2.640 per saham. Total frekuensi perdagangan 5.661 kali dengan volume perdagangan 273.505. Nilai transaksi Rp 73 miliar.
Saham HRUM stagnan di posisi Rp 10.500 per saham. Saham HRUM dibuka naik 75 poin ke posisi Rp 10.575 per saham.
Saham HRUM berada di level tertinggi Rp 10.700 dan terendah Rp 10.275 per saham. Total frekuensi perdagangan 4.103 kali dengan volume perdagangan 70.779. Nilai transaksi Rp 73,7 miliar.
Advertisement