Uniqlo Catat Pertumbuhan Laba 5,6 Persen, Ini Faktor Pendorongnya

Uniqlo memperoleh laba naik 5,6 persen dan di atas perkiraan analis.

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Jan 2022, 17:08 WIB
Diterbitkan 15 Jan 2022, 17:03 WIB
Koleksi LifeWear 2022 dalam Instalasi UNIQLO City
Model saat catwalk dalam Koleksi LifeWear 2022 Spring Summer UNIQLO di Senayan City, (13/01/2022). Koleksi LifeWear terbaru UNIQLO City - The Joys of Clothing membawa pengalaman berbeda bagi pengunjung lewat sebuah instalasi pakaian terbesar. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Liputan6.com, Tokyo - Pemilik merek pakaian Uniqlo, Fast Retailing, mengungkapkan laba operasional kuartal I melonjak 5,6 persen YoY seiring penjualan di Asia Selatan, Amerika Utara dan Eropa.

Dalam pernyataan disampaikan pada Kamis, 13 Januari 2021, laba yang diraup sekitar 119,4 miliar yen atau setara USD 1,04 miliar (atau Rp 14,8 triliun dengan asumsi kurs Rp 14.36 per dolar AS).

Uniqlo memperoleh laba tersebut dalam jangka tiga bulan hingga per 30 November 2021. Hasil ini jauh di atas perkiraan analis yang hanya memproyeksikan laba sebesar 102,6 miliar yen. Jumlah tersebut ditunjukan oleh sebagai konsensus pasar.

Segmen internasional Uniqlo melaporkan rekor hasil kuartal I 2022. Sayangnya pendapatan dan laba menurun untuk operasional ritel pakaian di kawan Jepang dan China. Demikian mengutip laman Channel News Asia, dikutip Sabtu (15/1/2022).

Perusahaan optimistis mempertahankan target laba operasional naik 8,4 persen. Sehingga bisa mencapai 270 miliar yen pada tahun fiskal yang berakhir pada Agustus 2022.

Saham Fast Retailing jatuh 9,5 persen pada 2022. Kondisi ini sangat buruk mengingat penurunan saham indeks acuan Nikkei 225 hanya tergelincir 1,1 persen saja.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Kapitalisasi Pasar Uniqlo Salip Zara

Koleksi LifeWear 2022 dalam Instalasi UNIQLO City
Model saat catwalk dalam Koleksi LifeWear 2022 Spring Summer UNIQLO di Senayan City, (13/01/2022). UNIQLO LifeWear diciptakan sesuai dengan kebutuhan sehari-hari dalam mencari inspirasi gaya dengan koleksi baru mulai dari jaket, gaun, kaus hingga sportswear. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Sebelumnya, nilai pasar Fast Retailing, induk dari rantai pakaian kasual Uniqlo di Jepang, menyentuh angka 10,87 triliun yen atau sekitar USD 103 miliar pada akhir perdagangan pekan lalu.

Hal itu membuat salah satu merek fashion ternama yang berbasis di Jepang berada di puncak industri pakaian global dalam hal kapitalisasi pasar.

Perusahaan milik miliarder Jepang Tadashi Yanai itu berhasil menyalip induk perusahaan Zara dan Inditex yang memiliki kapitalisasi pasar hanya sekitar USD 99 miliar. Keberhasilan tersebut juga dipicu oleh harga saham pengecer Jepang yang terus meningkat sejak Agustus lalu.

Seperti mengutip Nikkei Asia, Senin, 22 Februari 2021, sampai November lalu Uniqlo telah berhasil membuka 2.298 toko yang tersebar di seluruh dunia.

Sebanyak 60 persen dari total tersebut, berlokasi di Asia. Sisanya, 791 berlokasi di China dan 815 toko berlokasi di negera asal, Jepang.

Lain halnya dengan salah satu pesaingnya, Zara, justru sempat bermasalah di 70 persen toko yang berlokasi di AS dan Eropa karena beberapa kali mengalami lockdown.

Sejak 2016, Fast Retailing sudah menerapkan konsep ritel konsumen digital yang membuat adanya data dalam pembelian online. Upaya itu sangat dihargai investornya.

Selain itu, Fast Retailing pun telah bermitra dengan Google dan beberapa perusahaan lain untuk terus mengembangkan infrastruktur serta manufaktur yang didukung oleh kecerdasan buatan.

“Kami telah mencapai di posisi peringkat nomor satu dalam retail pakaian,” ujar Ketua sekaligus CEO Fast Retailing Tadashi Yanai.

Pendapatan

Uniqlo City
Instalasi The Joys of Imagination

Pencapaian itu hanya sebatas kapitalisasi pasar. Jika berbicara mengenai pendapatan, Fast Retailing masih tetap berada di posisi ketiga dengan nilai sekitar USD 18,9 miliar pada tahun fiskal sebelumnya.

Sementara beberapa pesaingnya seperti Inditex, memimpin dengan USD 34,1 miliar dan H&M menjadi runner-up dengan USD 22,5 miliar.

Fast Retailing dengan Inditex, keduanya begitu bersaing secara ketat dalam hal penjualan online. Pada fiskal sebelumnya, perusahaan Jepang itu telah meningkatkan sektor digital dari 11,3 persen menjadi 15,6 persen.

Analis Credit Susse Securities dari Jepang bernama Takahiro Kazahaya bahkan megatakan, Fast Retailing kemungkinan berada dalam potensi pertumbuhan jangka menengah dan panjang.

Reporter: Aprilia Wahyu Melati

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya