Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Maybank Indonesia Tbk (BNII) membidik pertumbuhan kredit minimal 5-7 persen pada 2022. Hal ini juga mengikuti prediksi pertumbuhan kredit secara industri 8-10 persen.
Direktur Maybank Indonesia Thilagavathy Nadason menuturkan, dalam rencana bisnis bank (RBB), pihaknya proyeksi pertumbuhan seiring dengan yang direncanakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI) secara kredit dianggap industri akan tumbuh antara 8-10 persen. Pihaknya juga berharap tingkatkan penyaluran kredit minimal 5-7 persen pada 2022.
"Tapi itu pun sangat bergantung kepada pemulihan ekonomi domestik dan juga kondisi kondisi global pada 2022,” kata dia.
Advertisement
Baca Juga
Selain itu, perseroan juga akan menerbitkan obligasi pada 2022. Namun, hal tersebut tergantung pemulihan ekonomi.
“Tapi kami akan wait and see di kuartal pertama untuk kestabilan di peningkatan ekonomi dulu, dan akan kembali masuk pasar di semester II untuk aksi korporasi bond dan aplikasi semester pertama untuk masuk pasar,” kata dia.
Adapun penerbitan obligasi tersebut dilakukan dua anak usaha perseroan pada kuartal II 2022. Salah satunya dilakukan Maybank Finance.
Adapun kinerja keuangan selama 2021, Maybank Indonesia mencatat laba bersih Rp1,64 triliun didukung, oleh efisiensi pada biaya bunga dan biaya overhead, kinerja positif Unit Usaha Syariah (UUS), dan biaya provisi yang rendah.
Maybank Indonesia menempuh langkah konservatif dan secara proaktif mencadangkan provisi pada portofolio di seluruh segmen bisnis sejak 2020, serta aktif mendampingi debitur yang masih menghadapi tantangan dengan menerapkan program restrukturisasi kredit demi menjaga kualitas aset Perseroan. Kedua upaya tersebut telah berkontribusi kepada penurunan biaya provisi sebesar 25,8 persen menjadi Rp1,54 triliun.
Maybank Indonesia mencatat rasio Non-Performing Loan (NPL) (Konsolidasian) menjadi 3,7 persen (gross) dan 2,6 persen (net) pada Desember 2021, dari 4 persen (gross) dan 2,5 persen (net) pada Desember 2020, didukung penurunan saldo NPL sebesar 10,8 persen.
Sementara, rasio Loan at Risk (LAR Bank saja) membaik ke level 18 persen pada Desember 2021 dari 21,5 persen pada tahun sebelumnya, didukung kualitas kredit yang kembali menjadi lancar atas peran aktif Maybank Indonesia dalam proses pemantauan dan restrukturisasi kredit nasabah.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kinerja 2021
Maybank Indonesia mampu mengendalikan biaya overhead secara efektif sehingga turun sebesar 4,2 [ersen menjadi Rp5,47 triliun pada Desember 2021, sebagai dampak dari pengelolaan biaya yang intensif dan efektif di seluruh lini bisnis serta operasional Perseroan.
Meski total kredit segmen Community Financial Services (CFS) turun sebesar 5,6 persen menjadi Rp66,78 triliun secara tahunan, tetapi tumbuh positif sebesar 2,4 persen secara kuartalan, ditopang pertumbuhan kredit CFS Non-Ritel dan CFS Ritel. Kredit CFS Non-Ritel mengalami penurunan 11,6 persen secara tahunan, tetapi tumbuh 1,3 persen secara kuartalan.
Demikian juga kinerja kredit segmen CFS Ritel yang tumbuh 3,4 persen secara kuartalan di seluruh lini bisnis di segmen tersebut.
Kredit Pemilikan Rumah (KPR) terus bertumbuh positif sebesar 9 persen secara tahunan dan 3,1 persen secara kuartalan menjadi Rp15,28 triliun pada 2021, yang sekaligus menjadi motor penggerak pertumbuhan kredit di segmen CFS Ritel.
Total simpanan nasabah relatif stabil secara tahunan tetapi bertumbuh 12,8 persen secara kuartalan. Pencapaian ini sejalan strategi Perseroan untuk mempertahankan likuiditas yang kuat dan pendanaan yang efisien dengan mengurangi simpanan berbiaya tinggi, serta mengoptimalkan layanan perbankan digital Maybank Indonesia untuk menghimpun simpanan nasabah.
CASA Perseroan tumbuh 18,5 persen menjadi Rp54,26 triliun pada Desember 2021 dari Rp45,79 triliun pada tahun sebelumnya diikuti dengan rasio CASA meningkat menjadi 47,2 persen dari total simpanan nasabah pada Desember 2021, dibandingkan 39,8 persen pada tahun sebelumnya.
Posisi likuiditas Perseroan tetap kuat dengan rasio Kredit terhadap Simpanan/Loan to Deposit Ratio (LDR Bank saja) tercatat pada level 76,3 persen. Lalu, Rasio Kewajiban Pemenuhan Kecukupan Likuiditas/Liquidity Coverage Ratio (LCR Bank saja), tercatat sebesar 183,2 persen pada Desember 2021, dan berada di atas minimum yang diwajibkan regulator yakni sebesar 100 persen.
Posisi permodalan Perseroan tetap kuat dengan Rasio Kecukupan Modal/Capital Adequacy Ratio (CAR) tercatat sebesar 26,9 persen pada Desember 2021, dibandingkan 24,3 persen pada tahun sebelumnya. Total modal Perseroan tercatat naik menjadi Rp28,39 triliun pada Desember 2021 dari Rp27,15 triliun pada Desember 2020.
Advertisement