Profil Tahir, Pendiri Grup Mayapada dan Masuk Jajaran Orang Terkaya RI

Dato Sri Tahir kini menjadi perhatian setelah sang putri Grace Tahir membuat video parodi mengenai "crazy rich",

oleh Agustina Melani diperbarui 28 Mar 2022, 19:45 WIB
Diterbitkan 26 Mar 2022, 19:06 WIB
Konglomerat Dato Sri Tahir Tukar Dolar ke Rupiah Senilai Rp 2 Triliun
Pendiri Mayapada Group Dato Sri Tahir usai menukarkan dolar AS dan dolar Singapura, Jakarta, Senin (15/10). Tahir menukarkan uang sebanyak USD 93 juta-55 juta dolar Singapura sekitar Rp 2 triliun. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Nama Grace Tahir menjadi sorotan setelah membuat video sindiran untuk “Crazy Rich Gadungan” yang sita perhatian.  Di video, Grace Tahir memperagakan Indra Kenz ketika menumpang jet pribadi.

Selain rutin mengunggah konten di kanal Youtube-nya, Grace Tahir juga menjabat sebagai direktur Rumah Sakit Mayapada. Demikian mengutip Kanal Lifestyle Liputan6.com, Sabtu (26/3/2022).

Melihat nama belakang Grace, ia merupakan anak dari pendiri grup Mayapada Dato Sri Tahir. Baru-baru ini Grace juga mengobrol dengan sosok inspiratif yaitu ayahnya Dato Sri Tahir.

"Banyak orang merasa terinspirasi dengan papa. Maksudnya orang sering ngomong ke saya, 'Papa kamu inspiratif.' Apa sih satu hal menurut papa yang membuat orang merasa terinspirasi?" tanyanya mengawali percakapan mereka.

"Mungkin dilihat dari proses background," Tahir menjawab. "Karena kebetulan saya lahir dari keluarga tidak mampu, sehingga proses ini jadi menarik. Dari proses ini, banyak filosofi-filosofi yang timbul. Kalau Anda interview orang kaya, dia enggak akan bisa banyak bicara tentang filosofi karena dia lahir sudah kaya, semua sudah tersiapkan."

Grace menambahkan, terkait memberi inspirasi, ada dua jalur yang bisa ditempuh: profesional atau personal. Ia pun menanyakan mana yang lebih dipilih Tahir. "Satu manusia kan melalui proses, pembentukan diri. Saya katakan, saya dibentuk dengan empat faktor," jawabnya.

Pertama, ibadah. "Yang harus saya tekankan, ibadah itu beda dengan agama. Ibadah itu yang tidak diperlihatkan, sementara agama bisa diperlihatkan," ia mengutarakan. "Kedua, keluarga, dan itu bukan sekadar istri atau anak, tapi bagaimana membentuk keharmonisan."

Ketiga, karier. "Belakangan banyak 'crazy rich' mengatakan how I make money, itu bukan karier. Karier itu merupakan platform yang bisa menciptakan lapangan kerja, (praktiknya) baik bagi lingkungan, dan berguna untuk masyarakat sekitar," tuturnya.

Terakhir, Tahir menyebutkan, social work. Ia menjelaskan, "Ini tentang kehadiran Anda bisa seberapa banyak membawa manfaat untuk orang lain." Pertanyaan berlanjut pada sosok-sosok yang menginspirasi Tahir.

Mengutip Forbes, sang ayah berprofesi membuat becak. Namun, hal tersebut tak membuat pria kelahiran 26 Maret 1952 patah semangat.

Tahir sebenarnya tidak bercita-cita menjadi pengusaha saat masih kecil. Saat itu, ia ingin menjadi seorang dokter. Setelah lulus dari SMA Kristen Petra Kalianyar Surabaya, ia melanjutkan pendidikan dengan menjadi mahasiswa sekolah kedokteran di Taiwan. Akan tetapi, cita-citanya harus terhenti karena sang ayah tutup usia sehingga tidak mampu membiayai kuliah.

Kemudian Tahir melanjutkan kuliah bisnis di Nanyang Technological University, Singapura dengan bekal beasiswa.  Darah pengusaha juga mengalir dalam diri Tahir. Ia memulai karier di dealer mobil pada akhir 1980-an, dan saat bisnis gagal, ia beralih ke bisnis garmen.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Bisnis Grup Mayapada

Ilustrasi Bisnis (Image by mohamed Hassan from Pixabay)
Ilustrasi Bisnis (Image by mohamed Hassan from Pixabay)

Mengutip kanal Bisnis Liputan6.com pada artikel 19 September 2014, Tahir juga ekspansi ke bisnis selain garmen. Tahir mendirikan grup Mayapada bermula dari bisnis jasa keuangan. Ia mendirikan Bank Mayapada akhir 1980.

Mengutip laman grup Mayapada, Bank Mayapada menjadi inti dan tulang punggung bisnis jasa keuangan grup yang menargetkan berkembang UKM perusahaan komersial. Untuk memperkuat dan sinergi bagian jasa keuangan, grup Mayapada juga merambah ke industri asuransi melalui kemitraan dengan mitra dalam asuransi Zurich dan Sompo Japan NipponKoa.

Selain bisnis jasa keuangan, grup Mayapada ekspansi ke sektor jasa kesehatan, hotel & real estate, ritel khusus, dan media.

Di sektor layanan kesehatan, grup Mayapada memulai bisnis pada akhir 2000-an. Dengan tiga rumah sakit berstandar internasional, grup yakin dapat penuhi permintaan dan kebutuhan masyarakat Indonesia yang terus meningkat sering mencari perawatan di luar negeri.

Di sektor layanan kesehatan, perseroan menjalankan bisnis melalui PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk yang tercatat di Bursa Efek Indonesia pada 11 April 2011. Perseroan mengelola jaringan rumah sakit bertaraf nasional dengan merek Rumah Sakit Mayapada.

Perseroan akuisisi rumah sakit honoris pada 2008, yang berubah menajdi Mayapada Hospital Tangerang. Selainjutnya pada 2013, Mayapada Hospital Jakarta Selatan berdiri dan terus dikembangkan hingga 2018 didirikan dan di grand opening pada 2019 dengan Mayapada Hospital Jakarta Selatan. Perseroan pun mengembangkan rumah sakit di Surabaya, Bandung dan Jakarta. Tahir pun menjabat sebagai Wakil Komisaris Utama di PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk.

Kemudian di sektor ritel khusus, salah satu usaha awal grup Mayapada bermitra dengan Duty Free Shoppers (DFS), anak perusahaan dari grup LVMH pada akhir 1980-an. Selanjutnya di sektor properti, grup Mayapada investasi dan mengelola berbagai properti di seluruh wilayah.

Dengan strategi investasi hanya di lokasi prima dan kualitas aktiva, gru memiliki lebih dari empat menara perkantoran di central business district (CBD) Jakarta dan wilayah lainnya. Di Singapura, grup memiliki dua gedung perkantoran lebih terletak di CBD Singapura. Grup ini juga mengembangkan kota dan apartemen selain menara perkantoran di Indonesia.

Di sektor media, grup Mayapada sebagai mitra lokal Majalah Forbes dan investasi di berita harian mandarin Gou Ji Ri Bao.

Masuk Daftar 50 Orang Terkaya di Indonesia

Konglomerat Dato Sri Tahir Tukar Dolar ke Rupiah Senilai Rp 2 Triliun
Pendiri Mayapada Group Dato Sri Tahir usai menukarkan dolar AS dan dolar Singapura, Jakarta, Senin (15/10). Tahir menukarkan uang sebanyak USD 93 juta-55 juta dolar Singapura sekitar Rp 2 triliun. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Berkat usahanya tersebut, Tahir masuk daftar 50 orang terkaya di Indonesia pada 2021. Tahir berada di peringkat 16. Berdasarkan data real time Forbes, total kekayaannya USD 2,5 miliar atau sekitar Rp 35,87 triliun (asumsi kurs Rp 14.351 per dolar AS).

Selain terkenal sebagai pengusaha dan orang terkaya di Indonesia, ia juga dikenal sosok filantropis. Ia mendirikan Tahir Foundation yang memiliki visi untuk Indonesia lebih baik dengan setiap individu memiliki akses untuk pelayanan kesehatan dan pendidikan yang memadai untuk meningkatkan kualitas hidupnya.

Selain itu, Yayasan Tahir ini juga bertujuan meningkatkan taraf kehidupan masyarakat Indonesia dengan sediakan akses pelayanan kesehatan, pendidikan yang memadai terutama bagi mereka yang hadapi hambatan besar dalam peningkatan kualitas hidupnya.

Sebelumnya, Forbes mencatat, Tahir menyumbangkan tak kurang dari USD 50 juta atau Rp 475 miliar untuk sejumlah universitas di China, Indonesia, Amerika Serikat, dan Singapura.

Selain itu, sang Istri yang merupakan putri dari pengusaha Indonesia Mochtar Riady, Rosy Riady, juga mendirikan yayasan sosial h2h Charity yang berperan membantu menyekolahkan anak-anak kurang mampu di Indonesia.

Mengutip Kanal Bisnis Liputan6.com, Tahir juga bergabung dengan Bill & Melinda Gates Foundation, yayasan sosial milik miliader terkaya di dunia Bill Gates. Saking dekatnya, pendiri Microsoft yang juga merupakan miliarder nomor satu dunia itu rela menyambangi Jakarta pada 5 April 2014 atas undangan Tahir.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya