Elon Musk Batal Akuisisi Rp 658 Triliun, Ini Langkah Twitter

Dalam pengajuan, pengacara Elon Musk menuturkan, Twitter telah gagal dan menolak untuk menanggapi beberapa permintaan informasi tentang akun palsu dan spam

oleh Agustina Melani diperbarui 09 Jul 2022, 17:02 WIB
Diterbitkan 09 Jul 2022, 09:00 WIB
Aplikasi Twitter
Aplikasi Twitter. Ilustrasi: Dailydot.com

Liputan6.com, Jakarta - Chief Executive Officer (CEO) Tesla Elon Musk mengatakan pihaknya akhiri kesepakatan USD 44 miliar atau sekitar Rp 658,89 triliun (asumsi kurs Rp 14.974 per dolar AS) untuk membeli Twitter. Hal ini karena Twitter dinilai telah melanggar beberapa ketentuan dari perjanjian merger.

Chairman Twitter, Bret Taylor menuturkan, dewan berencana untuk mengambil tindakan hukum menegakkan perjanjian merger.

"Dewan Twitter berkomitmen menutup transaksi pada harga dan persyaratan yang disepakati dengan Musk,” ia menulis, seperti dikutip dari laman Channel News Asia, Sabtu (9/7/2022).

Dalam pengajuan, pengacara Elon Musk menuturkan, Twitter telah gagal dan menolak untuk menanggapi beberapa permintaan informasi tentang akun palsu dan spam di platform yang merupakan dasar kinerja bisnis perseroan.

"Twiter melakukan pelanggaran material terhadap beberapa ketentuan perjanjian itu, tampaknya telah membuat pernyataan dan menyesatkan yang diandalkan Musk saat memasuki perjanjian penggabungan,” demikian mengutip dari pengajuan itu.

Musk juga mundur karena Twitter memecat eksekutif tinggi dan sepertiga dari tim akuisis yang berbakat. Selain itu melanggar kewajiban Twitter untuk melestarikan secara substansial komponen material dari organisasi bisnisnya saat ini.

Pertempuran Hukum

Keputusan Musk kemungkinan akan hasilkan gejolak hukum yang berlarut-larut antara miliarder dan perusahaan berusia 16 tahun yang berbasis di San Francisco.

Merger dan akuisisi yang disengketakan berakhir di Pengadilan Delaware lebih sering berakhir dengan perusahaan kembali negosiasikan kembali kesepakatan atau pihak pengakuisisi membayar target penyelesaian untuk pergi, ketimbang hakim perintahkan agar transaksi diselesaikan.

Hal itu karena perusahaan target sering kali ingin selesaikan ketidakpastian seputar masa depan mereka dan terus maju.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Langkah Twitter

Ilustrasi Twitter
Ilustrasi Twitter. Kredit: Photo Mix via Pixabay

Twitter bagaimanapun berharap proses pengadilan akan dimulai dalam beberapa minggu dan diselesaikan dalam beberapa bulan, menurut seorang yang ketahui masalah tersebut. Ada banyak preseden untuk negosiasi ulang kesepakatan.

Beberapa perusahaan melakukan reprice terhadap akuisisi yang telah disepakati ketika pandemi COVID-19 merebak pada 2020 dan memberikan kejutan ekonomi global.

Salah satu contoh ritel Prancis LVMH mengancam akan tinggalkan kesepakatan dengan Tiffany and Co. Peritel perhiasan AS setuju turunkan harga akuisisi.

“Saya akan mengatakan Twitter berada dalam posisi yang baik secara hukum untuk menyatakan itu memberinya semua informasi yang diperlukan dan ini adalah alasan untuk mencari alasan untuk keluar dari kesepakatan,” ujar Associate dean for Faculty Research Tulane Law School, Ann Lipton.

Tiga Alasan Elon Musk Belum Akuisisi Twitter

Twitter
Ilustrasi Twitter (Foto: Pixabay)

Elon Musk mengungkap alasan kenapa proses akuisisi Twitter yang diumumkan sejak akhir April lalu belum rampung.

Seperti diketahui, CEO Tesla dan SpaceX itu mengumumkan ingin membeli Twitter seharga USD 44 miliar atau sekitar RP 651 triliun.

Dua bulan berlalu, proses akuisisi platform microblogging itu pun belum rampung dikarenakan berbagai kendala.

Sampai-sampai, Elon Musk sendiri mengatakan akan menunda pembelian hingga membatalkan pembelian Twitter karena beberapa hal.

Dalam salah satu sesi acara Bloomberg baru-baru ini, Elon mengakui ada beberapa isu atau masalah yang harus Twitter selesaikan sebelum dibeli.

Adapun masalah tersebut, antara lain:

1. Akun Palsu atau Bot

Elon beberapa kali secara gamblang mengungkap kekhwatirannya tentang jumlah akun palsu dan bot di Twitter.

Diketahui, manipulasi platform media sosial dengan akun palsu dan bot bukanlah hal baru.

Meski begitu, Elon ingin Twitter memberikan informasi lebih detail tentang berapa banyak penggunannya yang asli.

Sebelumnya, Twitter mengklaim jumlah akun palsu dan bot yang ada di platform angkanya kurang dari 5 persen dari jumlah pengguna aktif hariannya.

Dari pengalaman dirinya sebagai pengguna Twitter, Elon Musk meragukan angka yang diklaim oleh Twitter.

"Kami masih menunggu resolusi tentang masalah itu, dan itu masalah yang sangat signifikan di Twitter," dikutip dari CNBC, Rabu (22/6/2022).

2.Kendala Pembiayaan

Twitter
Ilustrasi Twitter. (Pexels.com/Brett Jordan)

Alasan lainnya adalah tentang porsi utang yang diperlukan Elon Musk untuk membeli Twitter.

Pada Mei 2022, Elon berkomitmen untuk membayar USD 33,5 miliar secara tunai. Dia juga telah menerima komitmen pembiayaan ekuitas dari co-founder Oracle, Larry Ellison, dan perusahaan kripto Binance.

Diketahui, keduanya bersedia menggelotorkan uang sebesar USD 7,1 miliar. Elon menyebutkan, sisa dana akan datang dalam bentuk pinjaman bank.

Meskipun menjadi orang terkaya di dunia, sebagian besar kekayaan Elon Musk terikat pada saham Tesla.

Dia telah menjual dan menjanjikan miliaran saham Tesla sebagai jaminan untuk pinjaman.

3.Persetujuan Pemegang Saham

Ilustrasi Twitter
Ilustrasi Twitter. (Liputan6/Pixabay)

Kendala terakhir bagi Musk untuk menyelesaikan proses akuisisi adalah persetujuan dari pemegang saham Twitter.

Investor diharapkan untuk memberikan suara pada kesepakatan pada akhir Juli atau awal Agustus.

"Akankah bagian utang terpenuhi? Dan kemudian apakah pemegang saham akan memberikan suara mendukung?” kata Musk, Selasa.

Apakah Musk akan mendapatkan dukungan yang cukup untuk pembelian masih belum jelas.

Bulan lalu, beberapa pemegang saham Twitter menggugat Musk dan perusahaan itu sendiri atas penanganan proses yang kacau.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya