Liputan6.com, Jakarta - PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mengumumkan hasil produksi untuk kuartal III 2022. Pada periode tersebut, perseroan berhasil memproduksi 17.513 metrik ton nikel dalam matte. Raihan ini naik dibandingkan produksi pada kuartal II 2022 sebesar 12.567 metrik ton, tetapi turun dibandingkan kuartal III 2021 sebesar 18.127 metrik ton.
"Volume produksi kami pada kuartal III 2022 adalah sekitar 39 persen lebih tinggi dibandingkan dengan volume produksi yang direalisasikan pada kuartal II 2022 terutama disebabkan oleh selesainya pembangunan kembali Tanur 4 pada Juni 2022 dan kami berhasil meningkatkan kapasitas Tanur 4 pada kuartal III 2022,” jelas Direktur Keuangan PT Vale Indonesia Tbk, Bernardus Irmanto dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (17/10/2022).
Baca Juga
Secara akumulatif sejak Januari—September, perseroan telah memproduksi 43.907 metrik ton nikel dalam matte. Turun 9,23 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 48.373 metrik ton.
Advertisement
"Produksi kami pada sembilan bulan pada 2022 lebih rendah 9 persen dibandingkan dengan produksi pada 9M21 terutama disebabkan oleh adanya pelaksanaan proyek pembangunan kembali Tanur 4 pada semester I 2022,” imbuh Bernardus.
Ia menambahkan, perseroan akan mengoptimalkan produksi untuk mencapai target yang tersisa tahun ini. Upaya itu dengan tetap menerapkan standar dan protokol keselamatan kerja yang tinggi pada operasi perseroan.
Pada penutupan perdagangan saham Senin, 17 Oktober 2022, saham INCO melemah 1,87 persen ke posisi Rp 6.575 per saham. Saham INCO dibuka stagnan di posisi Rp 6.700 per saham.
Saham INCO berada di level tertinggi Rp 6.700 dan terendah Rp 6.500 per saham. Total frekuensi perdagangan 2.580 kali dengan volume perdagangan 58.462 saham. Nilai transaksi Rp 38,4 miliar.
Vale Indonesia Garap Mega Proyek Rp 128 Triliun di Sulawesi
Sebelumnya, PT Vale Indonesia Tbk atau disebut Vale tengah garap proyek tiga proyek pengembangan di Sulawesi. Direktur Keuangan PT Vale Indonesia Tbk (INCO), Bernardus Irmanto menyebutkan, nilai investasi dari tiga proyek tersebut mencapai USD 8,6 miliar atau sekitar Rp 128,2 triliun (kurs Rp 14.906 per USD).
“Tiga proyek pengembangan PT Vale dengan total nilai investasi lebih dari USD 8 miliar, ini akan dieksekusi bersama dengan partner,” kata pria yang akrab disapa Anto itu dalam Public Expose Live 2022, Rabu (14/9/2022).
Tiga proyek itu antara lain, proyek Bahodopi dengan investasi sebesar USD 2,5 miliar yang akan dialokasikan untuk tambang dan pabrik. Kapasitas produksi dari proyek ini diperkirakan mencapai 73—80 kilo ton nikel dalam feronikel, ditargetkan mulai dieksekusi tahun ini dan rampung pada 2025.
Proyek ini digarap perseroan bersama Taiyuan Iron & Steel (Group) Co., Ltd (TISCO) dan Shandong Xinhai Technology Co., Ltd (Xinhai) usai penandatanganan perjanjian yang dilakukan para pihak pada 6 September 2022. Para pihak akan membentuk usaha patungan (joint venture) untuk mengembangkan fasilitas pengolahan nikel di Xinhai Industrial Park, Morowali, Sulawesi Tengah.
Mula-mula, Tisco dan Xinhai akan membentuk usaha patungan. Entitas JV milik Tisco dan Xinhai itu kemudian membentuk JV baru bersama PT Vale dengan target kepemilikan Vale sebesar 49 persen, sisanya 51 persen dimiliki oleh JV milik Tisco dan Xinha.
Selanjutnya proyek Sorowako, berupa pengembangan smelter berteknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL).
Advertisement
Proyek Sorowako
Pabrik HPAL bar ini akan mengolah bijih nikel limonit menjadi produk Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) dengan kapasitas produksi tahunan mencapai 60.000 ton produk nikel dalam MHP.
Total investasi senilai USD 2 miliar. Perseroan telah menyepakati kerjasama dengan Zhejiang Huayou Cobalt Company (Huayou) untuk proyek ini.
“Estimasi proyek kami perkirakan bisa dieksekusi mulai 2023 dan akan selesai pada 2026,” imbuh Anto.
Perseroan berencana untuk genggam 30 persen kepemilikan dari perusahaan patungan itu. Sementara sisanya akan dimiliki oleh Huayou atau entitas lain yang mungkin akan bergabung di kemudian hari.
Dengan mitra yang sama, perseroan juga akan membangun fasilitas pengolahan di Pomalaa. Pabrik yang dibangun akan menggunakan teknologi HPAL dengan kapasitas produksi tahunan 120.000 ton Nikel dalam Mixed Hydroxide Precipitate (MSP). Nilai investasi untuk proyek ini adalah sebesar USD 4,5 miliar dan ditargetkan rampung pada 2025.
Pada 21 Juli lalu, perseroan mengumumkan Ford Motor Co. bergabung ke Proyek Pomalaa. Sehingga target susunan pemegang saham akhir adalah PT Vale 30 persen, Huayou 53 persen dan Ford 17 persen.
Vale Indonesia Bersama Taiyuan dan Shandong Resmi Garap Proyek Blok Bahodopi
Sebelumnya, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) menandatangani perjanjian investasi proyek blok Bahodopi senilai USD 2,1 miliar atau sekitar Rp 31,3 triliun (kurs Rp 14.903 per USD).
Penandatanganan perjanjian dilakukan perseroan bersama Taiyuan Iron & Steel (Group) Co., Ltd (TISCO) dan Shandong Xinhai Technology Co., Ltd (Xinhai) pada Selasa, 6 September 2022.
Nantinya tiga entitas itu akan membentuk usaha patungan (joint venture) untuk mengembangkan fasilitas pengolahan nikel di Xinhai Industrial Park, Morowali, Sulawesi Tengah. Rencananya, perusahaan patungan disiapkan membangun fasilitas dengan delapan lini kapasitas pemrosesan feronikel tanur putar-listrik dan perkiraan produksi tahunan 73.000 metrik ton nikel, bersama dengan fasilitas pendukung.
"Estimasi biaya capex untuk investasi sekitar USD 2,1 miliar untuk pembangunan pabrik di mana di dalamnya termasuk USD 300 juta tambahan fasilitas LNG untuk kurangi emisi karbon,” ungkap CEO PT Vale Indonesia Tbk, Febriany Eddy di Jakarta, Selasa (6/9/2022).
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Keuangan PT Vale Indonesia Tbk (INCO), Bernardus Irmanto menargetkan 70 persen pembiayaan berasal dari pinjaman bank, sisanya 30 persen dari ekuitas masing-masing perusahaan. Adapun semua pihak setuju perseroan akan memiliki 49 persen dari ekuitas perusahaan patungan, sementara TISCO dan Xinhai melalui JV yang lain, akan genggam sisanya yakni 51 persen.
"Secara kepemilikan saham, Vale akan pegang 49 persen sementara partner kami 51 persen. Proses financing sekarang berjalan tapi kami targetkan 70:30. Di mana 70 persen dari pinjaman bank dan 30 persen dari masing-masing shareholder,” kata Bernard.
Advertisement