Liputan6.com, Jakarta PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT) berhasil membukukan pendapatan sebesar Rp 3,4 triliun year to date, di mana angka ini mencapai 117% dari totalpendapatan di sepanjang tahun 2021. Pendapatan Perseroan meningkat sebesar 61 persen year-on-year (YoY).
Mengutip materi Public Expose (paparan publik) Perseroan, Sabtu (19/11/2022), Perseroan mencatatkan EBITDA sebesar Rp 806 miliar, naik 40 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.
Perseroan mencatat adanya penurunan beban bunga sebesar 23 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Ratio keuangan juga membaik selama 2 tahun terakhir.
Advertisement
Operational excellence dan CAPEX yang menunjang efektivitas dan produktivitas tanaman termasuk peningkatan kualitas infrastruktur telah menunjukkan hasil dengan pertumbuhan produksi, performa operasional serta finansial. Volume penjualan CPO YTD juga mengalami kenaikan 32,5 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.
Dalam menjunjung tinggi prinsip berkelanjutan, BWPT menerapkan aspek Lingkungan, Sosial dan tata kelola (Environment, Social, dan Governance atau ESG) dalam strategi bisnisnya, di mana hal ini sejalan dengan nilai perusahaan yang dituangkan dalam Kebijakan Keberlanjutan milik Perseroan.
Perseroan menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) Rp 200 miliar pada 2023. Besaran itu tak jauh berbeda dengan target realisasi belanja modal tahun ini.
Direktur Utama PT Eagle High Plantations Tbk, Henderi Djunaidi mengatakan, belanja modal itu akan dialokasikan salah satunya untuk pembangunan pabrik baru di Kalimantan Timur (Kaltim).
“Tahun depan kurang lebih Rp 200 miliar. Termasuk kemungkinan membangun satu pabrik dan ada persiapan pengembangan area,” kata dia dalam paparan publik perseroan, Rabu (9/11/2022).
Henderi menjelaskan, penambahan pabrik itu sejalan dengan peningkatan produktivitas tanaman pada wilayah tersebut. Sehingga perusahaan memutuskan untuk membangun pabrik baru dengan kapasitas 30 ton per jam.
Realisasi Capex
Seiring dengan kinerja perseroan yang terus membaik, mayoritas belanja modal direncanakan berasal dari kas internal.
“Dengan performa operasional dan ditunjang harga komoditas yang baik, kami yakin cash flow akan baik.Secara tidak langsung porsi terbesar akan dari internal cash, tidak menutup kemungkinan sebagai bantuan dari bank,” ujar Henderi.
Realisasi Capex hingga September 2022Adapun realisasi belanja modal sampai dengan September 2022 yakni berkisar Rp 200 miliar.
Henderi mengatakan, realisasi ini sesuai dengan target perusahaan dan memang terserap lebih cepat sebelum akhir tahun. Sehingga pada kuartal IV tahun ini kemungkinan perseroan tidak akan banyak menyerap belanja modal, dan sampai akhir tahun realisasi capex akan relatif sama.
“Capex sampai saat ini, 75 persen kita spend untuk peremajaan alat. Sisanya untuk perbaikan infrastruktur. Kami juga fokus untuk kesejahteraan karyawan. Hasilnya kami harapkan produktivitas karyawan ikut membaik,” beber Henderi.
Advertisement