Membedah Negara Tujuan Ekspor Utama Surya Esa Perkasa

PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA) mencatat Korea dan Taiwan menjadi negara tujuan ekspor perseroan terbesar.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 23 Nov 2022, 19:35 WIB
Diterbitkan 23 Nov 2022, 19:35 WIB
Wakil Direktur PT Surya Esa Perkasa Tbk, Kanishk Laroya saat paparan publik PT Surya Esa Perkasa Tbk, Rabu (23/11/2022) (Foto: tangkapan layar/Pipit I.R)
Wakil Direktur PT Surya Esa Perkasa Tbk, Kanishk Laroya saat paparan publik PT Surya Esa Perkasa Tbk, Rabu (23/11/2022) (Foto: tangkapan layar/Pipit I.R)

Liputan6.com, Jakarta - PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA) mencatatkan kinerja cemerlang hingga kuartal III 2022. Surya Esa Perkasa mencatatkan rekor pendapatan sebesar USD 557,03 juta, meningkat 132 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar USD 240,51 juta.

Penjualan amonia memberikan kontribusi 93 persen terhadap pendapatan ESSA. Wakil Direktur PT Surya Esa Perkasa Tbk, Kanishk Laroya memaparkan, produksi amonia perseroan hingga September 2022 sebesar 564.550 MT, dengan jumlah amonia yang diekspor mencapai 574.004 MT. Korea dan Taiwan menjadi negara dengan jumlah ekspor paling besar.

"Penjualan amonia yang dari Indonesia itu banyak ke Korea, Taiwan, Jepang dan sekitarnya," kata Kanishk dalam paparan publik perseroan, Rabu (23/11/2022).

Rinciannya, Korea dan Taiwan masing-masing mengambil porsi 47 persen dan 31 persen. Kemudian Jepang dan India masing-masing 5 persen. Afrika Selatan dan Turki masing-masing 4 persen.

Lalu Thailand 2 persen, sisanya Madagaskar dan Singapura masing-masing 1 persen. Hingga September 2022, berhasil mengantongi laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar USD 104,64 juta atau sekitar Rp 1,6 triliun.Raihan laba itu naik 1.183,25 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar USD 8,13 juta.

"Keunggulan operasional yang konsisten didukung oleh harga Amonia dan LPG yang lebih tinggi telah membantu ESSA untuk mempertahankan kinerja yang solid," ungkap Presiden Direktur PT Surya Esa Perkasa Tbk, Chander Vinod Laroya sebelumnya.

Berlanjutnya kendala pasokan gas di Eropa sehubungan dengan konflik Rusia-Ukraina, mengakibatkan harga gas masih tetap tinggi dengan disertai efek knock-on pada biaya produksi amonia.

Adapun harga amonia di Asia telah stabil pada tingkat yang lebih tinggi sekitar USD 900 per metrik ton (MT). Realisasi harga amonia ESSA pada Januari hingga September 2022 melonjak 105 persen menjadi USD 902 per MT dibandingkan dengan USD 441 dolar per MT pada periode yang sama tahun lalu.

Target Pendapatan

Ilustrasi Laporan Keuangan
Ilustrasi Laporan Keuangan.Unsplash/Isaac Smith

Sebelumnya, PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA) menargetkan pendapatan di atas USD 700 juta atau sekitar Rp 10,98 triliun (kurs Rp 15.692 per USD). Target tersebut sejalan dengan raihan kinerja perseroan hingga September 2022 yang teru menunjukkan pertumbuhan positif.

Sayangnya, Direktur PT Surya Esa Perkasa Tbk Prakash Chand Bumb belum bisa mematok target tahun depan pantaran kondisi ekonomi yang masih dinamis. Namun secara umum, Prakash mengatakan kinerja perseroan tahun depan tergantung pada trend harga LPG dan amonia.

"Revenue dan ebitda tahun ini kita bisa estimasi, tapi untuk tahun depan tergantung harga LPG dan amonia. Kita harap harga tinggi. Sedangkan untuk 2022, ekspektasi dari revenue kita di atas USD 700 juta, dan EBITDA lebih dari USD 330 juta," beber Prakash dalam paparan publik perseroan, Rabu (23/11/2022).

Hingga September 2022, perseroan berhasil mengantongi laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar USD 104,64 juta. Raihan laba itu naik 1.183,25 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar USD 8,13 juta.

Pada periode ini, ESSA membukukan rekor pendapatan sebesar USD 557,03 juta, meningkat 132 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar USD 240,51 juta. EBITDA hingga September 2022 tercatat sebesar USD 269 juta atau naik 136 persen yoy berkat operasi yang kuat dan kondisi pasar yang menguntungkan.

 

Harga Amonia

Ilustrasi Laporan Keuangan. Unsplash/Austin Distel
Ilustrasi Laporan Keuangan. Unsplash/Austin Distel

Berlanjutnya kendala pasokan gas di Eropa sehubungan dengan konflik Rusia-Ukraina, mengakibatkan harga gas masih tetap tinggi, disertai efek knock-on pada biaya produksi amonia. Adapun harga amonia di Asia telah stabil pada tingkat yang lebih tinggi sekitar USD 900 per metrik ton (MT).

Realisasi harga amonia ESSA pada Januari hingga September 2022 melonjak 105 persen menjadi USD 902 per MT dibandingkan dengan USD 441 dolar per MT pada periode yang sama tahun lalu. Produksi amonia ESSA pada periode ini meningkat 16 persen yoy. Penjualan amonia memberikan kontribusi 93 persen terhadap pendapatan ESSA.

Bersamaan dengan naiknya pendapatan, beban pokok pendapatan tercatat meningkat menjadi USD 298,87 juta dari USD 145,28 juta per September 2021. Sementara realisasi harga LPG yakni USD 773 per MT pada September 2022 dari USD 581 per MT pada September 2021. Produksi LPG pada September 2022 tercatat sebesar USD 47.918 MT.

"jadi harga amonia dan LPG ini tetap tinggi dari beberapa tahun yang lalu. Kami harap harga masih akan melanjutkan penguatan sehingga bisa berkontribusi pada revenue dan profit perseroan tetep bagus," tutur Prakash.

Kinerja Kuartal III 2022

Ilustrasi Laporan Keuangan atau Laba Rugi. Foto: Freepik/ pch.vector
Ilustrasi Laporan Keuangan atau Laba Rugi. Foto: Freepik/ pch.vector

Sebelumnya, PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA) mengumumkan kinerja perseroan untuk periode yang berakhir pada 30 September 2022. PT Surya Esa Perkasa Tbk mencatat pertumbuhan pendapatan dan laba bersih hingga kuartal III 2022.

Pada periode tersebut, PT Surya Esa Perkasa Tbk berhasil mengantongi laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar USD 104,64 juta atau sekitar Rp 1,60 triliun (kurs Rp 15.320 per USD). Raihan laba itu naik 1.183,25 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar USD 8,13 juta.

Pada periode ini, ESSA membukukan rekor pendapatan sebesar USD 557,03 juta, meningkat 132 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar USD 240,51 juta. EBITDA hingga September 2022 tercatat sebesar USD 269 juta atau naik 136 persen yoy berkat operasi yang kuat dan kondisi pasar yang menguntungkan.

"Keunggulan operasional yang konsisten didukung oleh harga Amonia dan LPG yang lebih tinggi telah membantu ESSA untuk mempertahankan kinerja yang solid," ungkap Presiden Direktur PT Surya Esa Perkasa Tbk, Chander Vinod Laroya dalam keterangannya, Selasa (11/10/2022).

Berlanjutnya kendala pasokan gas di Eropa sehubungan dengan konflik Rusia-Ukraina, mengakibatkan harga gas masih tetap tinggi dengan disertai efek knock-on pada biaya produksi amonia. Adapun harga amonia di Asia telah stabil pada tingkat yang lebih tinggi sekitar USD 900 per metrik ton (MT).

Realisasi harga amonia ESSA pada Januari hingga September 2022 melonjak 105 persen menjadi USD 902 per MT dibandingkan dengan USD 441 dolar per MT pada periode yang sama tahun lalu. Produksi amonia ESSA pada periode ini meningkat 16 persen yoy.

Sementara penjualan amonia memberikan kontribusi 93 persen terhadap pendapatan ESSA. Bersamaan dengan naiknya pendapatan, beban pokok pendapatan tercatat meningkat menjadi USD 298,87 juta dari USD 145,28 juta per September 2021.

 

 

 

 

Aset Perseroan

(Foto: Ilustrasi laporan keuangan. Dok Unsplash/Carlos Muza)
(Foto: Ilustrasi laporan keuangan. Dok Unsplash/Carlos Muza)

Meski begitu, laba kotor perseroan masih mengalami kenaikan 171,05 persen menjadi USD 258,17 juta dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar USD 95,25 juta.

Beban penjualan pada periode ini tercatat sebesar USD 2,72 juta, beban umum dan administrasi USD 26,67 juta, penghasilan bunga USD 285.767, beban keuangan USD 25,17 juta, serta keuntungan dan kerugian lain-lain sebesar USD 4,51 juta.

Dari rincian itu, setelah dikurangi beban pajak penghasilan, perseroan mengukuhkan laba periode berjalan sebesar USD 166,56 juta, naik 2.055,85 persen dibanding September 2021 sebesar USD 7,73 juta. Dari sisi aset perseroan hingga September 2022 tercatat sebesar USD 839,05 juta, naik dibandingkan posisi akhir tahun lalu sebesar USD 809,29 juta.

Terdiri dari aset lancar senilai USD 251,21 juta dan aset tidak lancar USD 587,84 juta. Liabilitas sampai dengan September 2022 tercatat sebesar USD 367,08 juta, naik dari USD 508,51 juta pada akhir tahun lalu.

Terdiri dari liabilitas jangka pendek USD 121,36 juta dan liabilitas jangka panjang USD 245,72 juta. Sementara ekuitas sampai dengan September 2022 naik menjadi USD 471,87 juta dari USD 300,78 juta pada akhir Desember 2021.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya