Ketidakpastian Suku Bunga The Fed Masih Bayangi Pasar

Pada awal tahun baru, pasar terus mengamati langkah the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS dengan risalah pertemuan yang baru dirilis yang menunjukkan siklus suku bunga sudah mencapai puncak.

oleh Agustina Melani diperbarui 07 Jan 2024, 17:18 WIB
Diterbitkan 07 Jan 2024, 17:18 WIB
Ketidakpastian Suku Bunga The Fed Masih Bayangi Pasar
Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat kinerja positif sepanjang 2-5 Januari 2024. Sektor saham transportasi dan energi berkontribusi signifikan terhadap IHSG. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat kinerja positif sepanjang 2-5 Januari 2024. Sektor saham transportasi dan energi berkontribusi signifikan terhadap IHSG.

Mengutip riset PT Ashmore Asset Management Indonesia, IHSG menguat 1,07 persen ke posisi 7.351 pada pekan pertama Januari 2024. Sektor saham transportasi dan logistic serta energi masing-masih berkontribusi 3,96 persen dan 3,31 persen terhadap indeks saham.

Pada pekan ini, investor asing beli saham USD 95 juta atau sekitar Rp 1,47 triliun (asumsi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.519).

Pada pekan ini, pasar hadapi rilis data ekonomi dari Amerika Serikat (AS) antara lain data PMI komposit, data pekerjaan yang lebih rendah dari yang diharapkan.

Di Eropa, Prancis dan Jerman merilis inflasi lebih tinggi pada Desember 2023, sejalan dengan harapan yang lebih tinggi tingkat inflasi di Eropa. Jerman mencatat inflasi 3,7 persen year on year (YoY) pada Desember 2023.

Dari Indonesia, inflasi tercatat lebih rendah pada Desember 2023 tapi masih sejalan dengan target bank sentral. Inflasi Indonesia tercatat 2,61 persen pada Desember 2023 dari posisi November 2,86 persen.Inflasi ini lebih rendah dari prediksi pasar 2,72 persen. Inflasi inti tercatat 1,8 persen pada Desember 2023 dibandingkan prediksi 1,85 persen.

Ketidakpastian Suku Bunga The Fed Berlanjut

Pada awal tahun baru, pasar terus mengamati langkah the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS dengan risalah pertemuan yang baru dirilis yang menunjukkan siklus suku bunga sudah mencapai puncak.

Namun, the Fed terus menyatakan kemungkinan kenaikan lebih lanjut jika inflasi akan memberikan kejutan positif.

“Hampir semua peserta (rapat the Fed-red) yakin akan menurunkan suku bunga tahun ini, tetapi masih terdapat ketidakpastian mengenai waktu pelaksanaan pemangkasan suku bunga,” demikian dikutip dari riset tersebut.

 

 

Data Ekonomi Lainnya

IHSG Dibuka di Dua Arah
Pekerja melintas di dekat layar digital pergerakan saham di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (14/10/2020). Pada prapembukaan perdagangan Rabu (14/10/2020), IHSG naik tipis 2,09 poin atau 0,04 persen ke level 5.134,66. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Data penting lainnya yang perlu diperhatikan yakni tingkat pengangguran di Amerika Serikat (AS) yang dirilis pada Jumat, 5 Januari 2024 yang dapat mengubah harapan terhadap keputusan suku bunga the Fed beberapa bulan mendatang.

Saat ini, pasar masih memprediksi penurunan suku bunga sebesar 150 basis poin pada akhir 2024. Selain itu, suku bunga juga sudah berada pada puncak.

Pekan ini, pasar juga melihat imbal hasil obligasi pemerintah AS dan Indonesia menguat sejak rilis risalah the Fed. Imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun naik 13 basis poin menjadi 4,01 persen dan imbal hasil obligasi Indonesia naik 22 basis poin menjadi 6,71 persen.

“Kami merekomendasikan untuk tetap melakukan diversifikasi pada saham dan pendapatan tetap dengan kecenderungan terhadap dana obligasi berdenominasi dolar AS,” demikian mengutip dari riset Ashmore Asset Management Indonesia.

“Lonjakan imbal hasil obligasi baru-baru ini dapat memberikan peluang pembelian yang menarik untuk pendapatan tetap. Untuk saham kami merekomendasikan ASDN dan ADEN. Sedangkan untuk reksa dana pendapatan tetap, Ashmore merekomendasikan ADON dan ADUN dalam portofolio,”

Investor Asing Beli Saham Rp 2,8 Triliun, IHSG Meroket ke 7.350

FOTO: PPKM, IHSG Ditutup Menguat
Pialang tengah mengecek Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta, Kamis (9/9/2021). IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore ditutup menguat 42,2 poin atau 0,7 persen ke posisi 6.068,22 dipicu aksi beli oleh investor asing. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

 Sebelumnya diberitakan, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat kinerja positif pada 2-5 Januari 2024. Analis menuturkan, kinerja positif IHSG didukung kembalinya dana investor asing.

Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG melonjak 1,07 persen ke posisi 7.350,61 pada pekan ini dari pekan lalu di posisi 7.272,79.  Pada pekan ini, IHSG memecahkan rekor tertinggi sepanjang sejarah pada penutupan perdagangan Kamis, 4 Januari 2024 di posisi 7.359,76.

Penguatan IHSG diikuti kenaikan kapitalisasi pasar. Kapitalisasi pasar naik 0,91 persen dari Rp 11.674 triliun pada pekan lalu menjadi Rp 11.780 triliun. Kapitalisasi pasar tersebut tertinggi sepanjang sejarah.

Sementara itu, rata-rata frekuensi transaksi harian saham sebesar 29,83 persen menjadi 1.154.208 kali transaksi dari 888.989 kali transaksi pada pekan lalu.

Rata-rata nilai transaksi harian saham sepekan terpangkas 12,71% menjadi Rp8,34 triliun dari Rp9,56 triliun pada sepekan yang lalu. Rata-rata volume transaksi harian saham turun sebesar 1,63% selama sepekan menjadi 16,28 miliar lembar saham dari 16,55 miliar lembar saham pada pekan lalu.

Investor asing melakukan aksi beli saham Rp 1,4 triliun pada Jumat, 5 Januari 2024. Selama sepekan, investor asing beli saham Rp 2,87 triliun.

Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, pada pekan ini pergerakan IHSG cenderung menguat yang diperkirakan dipengaruhi oleh masuknya kembali dana asing ke pasar modal Indonesia.

Selain itu, Herditya menuturkan,emiten-emiten perbankan bigcaps juga bergerak menguat akibat adanya katalis dari pembagian dividen. Pergerakan saham bank itu antara lain BBCA, BBNI, BBRI, dan BMRI menjadi penggerak IHSG.

"Ditambah emiten-emiten batu bara seperti ITMG dan PTBA yang juga menguat cukup signifikan,” kata dia saat dihubungi Liputan6.com.

 

Total Emisi Obligasi

Ilustrasi Obligasi
Ilustrasi Obligasi (Photo created by rawpixel.com on Freepik)

Sebelumnya diberitakan, BEI mencatat selama sepekan terdapat pencatatan satu obligasi, satu sukuk, dan satu saham.Pada Kamis, 4 Januari 2024, Obligasi III Pindo Deli Pulp and Paper Mills Tahun 2023 serta Sukuk Mudharabah II Pindo Deli Pulp and Paper Mills Tahun 2023 yang diterbitkan PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills mulai dicatatkan di BEI dengan nilai masing-masing sebesar Rp 1,22 triliun  dan Rp 1 triliun.

Hasil pemeringkatan PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) untuk obligasi dan sukuk ini masing-masing adalah idA (Single A) dan idA(sy) (Single A Syariah). Sedangkan, PT Kredit Rating Indonesia (KRI) memberikan rating untuk keduanya masing-masing adalah irAA- (double A minus). PT Bank KB Bukopin Tbk bertindak sebagai Wali Amanat dalam emisi ini.

Total emisi obligasi dan sukuk yang tercatat sepanjang tahun 2024 adalah 2 emisi dari 1 emiten senilai Rp2,23 triliun. Dengan pencatatan tersebut maka total emisi obligasi dan sukuk yang tercatat di BEI berjumlah 542 emisi dengan nilai nominal outstanding sebesar Rp459,28 triliun dan USD32,362 juta, diterbitkan oleh 127 emiten.

Surat Berharga Negara (SBN) tercatat di BEI berjumlah 186 seri dengan nilai nominal Rp5.726,74 triliun dan USD502,10 juta. EBA sebanyak 10 emisi senilai Rp3,25 triliun.

Pada Jumat, 5 Januari 2024, PT Asri Karya Lestari Tbk (ASLI) mulai mencatatkan saham perdananya di Papan Utama BEI. ASLI menjadi perusahaan pertama yang tercatat di BEI pada 2024. ASLI bergerak pada sektor Infrastruktur dengan sub industri Konstruksi Bangunan.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya