Surya Semesta Internusa Bidik Pendapatan Naik 23% pada 2024

Minat yang luar biasa ini mendorong Surya Semesta Internusa untuk menaikkan target penjualan pemasaran 2024 untuk Suryacipta City of Industry Karawang dan Subang Smartpolitan.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 13 Mei 2024, 12:26 WIB
Diterbitkan 13 Mei 2024, 12:26 WIB
Surya Semesta Internusa Bidik Pendapatan Naik 23% pada 2024
PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) optimistis tiga bisnis utama perseroan akan berkinerja sangat baik pada 2024. (Dok Suryacipta)

Liputan6.com, Jakarta - PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) optimistis  tiga bisnis utama perseroan akan berkinerja sangat baik pada 2024. Hal ini menyusul pemulihan dari pandemi COVID-19 pada 2020 hingga 2022 dan hasil positif Pemilu Indonesia 2024, khususnya dalam penjualan lahan industri, yang menunjukkan siklus naik seperti 2010-2011. 

Melansir siaran pers, Senin (13/5/2024), Surya Semesta Internusa melihat minat yang luar biasa, terutama dari China, di Suryacipta City of Industry, Karawang serta pengembangan Industrial Green City terbaru SSIA, Subang Smartpolitan. 

Minat yang luar biasa ini mendorong Surya Semesta Internusauntuk menaikkan target penjualan pemasaran pada 2024 untuk Suryacipta City of Industry Karawang dan Subang Smartpolitan dari 65 hektar menjadi 184 hektar atau dengan nilai penjualan setara Rp 2,2 triliun. 

Dengan asumsi penjualan pemasaran tercapai dan dibukukan tahun ini, pendapatan konsolidasi SSIA pada 2024 diperkirakan akan meningkat sebesar 23 persen menjadi Rp 5,6 triliun, dengan laba bersih naik 182 persen menjadi Rp 500 miliar. 

Pada 30 April 2024, Subang Smartpolitan "Green, Smart, and Sustainable City", sebuah kawasan terpadu untuk area industri dan komersial di Indonesia dengan bangga menyambut BYD, salah satu pelopor global dalam industri kendaraan listrik (EV), sebagai salah satu tenant utama. 

Pendirian pabrik EV oleh BYD di Subang Smartpolitan menandai langkah penting dalam mendorong mobilitas berkelanjutan di Indonesia dan kawasan Asia Tenggara. 

BYD menjadi penyewa terbesar pertama di kawasan tersebut dengan menempati area lebih dari 108 hektar. Ini menandai pencapaian monumental bagi Subang Smartpolitan, khususnya dalam penjualan lahan industri. 

Dengan Subang Smartpolitan, pertumbuhan jangka pendek dan menengah SSIA masih bergantung pada pemain global di bidang manufaktur, teknologi, dan lembaga R&D.

Sementara dalam jangka panjang, infrastruktur Subang Smartpolitan akan berkontribusi pada pertumbuhan Perusahaan melalui layanan yang diberikannya kepada penyewa dan masyarakat, seperti air, pengelolaan air limbah, pengelolaan limbah, energi, gas, jalan tol, dan layanan telekomunikasi. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Surya Semesta Internusa Siapkan Belanja Modal Rp 1,3 Triliun pada 2024

Paparan publik PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA), Jumat (15/12/2023). (Foto: tangkapan layar/ Pipit I.R)
Paparan publik PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA), Jumat (15/12/2023). (Foto: tangkapan layar/ Pipit I.R)

Sebelumnya, PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) Rp 1,3 triliun untuk 2024. VP Head of Investor Relations PT Surya Semesta Internusa Tbk, Erlin Budiman mengatakan belanja modal itu akan dialokasikan untuk pengembangan proyek di Subang, Jawa Barat.

"Capex 2024 kami sepakat anggarkan Rp 1,3 triliun. Sebesar Rp 1 triliun kita anggarkan untuk Subang land development dan land acquisition. Sisanya untuk hospitality Rp 250 miliar, ada Nusa Raya Cipta dan lainnya," beber Erlin dalam paparan publik perseroan, Jumat (15/12/2023).

Informasi saja, proyek Subang Smartpolitan dibangun di atas lahan seluas 2.717Ha. Subang Smartpolitan dikembangkan dalam 4 tahap. Pengembangan tahap 1 dimulai pada kuartal IV 2020 dan siap serah terima pada kuartal III tahun ini. Antara lain meliputi kawasan komersial, perindustrian, perumahan, leisure, pendidikan, serta sarana dan prasarana penunjang.

Pada kesempatan yang sama, Direktur PT Surya Semesta Internusa Tbk The Jok Tung menjelaskan sumber pendanaan belanja modal itu berasal berbagai sumber. Sebagai informasi, perseroan baru saja melakukan refinancing utang ke international Finance Corporation (IFC). Sebagai gantinya, perseroan memperoleh fasilitas dari bank lokal, dalam hal ini adalah Bank Central Asia Tbk (BBCA), dan dari PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI).

"Bulan lalu kita sudah lakukan refinancing utang ke IFC, digantikan menjadi local bank, BCA, dan SMI. Amount-nya bertambah dari sekitar Rp 1 t menjadi Rp 1,5 triliun. Jadi dari sana kita ada plafond sekitar di atas 500 miliar, plus sisanya dari internal," ujar Jok Tung.

 


Pangkas Biaya Operasional, Perusahaan Afiliasi SSIA Ini Buka Peluang Merger

IHSG Ditutup Menguat
Karyawan memfoto layar pergerakan IHSG, Jakarta, Rabu (3/8/2022). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan di Bursa Efek Indonesia, Rabu (3/08/2022), ditutup di level 7046,63. IHSG menguat 58,47 poin atau 0,0084 persen dari penutupan perdagangan sehari sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya diberitakan, Travelio, perusahaan afiliasi PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) membuka kemungkinan perusahaan melakukan aksi korporasi berupa merger.

Direktur Utama PT Surya Semesta Internusa Tbk, Johannes Suriadjaja mengatakan, aksi tersebut dimaksudkan untuk mengelola biaya perseroan agar dapat membukukan keuntungan ke depan.

Johannes mengakui, Travelio saat ini belum mendulang laba. Hal itu lantaran biaya pengeluaran untuk sejumlah post masih tinggi. Seperti untuk manajemen perusahaan, mengingat Travelio tidak dikelola oleh masing-masing pemilik properti, melainkan ada manajemen sendiri yang mengelola mulai dari marketing hingga maintenance.

"Kita sedang mempelajari potential merger. Kalau bisa dikombinasikan dengan salah satu hotel grup, ini jadi lebih efisien operasinya. Untuk owner maupun Travelio, sharing cost jadi signifikan. Makanya kita masih terbuka untuk pertumbuhan organik maupun anorganik,” kata Johannes, ditulis Minggu (10/7/2022).

Diperkirakan, Travelio bisa mencetak laba pada akhir 2023. Dengan catatan, semua biaya operasional bisa dikelola seefisien mungkin. Travelio diluncurkan oleh perseroan melalu entitas anak PT Horizon Internusa Persada (HIP) pada 2015. Seiring masuknya investor baru, perseroan kini memiliki sekitar 25 persen kepemilikan Travelio.

"Sekarag kita memiliki sekitar 25 persen di Travelio. Valuasi terakhir di atas USD 100 juta, sekitar Rp 1,5 triliun," ujar dia.

Saat ini Travelio tersebar di 10 kota di Indonesia. Hingga semester I 2022, Travelio memiliki 9.212 apartemen dan 1.077 hunian (houses). Target sampai akhir tahun meningkat 1,7 kali menjadi 13.520 apartemen dan houses empat kali lipat dari saat ini menjadi 4.395 houses.

 


Kontrak Baru

FOTO: PPKM, IHSG Ditutup Menguat
Pialang tengah mengecek Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta, Kamis (9/9/2021). IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore ditutup menguat 42,2 poin atau 0,7 persen ke posisi 6.068,22 dipicu aksi beli oleh investor asing. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) optimistis bisa mewujudkan target kontrak baru hingga akhir 2022, bahkan melampauinya. Hingga paruh pertama 2022 saja, perseroan mengantongi kontrak baru Rp 1,6 triliun.

Head of Investor Relations & Corporate Communications PT Surya Semesta Internusa Tbk, Erlin Budiman mengatakan, raihan itu telah melampaui setengah dari target hingga akhir tahun.

"Enam bulan pertama, perseroan sudah meraih Rp 1,6 triliun kontrak baru. Jadi kalau kita lihat target Rp 1,9 sampai akhir tahun, achievement-nya sudah lebih dari 50 persen. Kami optimis target ini tercapai sampai akhir tahun,” ujar Erlin dalam webinar Indonesia Investment Education, Sabtu, 9 Juli 2022.

Adapun raihan kontrak baru pada semester I 2022 tercatat lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1,07 triliun.

Pada 2022, perseroan memang menenangkan target yang konservatif, mempertimbangkan perkembangan pandemi covid-19 dan percepatan ekonomi. Sehingga secara full year, target kontrak baru tahun ini lebih rendah 29 persen dari realisasi tahun lalu sebesar Rp 2,68 triliun.

Sementara dari sisi pendapatan, perseroan optimistis akan lebih tinggi dibanding tahun lalu. Yakni naik 14 persen menjadi Rp 1,3 triliun dibanding tahun sebelumnya Rp 1,67 triliun. Keyakinan itu tercermin dari pendapatan pada kuartal I tahun ini yang tercatat lebih tinggi mencapai Rp 630 miliar dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 342 miliar.

"Sampai akhir tahun revenue perseroan akan mengalami peningkatan 14 persen dari tahun sebelumnya. Kalau pencapaian di kuartal i sudah double dari tahun sebelumnya,” imbuh Erlin.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya