Pasar Berharap The Fed Pangkas Suku Bunga Dua Kali pada 2024

The Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral Amerika Serikat ingin melihat lebih banyak lagi inflasi bergerak menuju target 2 persen dan bukan hanya satu titik data untuk menentukan suku bunga.

oleh Agustina Melani diperbarui 17 Jun 2024, 19:16 WIB
Diterbitkan 17 Jun 2024, 19:15 WIB
Pasar Berharap The Fed Pangkas Suku Bunga Dua Kali pada 2024
Hasil pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) menunjukkan penurunan suku bunga lebih kecil dari perkiraan pasar pada 2024 meski data inflasi Mei menggembirakan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Hasil pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) menunjukkan penurunan suku bunga lebih kecil dari perkiraan pasar pada 2024 meski data inflasi Mei menggembirakan.

Mengutip riset PT Ashmore Asset Management Indonesia,  Senin (17/6/2024), the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral Amerika Serikat ingin melihat lebih banyak lagi inflasi bergerak menuju target 2 persen dan bukan hanya satu titik data. "Berdasarkan data terbaru, pasar masih mengharapkan dua kali penurunan suku bunga, sesuai dengan perkiraan pada November dan Desember,” demikian dikutip dari Ashmore.

Sementara itu, the Fed juga menaikkan harapan inflasi pada 2024 dan 2025 masing-masing menjadi 2,8 persen dan 2,3 persen seiring tren inflasi masih tampak tinggi secara persisten.

Sebelumnya, IHSG melemah 2,36 persen ke posisi 6.735 yang didorong sektor saham teknologi dan industri pada 10-14 Juni 2024. Koreksi sektor saham tersebut masing-masing 5,32 persen dan 4,89 persen.

Pada pekan ini, sebagian besar fokus pasar global tetap tertuju pada inflasi data Amerika Serikat serta pertemuan FOMC yang berlangsung setelahnya. Sedangkan inflasi pada Mei lebih rendah dibandingkan inflasi utama (3,3 5 YoY, 0% MoM) serta inflasi inti (3,4% YoY, 0,2% MoM), panduan dari the Fed lebih hawkish dari yang diperkirakan.

Sementara itu, the Fed pertahankan suku bunga acuan 5,25 persen-5,5 persen dalam pertemuan Juni 2024, sesuai perkiraan pasar.

Di sisi lain, inflasi tahunan China 0,3 persen pada Mei 2024, cenderung stabil. Sedangkan inflasi India melemah menjadi 4,67 persen pada Mei 2024 dari posisi 4,83 persen pada bulan sebelumnya, di bawah harapan pasar 4,9 persen.

Sementara itu, nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS sehingga tembus 16.400, level tertinggi sejak April 2020. Rupiah yang tertekan itu dinilai sikap the Fed yang hawkish serta pembahasan APBDN dan rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) harus tetap seperti saat ini.

Di tengah sentimen tersebut, Ashmore merekomendasikan tetap melakukan diversifikasi untuk reksa dana saham dan pendapatan. “Saham Indonesia terlihat berdasarkan valuasi saat ini dengan PE IHSG 12,6 kali di bawah rata-rata 10 tahun sebesar 17,3 kali,” demikian dikutip.

Apa Itu FOMC?

The Fed
The Fed (www.n-tv.de)

Mengutip laman Investopedia, The Federal Open Market Committee (FOMC) adalah bagian dari Federal  Reserve System yang menentukan arah kebijakan moneter di Amerika Serikat dengan mengarahkan operasi pasar terbuka. Komite ini terdiri dari 12 anggota termasuk tujuh anggota dewan gubernur, Presiden Federal Reserve Bank of New York, dan empat dari 11 presiden Reserve Bank lainnya yang menjabat secara bergilir.

Mengutip laman PINTU, FOMC ini berbeda dengan the Fed. Seiring FOMC merupakan komite di dalam the Fed dan hanya bertanggung jawab atas operasi pasar terbuka. Sedangkan dewan gubernur the Fed mematok tingkat discount rate dan persyaratan cadangan.

Berapa Kali Rapat FOMC?

Adapun ke-12 anggota FOMC ini bertemu delapan kali setahun untuk membahas apakah harus ada perubahan terhadap kebijakan moneter jangka pendek. Pemungutan suara untuk mengubah kebijakan akan menghasilkan pembelian dan penjualan surat berharga pemerintah Amerika Serikat di pasar terbuka untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang sehat.

Anggota komite biasanya dikategorikan sebagai kelompok hawkish yang mendukung kebijakan moneter lebih ketat, kelompok dovish yang mendukung stimulus dan kelompok sentris atau moderat yang berada di antara keduanya.

Mengutip laman PINTU, meeting FOMC tidak diadakan di depan umum. Hal ini menjadi subyek banyak spekulasi di wall street seiring analis berusaha perkirakan the Fed akan mengetatkan atau melonggarkan jumlah uang beredar yang akan berdampak pada kenaikan dan penurunan suku bunga.

Notulen rapat FOMC dipublikasikan setelah rapat dalam beberapa tahun terakhir. Selama rapat, para anggota juga mendiskusikan perkembangan di pasar keuangan lokal dan global, serta prediksi ekonomi dan keuangan.

Apa yang Dilakukan FOMC?

Ilustrasi The Fed
Ilustrasi The Fed

Mengutip Investopedia, FOMC bertanggung jawab mengarahkan kebijakan moneter melalui operasi pasar terbuka. Kelompok yang beranggotakan 12 orang ini merupakan komite utama the Fed yang mempengaruhi kebijakan moneter. Melalui keputusannya, menetapkan tujuan jangka pendek the Fed untuk membeli dan menjual aset yang mempengaruhi target suku bunga dan mempengaruhi suku bunga lainnya.

Adapun ketika FOMC mengubah suku bunga berdampak pada berbagai harga aset, antara lain kripto, saham,emas, hingga nilai mata uang. Suku bunga lebih tinggi cenderung berdampak negatif pada pendapatan dan harga saham.

Bagaimana Kinerja IHSG pada 10-14 Juni 2024 Usai FOMC?

Jelang Hasil The Fed, IHSG Naik 74 Poin
Ada sebanyak 190 saham menghijau sehingga mendukung penguatan ke level 4.483,45.

Sebelumnya, gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 2,36 persen pada perdagangan 10-14 Juni 2024. Koreksi IHSG seiring nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dan penurunan peringkat saham di Indonesia.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Sabtu (15/6/2024), IHSG tersungkur 2,36 persen menjadi 6.734,83 dari pekan lalu 6.897,95. Sementara itu, kapitalisasi pasar bursa melemah tipis 0,02 persen menjadi Rp 11.486 triliun pada 10-14 Juni 2024 dari pekan lalu Rp 11.488 triliun.

Selain itu, rata-rata frekuensi transaksi harian saham anjlok 2,65 persen menjadi 902 ribu kali transaksi dari pekan lalu 927 ribu kali transaksi.

Di sisi lain, kenaikan tertinggi terjadi pada rata-rata volume transaksi harian 60,25 persen menjadi 25,31 miliar saham dari 15,79 miliar saham pada pekan lalu.

Selain itu, rata-rata nilai transaksi harian saham menguat 1,93 persen menjadi Rp 10,59 triliun dari Rp 10,39 triliun. Selama sepekan, investor asing catat aksi beli saham Rp 32,85 miliar.

Seluruh sektor saham tertekan pada pekan ini. Sektor saham energi merosot 2,44 persen, sektor saham bahan baku dasar susut 3,5 persen, sektor saham industri anjlok 4,89 persen. Selanjutnya sektor saham konsumer nonsiklikal melemah 1,58 persen dan sektor saham konsumer siklikal terpangkas 3,84 persen.

Kemudian sektor saham perawatan kesehatan terpangkas 0,65 persen, sektor saham keuangan terpangkas 3,64 persen, sektor saham properti dan real estate terbenam 2,18 persen. Selanjutnya sektor saham teknologi terpangkas 5,32 persen, sektor saham infrastruktur turun terbatas 0,12 persen sektor saham transportasi & logistik terperosok 3,77 persen.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya