Marak Rokok Elektrik, Bagaimana Strategi Gudang Garam?

Direktur Gudang Garam Istata Taswin Siddharta menjelaskan bahwa total komponen dalam negeri atau TKDN dari produk rokok elektrik itu minim.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 30 Agu 2024, 06:00 WIB
Diterbitkan 30 Agu 2024, 06:00 WIB
Pemerintah Bakal Larang Penggunaan Rokok Elektrik dan Vape
Seorang pria meneteskan cairan vape atau rokok elektronik di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Selasa (12/11/2019). Pemerintah melalui BPOM mengusulkan pelarangan penggunaan rokok elektrik dan vape di Indonesia, salah satu usulannya melalui revisi PP Nomor 109 Tahun 2012. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - PT Gudang Garam Tbk (GGRM) angkat bicara mengenai fenomena rokok elektrik yang tengah menjamur. Direktur sekaligus Sekretaris Perusahaan Gudang Garam, Heru Budiman menjelaskan, hingga saat ini perseroan belum ada rencana untuk melakukan ekspansi ke rokok elektrik.

Heru menjelaskan, alasan utama perseroan belum melirik rokok elektrik lantaran harga jual yang relatif lebih mahal dibanding rokok konvensional. Di sisi lain, daya beli masyarakat saat ini masih lesu.

 

"Kita sampai hari ini belum merencanakan untuk mengeluarkan produk ini mengingat bahwa produk rokok elektrik sebetulnya lebih mahal daripada rokok. Sedangkan besarnya segmen yang mampu merokok memang tumbuh tapi relatif kecil," jelas Heru dalam public expose live, dikutip Jumat (30/8/2024).

"Karena ini cenderung ada di level atas, mengingat bahwa rokok-rokok elektrik itu harus punya modal alatnya dan batang rokoknya yang dimasukkan itu pun terkena cukai," tambah dia. 

Menyambung, Direktur Gudang Garam Istata Taswin Siddharta menjelaskan bahwa total komponen dalam negeri atau TKDN dari produk rokok elektrik itu minim. Sehingga menjadi pertimbanagn lain mengapa perseroan enggan ekspansi ke produk tersebut.

"Untuk rokok alternatif ini total komponen dalam negeri yang ada di rokok-rokok itu relatif jauh lebih rendah daripada rokok konvensional. Itu juga salah satu faktor yang membuat kami berpikir berulang-ulang untuk melangkah ke segmen tersebut," imbuh Istata.

Gudang Garam Absen Tebar Dividen Tahun Buku 2023, Ini Sebabnya

Akhir tahun 2017, IHSG Ditutup di Level 6.355,65 poin
Pekerja tengah melintas di dekat papan pergerakan IHSG usai penutupan perdagangan pasar modal 2017 di BEI, Jakarta, Jumat (29/12). Pada penutupan perdagangan saham, Jumat (29/12/2017), IHSG menguat 41,60 poin atau 0,66 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

PT Gudang Garam Tbk (GGRM) buka suara mengenai keputusan perseroan untuk tidak membagikan dividen atas laba tahun buku 2023. Di sisi lain, PT Gudang Garam Tbk (GGRM) mencatat kenaikan laba 91,55 persen menjadi Rp 5,32 triliun dari Rp 2,78 triliun pada 2022.

Direktur sekaligus Sekretaris Perusahaan Gudang Garam, Heru Budiman menjelaskan, langkah perseroan untuk absen bagikan dividen tak lepas dari situasi ekonomi saat ini.

Kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed yang belum ada kepastian turun, membuat adanya peningkatan suku bunga pinjaman perseroan pada akhir 2023 hingga awal 2024.

"Kita juga sadari kondisi keuangan ke depan, termasuk yang sangat dipengaruhi kondisi AS masih gonjang-ganjing tidak tunjukkan arah yang jelas. Suku bunga diperkirakan turun, tapi enggak turun. Naik, juga enggak naik. Itu membuat kita hati-hati untuk tidak bagi dividen sehingga pinjaman kita tidak akan meningkat, yang kalau suku bunga naik itu merupakan suatu kendala," jelas Heru dalan Public Expose Live, Kamis (29/8/2024).

Sebaliknya, jika suku bunga akan benar-benar turun pada sisa 2024, potensi pembagian dividen lebih tinggi lebih mungkin terjadi. Dibanding kondisi saat suku bunga masih tinggi dan perusahaan nekat bagikan dividen. "Bagi dividen, utangnya naik, bunganya naik. Itu kartu mati," pungkas Heru.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya