Mau Investasi di Kuartal IV 2024? Simak Dulu Analisis dari Bank DBS Ini

Kondisi bullish di pasar saham dipastikan akan terus berlanjut, dengan perluasan ke sektor-sektor dengan pertumbuhan yang tertunda.

oleh Arthur Gideon diperbarui 06 Okt 2024, 11:00 WIB
Diterbitkan 06 Okt 2024, 11:00 WIB
FOTO: IHSG Akhir Tahun Ditutup Melemah
Papan elektronik menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (30/12/2020). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Dalam riset terdahulu, Bank DBS melihat aset-aset berisiko sangat menarik untuk dikoleksi pada dua kuartal terakhir. Memasuki kuartal IV 2024 ini, pandangan tersebut belum berubah. Aset berisiko akan tetap berada di posisi baik untuk investasi karena penurunan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) sebesar 50 basis poin.

"Gabungan antara pelonggaran suku bunga dan ketahanan ekonomi, disertai kemajuan teknologi yang mendorong peningkatan produktivitas, akan menguntungkan aset berisiko," jelas Chief Investment Officer Bank DBS Hou Wey Fook, dalam keterangan tertulis, Minggu (6/10/2024).

Kondisi bullish di pasar saham dipastikan akan terus berlanjut, dengan perluasan ke sektor-sektor dengan pertumbuhan yang tertunda. Perusahaan-perusahaan teknologi raksasa AS terus menunjukkan performa baik dalam pertumbuhan portofolio.

Revolusi AI saat ini dipimpin oleh perusahaan besar cukup menguntungkan. Alasannya, pengembangan AI saat ini didanai oleh likuiditas di pasar, bukan oleh utang. DBS berpendapat bahwa revolusi AI masih dalam tahap awal, dan terus memiliki potensi pertumbuhan sangat besar.

Hou Wey Fook melanjutkan, meskipun skenario soft landing tetap mendasari pemikiran DBS, perlu disadari bahwa pertumbuhan ekonomi sedang melambat.

Untuk menyikapi kondisi imbal hasil obligasi yang akan terus menurun dan melemahnya permintaan agregat akibat memudarnya momentum ekonomi, perlu mendapatkan eksposur terhadap aset-aset berisiko yang dapat mengakomodasi permintaan konsumen yang tangguh meskipun terjadi penurunan ekonomi makro secara keseluruhan, dan manfaat dari penurunan imbal hasil obligasi dan pelemahan dolar AS.

Rekomendasi Aset

Tiupan Terompet Warnai Penutupan IHSG 2018
Karyawan memantau pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) 2018 di Kantor BEI, Jakarta, Jumat (28/12). Presiden Joko Widodo atau Jokowi menutup langsung perdagangan IHSG 2018. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sektor-sektor defensif

Analisis DBS melihat siklus penurunan suku bunga sebelumnya menunjukkan bahwa sektor utilitas, kebutuhan pokok, dan kesehatan cenderung berkinerja lebih baik (secara tiga bulanan) setelah penurunan suku bunga awal.

Selain permintaan konsumen di sektor-sektor ini statis, sektor-sektor seperti utilitas memberikan imbal hasil dividen di atas rata-rata, sebesar sekitar 3,0% (dibandingkan sekitar 1,4% untuk S&P 500), yang menarik bagi para investor yang memburu imbal hasil tinggi.

Pasar saham ASEAN

Dihadapkan pada tantangan global, ASEAN terus mempertahankan pertumbuhan kuat. Permintaan domestik yang tangguh didukung oleh pasar tenaga kerja dan harga-harga yang stabil, pariwisata terus berkinerja baik, dan pemulihan ekspor yang didukung oleh Tiongkok+1, menjadi pendorong utama pertumbuhan.

Suku bunga lebih rendah dan dolar lebih lemah, bersamaan dengan langkah-langkah stimulus baru dari Tiongkok, akan membawa keuntungan lebih lanjut bagi pasar saham ASEAN.

 

Aset Lainnya

DIRE Asia:

DIRE Asia akan mendapatkan manfaat besar dari pemotongan suku bunga mengingat tingginya nilai utang dan sensitivitas mereka terhadap biaya pendanaan. Biaya pembiayaan lebih rendah saat the Fed melanjutkan pelonggaran kebijakan akan meningkatkan profitabilitas DIRE dan distribusi dividen kepada investor.

Emas:

Secara umum, emas memiliki korelasi negatif dengan dolar, yang diperkirakan akan melemah karena the Fed terus menurunkan suku bunganya. Peningkatan ketegangan geopolitik dan berlanjutnya aksi beli oleh bank-bank sentral global akan menguntungkan bagi aset aman (haven asset).

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya