Liputan6.com, Jakarta - PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk (ULTJ) membukukan kinerja keuangan bervariasi sepanjang 2024. Perseroan membukukan pertumbuhan penjualan, tetapi laba melemah tipis pada 2024.
Mengutip laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Minggu (2/3/2025), PT Ultrajaya Milk Industri & Trading Company Tbk meraih penjualan Rp 8,87 triliun pada 2024. Penjualan naik 6,88 persen dari 2023 sebesar Rp 8,3 triliun.
Baca Juga
Beban pokok penjualan tercatat Rp 5,85 triliun pada 2024, naik 4,29 persen dari periode 2023 sebesar Rp 5,6 triliun. Meski demikian, laba bruto ULTJ naik 12,2 persen menjadi Rp 3,02 triliun dari periode sama tahun sebelumnya Rp 2,69 triliun.
Advertisement
Perseroan mencatat beban penjualan naik menjadi Rp 1,34 triliun pada 2024 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 982,83 miliar. Beban administrasi dan umum bertambah menjadi Rp 275,43 miliar pada 2024 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 252,66 miliar. Perseroan mencatat pendapatan lain-lain sebesar Rp 20,52 miliar pada 2024 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 19,09 miliar.
Laba dari usaha turun 1,68 persen menjadi Rp 1,44 triliun hingga 2024 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 1,43 triliun. Seiring hal itu, Perseroan membukukan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 1,13 triliun, turun 2,7 persen pada 2024 dari 2023 sebesar Rp 1,16 triliun. Dengan demikian Perseroan membukukan laba per saham dasar yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk menjadi Rp 109 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 112.
Total ekuitas tercatat Rp 7,42 triliun pada 2024, naik 11,06 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 6,68 triliun. Liabilitas melonjak 25,5 persen menjadi Rp 1,03 triliun pada 2024 dari 2023 sebesar Rp 836,98 miliar. Aset Perseroan bertambah 12,4 persen menjadi Rp 8,46 triliun pada 2024 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 7,5 triliun. Perseroan kantongi kas dan setara kas Rp 2,43 triliun pada 2024 dari 2023 sebesar Rp 2,17 triliun.
Pada penutupan perdagangan Jumat, 28 Februari 2025, harga saham ULTJ naik 1,79 persen ke posisi Rp 1.420 per saham. Harga saham ULTJ dibuka stagnan di posisi Rp 1.395 per saham. Saham ULTJ berada di level tertinggi Rp 1.420 dan level terendah Rp 1.340 per saham. Total frekuensi perdagangan 1.157 kali dengan volume perdagangan 44.814 saham. Nilai transaksi Rp 6,2 miliar.
Kinerja IHSG Sepekan
Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok signifikan pada perdagangan 24-28 Februari 2025. Koreksi IHSG didorong aksi jual investor asing dan nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dolar AS.
Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Sabtu (1/3/2025), IHSG anjlok 7,83 persen ke posisi 6.270,59 pada pekan ini. Pekan lalu, IHSG turun 2,48 persen ke posisi 6.803. Kapitalisasi pasar bursa anjlok 7,68 persen menjadi Rp 10.880 triliun dari pekan Rp 11.786 triliun.
Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, koreksi IHSG yang terjadi didorong tekanan aksi jual. Pada Jumat, 28 Februari 2025, aksi jual saham oleh investor asing mencapai Rp 8 triliun. Selain itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat masih tertekan. Dari sentimen global, kekhawatiran tarif dagang oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump juga bayangi IHSG).
“Meningkatnya kekhawatiran investor akan pemberlakuan tarif impor AS terhadap Kanada, Meksiko dan China,” ia menambahkan.
Herditya menuturkan, faktor lain yang menekan IHSG yakni rating MSCI Indonesia yang diturunkan dan investor juga cenderung wait and see peluncuran Danantara. “Rilis kinerja BBRI pada Januari 2025 yang cenderung melemah,” kata Herditya.
Sementara itu, rata-rata frekuensi transaksi harian terpangkas 4,52 persen menjadi 1,18 juta kali transaksi dari 1,23 juta kali transaksi pada pekan lalu. Kenaikan tertinggi terjadi pada rata-rata volume transaksi harian bursa.
Advertisement
Sektor Saham
Rata-rata volume transaksi harian bursa melonjak 21,62 persen menjadi 22,36 miliar saham dari 18,38 miliar saham. Selain itu, rata-rata nilai transaksi harian bursa bertambah 16,19 persen menjadi Rp 13,69 triliun dari Rp 11,78 triliun.
Selama sepekan, investor asing jual saham Rp 10,21 triliun. Aksi jual saham ini lebih besar dari pekan lalu sebesar Rp 1,16 triliun. Dengan demikian, sepanjang 2025, investor asing lepas saham Rp 21,90 triliun.
Selama sepekan, mayoritas sektor saham tertekan. Sektor saham basic materials pimpin koreksi dengan turun 12,63 persen. Sektor saham energi merosot 8,87 persen, sektor saham industri terpangkas 5,55 persen dan sektor saham consumer nonsiklikal melemah 7,58 persen.
Kemudian sektor saham consumer siklikal susut 5,89 persen, sektor saham perawatan kesehatan terpangkas 4,03 persen, sektor saham keuangan merosot 6,13 persen, sektor saham properti dan real estate terpangkas 5,19 persen.
Lalu sektor saham infrastruktur terperosok 8,52 persen dan sektor saham transportasi dan isbandi susut 4,67 persen. Sedangkan sektor saham teknologi melambung 11,86 persen.
