Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) mengantongi sejumlah perusahaan antre di pipeline pencatatan umum perdana saham (initial public offering/IPO). Saat ini terdapat 10 perusahaan yang mencatatkan sahamnya di Bursa dengan dana dihimpun sebesar Rp 3,88 triliun.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna menyebutkan, sampai dengan 14 Maret 2025, terdapat 26 perusahaan yang siap debut di Bursa. Dari sisi asetnya, didominasi perusahaan skala besar. Sedangkan dari sisi sektornya, paling banyak berasal dari sektor konsumer non-siklikal.
Advertisement
Baca Juga
“Hingga saat ini, terdapat 26 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI," kata Nyoman kepada wartawan, Sabtu (15/3/2025).
Advertisement
Merujuk POJK Nomor 53/POJK.04/2017, terdapat 25 perusahaan dengan aset skala besar di atas Rp 250 miliar. Kemudian 1 perusahaan dengan aset skala menengah antara Rp 50 miliar sampai Rp 250 miliar. Sementara belum ada perusahaan dari aset skala kecil di bawah Rp 50 miliar.
Adapun rincian sektornya adalah sebagai berikut:
• 3 Perusahaan dari sektor basic materials
• 1 Perusahaan dari sektor consumer cyclicals
• 6 Perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals
• 3 Perusahaan dari sektor energy
• 1 Perusahaan dari sektor financials
• 4 Perusahaan dari sektor healthcare
• 4 Perusahaan dari sektor industrials
• 1 Perusahaan dari sektor infrastructures
• 0 Perusahaan dari sektor properties & real estate
• 1 Perusahaan dari sektor technology
• 2 Perusahaan dari sektor transportation & logistic
Pipeline Obligasi
Hingga saat ini, telah diterbitkan 23 emisi dari 18 penerbit EBUS dengan dana yang dihimpun sebesar Rp 27,9 triliun. Sampai dengan 14 Maret 2025 terdapat 31 emisi dari 25 penerbit EBUS yang sedang berada dalam pipeline dengan klasifikasi sektor sebagai berikut:
• 3 Perusahaan dari sektor basic materials
• 1 Perusahaan dari sektor consumer cyclicals
• 2 Perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals
• 4 Perusahaan dari sektor energy
• 11 Perusahaan dari sektor financials
• 0 Perusahaan dari sektor healthcare
• 1 Perusahaan dari sektor industrials
• 2 Perusahaan dari sektor infrastructures
• 0 Perusahaan dari sektor properties & real estate
• 0 Perusahaan dari sektor technology
• 1 Perusahaan dari sektor transportation & logistic
Pipeline Rights Issue
Per 14 Maret 2025, telah terdapat 2 perusahaan tercatat yang telah menerbitkan rights issue dengan total nilai Rp 0,47 Triliun. Serta terdapat 4 perusahaan tercatat dalam pipeline rights issue BEI dengan rincian sektor sebagai berikut:
• 2 Perusahaan dari sektor basic materials
• 0 Perusahaan dari sektor consumer cyclicals
• 0 Perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals
• 0 Perusahaan dari sektor energy
• 0 Perusahaan dari sektor financials
• 1 Perusahaan dari sektor healthcare
• 0 Perusahaan dari sektor industrials
• 0 Perusahaan dari sektor infrastructures
• 0 Perusahaan dari sektor properties & real estate
• 0 Perusahaan dari sektor technology
• 1 Perusahaan dari sektor transportation & logistic
Advertisement
Kinerja IHSG pada 10-14 Maret 2025
Sebelumnya,laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok pada perdagangan 10-14 Maret 2025. Analis menilai, koreksi IHSG terjadi didorong data ekonomi Amerika Serikat (AS) hingga nilai tukar rupiah.
Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Sabtu (15/3/2025), IHSG merosot 1,81 persen ke posisi 6.515,63. Pada pekan lalu, IHSG naik 5,83 persen ke posisi 6.636. Kapitalisasi pasar bursa merosot 1,87 persen menjadi Rp 11.325 triliun dari Rp 11.450 triliun pada pekan lalu.
Analis PT MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menuturkan, IHSG koreksi 1,81 persen dipengaruhi sejumlah sentimen. Pertama, rilis data pekerjaan dan inflasi Amerika Serikat (AS). Inflasi AS cenderung melandai ke posisi 2,8 persen Year on year (YoY). Kedua, meningkatnya kekhawatiran pasar akan ada resesi imbas dari perang dagang yang dilakukan oleh AS. Ketiga, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Keempat, ada defisit pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang mengindikasikan perlambatan ekonomi domestik.
“Kelima, outflow yang masih membayangi pergerakan IHSG,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.
Aksi Jual Saham
Herditya menambahkan, pada pekan depan, IHSG rawan koreksi dengan level support di 6.388 dan level resistance di 6.733. Sejumlah sentimen yang akan pengaruhi IHSG antara lain rilis data ekonomi dan suku bunga China. Selain itu, rilis data neraca perdagangan dan suku bunga Bank Indonesia. Lalu, rilis suku bunga the Federal Reserve (the Fed).
Sementara itu, rata-rata volume transaksi harian Bursa pekan ini juga terpangkas 12,94% menjadi 17,31 miliar lembar saham dari 19,88 miliar lembar saham pada pekan sebelumnya. Rata-rata nilai transaksi harian Bursa selama sepekan susut 28,43% menjadi Rp9,40 triliun dari Rp13,14 triliun pada pekan sebelumnya.
Investor asing membukukan aksi jual saham Rp 3,69 triliun selama sepekan. Aksi jual saham oleh investor asing pekan ini lebih besar dari pekan lalu Rp 450,33 miliar. Sepanjang 2025, investor asing mencatatkan nilai jual bersih Rp26,04 triliun.
Advertisement
