Surya Semesta Pakai Pinjaman Rp 500 Miliar untuk Belanja Modal

PT Surya Semesta Internusa Tbk akan membeli lahan dan membangun hotel pada 2014.

oleh Dian Ihsan Siregar diperbarui 27 Nov 2013, 20:15 WIB
Diterbitkan 27 Nov 2013, 20:15 WIB
pinjaman-131127c.jpg
PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) menganggarkan dana belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp 1,5 triliun pada 2014. Dana belanja modal itu digunakan untuk pembelian lahan dan pembangunan hotel.

Presiden Direktur PT Surya Semesta Internusa Tbk, Johannes Suriadjaja mengatakan, dana capex sebesar Rp 1,5 triliun pada 2014 akan berasal dari kas internal dan pinjaman bank.

"Porsi pinjaman perbankan sebesar Rp 500 miliar, sedangkan dari kas internal mencapai sebesar Rp 1 triliun. Jadi dana capex kita sebesar Rp 1,5 triliun di tahun depan," ujar Johannes ketika ditemui dalam acara press conference Investor Summit and Capital Market Expo (ISCME) 2013 di Hotel Ritz Carlton Pacific Place, Jakarta, Rabu (27/11/2013).

Johannes menjelaskan, dana belanja modal akan digunakan perseroan untuk membeli lahan, pengembangan, konstruksi dan pembangunan hotel. Sementara itu, dana sebesar Rp 800 miliar akan digunakan untuk pembelian lahan yang ada d daerah Bekasi dan Kerawang, serta membangun pengembangan yang ada di sana.

Adapun dana sebesar Rp 50 miliar untuk konstruksi, dana sebesar Rp 300 miliar untuk pembangunan kantor, sedangkan sisanya sebesar Rp 400 miliar untuk pembangunan hotel.

"Dari akuisisi lahan yang di Bekasi dan Kerawang sampai akhir tahun 2014, maka kita akan memiliki tanah hingga 1.000 hektar (ha), setelah itu kami akan mengembangkan tanah yang sudah kami miliki," kata Johanes.

Penyerapan Belanja Modal 2013

Johanes mengungkapkan, dana capex yang sudah terserap hingga akhir November tahun ini sebesar Rp 400 miliar, dari target dana capex yang dikeluarkan perseroan pada tahun ini sebesar Rp 1 triliun.

Sampai akhir tahun 2013, perseroan memprediksi dana capex yang terserap mencapai Rp 600 miliar. Sehingga ada sisa dana capex yang dimiliki perseroan. "Dengan adanya kebijakan BI baru dan kenaikan BI Rate, maka capex tidak bisa terserap penuh dengan baik," tutup Johannes. (Dis/Ahm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya