3 Fakta Sejarah Mengerikan dalam Film Beauty and the Beast

Bila Anda jeli, ada sejumlah fakta sejarah yang mengerikan dalam beberapa adegan film Beauty and The Beast. Apa saja?

oleh Ratnaning Asih diperbarui 24 Mar 2017, 08:00 WIB
Diterbitkan 24 Mar 2017, 08:00 WIB
Beauty and The Beast
Bila Anda jeli, ada sejumlah fakta sejarah yang mengerikan dalam beberapa adegan film Beauty and The Beast. Apa saja?

Liputan6.com, Jakarta Demam Beauty and the Beast tampaknya kini tengah menggejala, bersamaan dengan perilisan film versi live action ini oleh Disney. Ternyata, sejumlah hal yang terdapat dalam film Beauty and the Beast bukan sekadar dongeng belaka.

Bila Anda jeli, ada sejumlah fakta sejarah yang tersimpan dalam beberapa adegan di film yang dibintangi oleh Emma Watson dan Dan Stevens ini. Fakta-fakta ini, bahkan tak sedikit yang terasa mengerikan.

Film Beauty and the Beast menorehkan prestasi meski sempat ditolak di beberapa negara akibat isu LGBT.

Fakta sejarah yang muncul, yang ditunjang dengan kostum dan pengaruh arsitektur dalam film ini, memperlihatkan kemungkinan bahwa film Beauty and The Beast terjadi di Prancis sekitar abad ke-18. Hal ini, sejalan dengan waktu penerbitan cerita asli Beauty and The Beast dari Gabrielle-Suzanne Barbot de Villeneuve yang lantas ditulis ulang oleh Jeanne-Marie Leprince de Beaumont.

Lantas, apa saja fakta sejarah kelam yang terselip dalam film Beauty and The Beast? Liputan6.com merangkumnya untuk Anda.

Make Up Pembawa Kematian

Beauty and The Beast
Bila Anda jeli, ada sejumlah fakta sejarah yang mengerikan dalam beberapa adegan film Beauty and The Beast. Apa saja?

Berbeda dengan masa kini di mana make up kerap diasosiasikan dengan barang milik wanita, pria Prancis di abad ke-18 ternyata juga hobi berdandan.

Hal ini, sesuai dengan prolog Beauty and The Beast. Dalam adegan pesta, sang pangeran dan para hulubalangnya muncul dengan muka berbedak tebal dan mengenakan wig. Di adegan lain, sejumlah gadis di desa Belle juga tampak mengenakan bedak yang terlihat begitu putih dan mencolok di wajah mereka.

Yang mengerikan, dalam sejarahnya, make up yang digunakan orang-orang di masa itu banyak yang menggunakan timbal. Padahal, ini adalah zat yang sangat berbahaya bagi tubuh. Kala itu, timbal banyak digunakan untuk bahan campuran bedak warna putih dan perona warna merah.

Tak heran kala itu banyak terjadi kasus keracunan timbal. Mulai dari dari kulit yang menghitam, kebotakan dini, bahkan penggunaan secara berlebihan dapat mengakibatkan kematian.

RSJ yang Mengerikan

Beauty and The Beast
Bila Anda jeli, ada sejumlah fakta sejarah yang mengerikan dalam beberapa adegan film Beauty and The Beast. Apa saja?

Dalam satu adegan yang menuju bagian klimaks Beauty and The Beast, ayah Belle diancam akan dibawa ke rumah sakit jiwa oleh Gaston. Pria narsis ini lantas menyebutkan bahwa keadaan di RSJ akan jauh lebih mengerikan ketimbang di desa.

Di masa itu, pengetahuan yang minim tentang penyakit kejiwaan memang membuat para penderita sakit mental mendapat perlakuan yang tidak manusiawi. Mereka dirantai dan dijejalkan pada sel berteralis besi.

Mereka yang masuk RSJ ini pun tak selalu menderita gangguan kejiwaan. Perempuan yang memiliki pendapat yang bertentangan dengan norma masa itu, juga kerap dimasukkan ke RSJ. Jadi, melihat kondisi kala itu, bukan hal yang aneh bila dalam film ini Belle juga hendak dijebloskan ke ke tempat mengerikan tersebut.

 

Wabah Hitam yang Mematikan

Beauty and The Beast
Bila Anda jeli, ada sejumlah fakta sejarah yang mengerikan dalam beberapa adegan film Beauty and The Beast. Apa saja?

Dalam salah satu bagian di film ini, Belle dibawa oleh Beast menuju kota yang paling ingin ia kunjungi, yakni Paris. Di sini, terkuak masa lalu keluarga Belle, yakni kematian sang ibu.

Dalam salah satu shot, diperlihatkan keberadaan topeng yang berbentuk seperti paruh burung. Dari topeng ini, bisa dipastikan bahwa ibu Belle meninggal sebagai korban Wabah Hitam atau Black Plague, yang menyerang wilayah Eurasia sejak abad 14 dan berkali-kali mewabah hingga beratus tahun kemudian.

Black Plague

Wabah Hitam diperkirakan telah merenggut nyawa 75 juta-200 juta orang, dan membuat populasi Eropa menurun drastis. Wabah ini mendapat namanya dari salah satu ciri orang yang menderita penyakit ini, yakni tubuh yang menghitam karena terjadi pendarahan di bawah kulit.

Ada pun topeng berbentuk paruh burung ini digunakan oleh mereka yang berprofesi sebagai 'dokter' yang mengobati para penderita wabah. Paruh burung tersebut berfungsi sebagai tempat menaruh wewangian untuk melawan bau busuk. Hanya sayangnya, para 'dokter' ini banyak yang sebenarnya tak memiliki kemampuan dan pelatihan di bidang medis.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya