Livi Zheng Kolaborasi dengan Musikus Peraih Grammy Award, Judith Hill

Livi Zheng menyatakan bahwa Judith Hill jatuh cinta pada gamelan Indonesia sejak kuliah.

oleh Liputan6.com diperbarui 23 Jul 2019, 07:30 WIB
Diterbitkan 23 Jul 2019, 07:30 WIB
Livi Zheng ditunjuk sebagai juri di ajang kompetisi dan penghargaan Southeast Asia Prix Jeunesse untuk mewakili Indonesia.
Livi Zheng. (Ist)

Liputan6.com, Jakarta - Setelah melahirkan film Brush With Danger, Livi Zheng memperkenalkan film dokumenter berdurasi 56 menit, Bali: Beats of Paradise. Dalam Bali: Beats of Paradise, Livi Zheng menampilkan perjalanan seniman Bali I Nyoman Wenten yang berkolaborasi dengan musikus Amerika Serikat, Judith Hill.

Dalam sesi wawancara khusus dengan Showbiz Liputan6.com, Livi Zheng menyatakan bahwa Judith Hill jatuh cinta pada gamelan Indonesia sejak kuliah. Di kampus, Judith Hill belajar world music.

“Dia sedang mencari musikus gamelan Bali. Sahabat Judith Hill yang juga mengenal saya akhirnya mempertemukan kami berdua. Saya memberi tahu Judith sedang mengerjakan film dokumenter Bali: Beats of Paradise. Dia malah tertarik untuk menbintangi film ini,” beri tahu Livi Zheng di Jakarta, baru-baru ini.

Pertemuan Livi Zheng dan Judith Hill menghasilkan tiga proyek. Selain film Bali: Beats of Paradise, ada video klip “Queen of the Hill” serta pertunjukan gamelan dan tarian tradisional Indonesia.

 

Ditonton 1 Juta Kali

Jebolan The Voice Rekam Lagu Bertema Kim Jong-un
Penyanyi alumni The Voice, Judith Hill.

“Video klip ‘Queen of the Hill’ sendiri sudah ditonton lebih dari 1,1 juta kali di YouTube,” imbuh Livi Zheng.

Baginya, kolaborasi dengn Judith Hill sebuah kebanggaan. Dunia mengenal Judith Hill saat tampil di film peraih Oscar kategori Film Dokumenter Terbaik 2014, 20 Feet of Stardom.

Judith Hill diganjar Grammy Award tahun 2015 untuk kategori Best Music Film.

“Bekerja sama dengan dua seniman hebat, Judith Hill dan I Nyoman Wenten bagi saya kehormatan besar,” Livi Zheng menukas.

Perjalanan Hidup I Nyoman Wenten

Perjalanan hidup I Nyoman Wenten sendiri tak kalah dramatis. Sang ibu meninggal saat I Nyoman Wenten berusia 2 tahun. Saat merasa sendiri dan sedih, ia menari atau bermain musik. Kakek mendorong I Nyoman Wenten berkesenian.

“Selain mengusir duka juga untuk melanjutkan tradisi jika kelak beliau meninggal dunia. Kecintaan pada seni membuat saya kuliah ke ISI Yogyakarta. Di sana saya belajar kesenian Yogyakarta dan Jawa Tengah selama 7 tahun lalu berkesempatan belajar di Amerika Serikat,” cerita I Nyoman Wenten didampingi Livi Zheng. (Wayan Diananto)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya