Liputan6.com, Jakarta Tiga bulan berlalu sejak aku memergoki Riga dan Dion di ruang artis, aku masih belum bisa melupakannya. Hingga kini, masih tergambar jelas air muka Riga yang panik dalam kondisi telanjang dada. Yang bikin aku enggak habis pikir sampai sekarang, Dion saat itu tampak santai. Seolah tepergok sedang asyik-masyuk itu hal lumrah.
Setelah kupikir lebih jauh, hidup berbayang mantan tidak elok. Mantan yang belum tentu jadi kawan ke depan mestinya tidak perlu mengusik hidup kita. Kalau kemudian mantan jadi teman, ya alhamdulillah.
Advertisement
Baca Juga
Syuting Seperti Cintanya telah selesai. Aku masih sering kontak dengan Dipta, sekadar bertanya kabar atau saling cela. Entah mengapa, bulan ini terpikir olehku untuk pelesir ke Yogyakarta. Tiga hari dua malam sepertinya lucu juga. Pengin ngebolang sendiri.
Yogyakarta Lucu Juga
Lawan mainku di Seperti Cintanya lainnya, Fara Lasinta, memberi tahu piknik sendiri sesekali penting. Manusia perlu berkomunikasi dengan diri sendiri. Mendengar diri sendiri. Tiket pesawat dan hotel berbintang kupesan lewat ponsel. Minggu depan, aku terbang ke Kota Gudeg.
Baru selesai transaksi tiket pesawat Jakarta-Yogyakarta (berangkat pulang) via jalur daring, seseorang meneleponku. Nomornya asing. Malas kuangkat. Karena memanggil ulang hingga tiga kali, akhirnya kujawab juga.
“Aduh, aduh. Elina Falguni, sibuknya sampai harus ditelepon empat kali baru diangkat,” cetus seseorang dari ujung telepon. Suaranya yang berat dan serak kuingat betul.
“Mas Gema Yudha?” tanyaku dengan nada bicara menggantung.
“Oh, nomor gue dihapus. Sudah bermigrasi dari layar kaca ke film, sih ya. Jadi kontak sama orang sinetron dihapus, deh.”
“Ya ampun, Mas bukan begitu.”
Advertisement
Tiba-tiba Telepon
Gema Yudha, sutradara sinetron Sayang Kuterlanjur Sayang (SKS), yang dibintangi Riga. Dulu, Gema yang meyakini bakat aktingku. Dia memperjuangkanku agar bisa menjadi pemeran pendukung di sinetron Luka Cinta. Kegigihannya membuat casting director dan produser luluh. Kujawab kesempatan itu dengan tampil antagonis.
Minim teriakan, namun banyak penonton bilang mataku culas dan mukaku penuh tipu daya. Tiga tahun membintangi Luka Cinta sebagai Lara, aku pindah ke layar lebar dan bertemu Dipta. Nah, Gema tiba-tiba menelepon ini aneh. Ada apa?
“Lin, Mas mau ngajak ngopi sekalian ngobrol sama Lina, boleh?” ajak Gema. Ajakan yang terdengar hati-hati. Tiga tahun syuting bareng Mas Gema, bertemu Senin sampai Sabtu. Aku tahu betul kebiasaannya. Kalau mendekat dengan bahasa yang hati-hati begini, biasanya ada hal superpenting dan tidak semua orang boleh tahu.
“Wah, kalau Mas Gema sudah ngomong kayak gini, Lina enggak punya pilihan lain. Minggu boleh Mas, aku cuma tapping talk show. Dari jam 9 sampai 12 siang. Habis itu bebas, sih,” jawabku sembari mengajukan jadwal.
Gondrong Gajebo
Gema langsung meng-ACC. Ia mengajakku ke rumah makan di kawasan Kebon Sirih Jakarta. Di rumah makan ini, ada beberapa ruang bersekat bagi mereka yang ingin suasana privat.
Gema memberi tahu nama ruang dan lantai berapa untuk lokasi pertemuan via WhatsApp. Ini makin menguatkan firasatku ada topik penting. Tiba di rumah makan, aku menuju ke lantai 2, dan bergegas ke ruang yang dimaksud.
Baru juga membuka pintu, Gema dengan kemeja lengan panjang kotak-kota biru dan celana jin hitam belel menyambut. Rambutnya masih saja gondrong gajebo alias gak jelas bo. Dia menjabat tanganku, memeluk, dan menepuk pundak kananku.
Advertisement
Kelakuan Artis Sinetron Zaman Now
“Katanya ngopi, ujung-ujungnya makan siang. Makin curiga gue kalau ada breaking news dari Mas Gema,” selorohku sembari duduk dan membuka menu.
“Jadi meski nomor sudah dihapus, kebiasaan gue masih lo ingat, ya?” sahutnya lalu memanggil pramusaji.
Ia memesan nasi lemak dan es lemon tea. Sementara aku yang belum sarapan memilih lontong cap go meh dan jus kedondong. Tak sampai sepuluh menit hidangan tersaji.
Kami menikmati makan siang sambil bercerita soal kelakuan blangsak para artis sinetron muda zaman now. Dari yang ogah syuting hujan-hujanan dengan dalih habis pewaratan rambut sampai mengaku sakit padahal syuting iklan produk buat akun Instagram mereka di rumah. Begitulah.
Drama Yang Tak Kalah Gokil
Usai makan siang, kami memesan buah potong, es krim, jus jeruk, dan jus stroberi. Nah, topik utama pun dimulai. Raut muka Mas Gema mulai serius soalnya.
“Sudah dengar kabar kalau SKS dibungkus, Lin?” Gema membuka obrolan.
“Sinetron Mas Gema dibungkus? Kenapa, deh?” aku malah bertanya balik.
“Apalagi kalau bukan karena rating dan share sialan. Kita bekerja, kan menghamba pada rating dan share, Lin. Lo, kan pernah mengalami ini selama tiga tahun. Tapi bukan itu poin penting yang mau gue omongin. Sepuluh hari menjelang SKS dibungkus, ada drama yang enggak kalah gokil,” Gema membeberkan sembari menyeruput jus stroberi.
Advertisement
Entah Apa Yang Merasuki Bu Nur
Suasana hening sejenak. Firasatku mengatakan ini tentang Riga. Ini sebatas dugaan. Akan tetap menjadi dugaan kecuali Gema membenarkan. Dan sialnya, dugaanku benar.
“Sepuluh hari jelang syuting episode terakhir, produser eksekutif kami, Ibu Nurani Purboko, sidak ke lokasi syuting. Yang pertama dituju jelas ruang pemeran utama. Lo tahu, kan produser eksekutif itu bahasa awamnya yang punya duit. Tanpa permisi ia punya kuasa buat ngapain aja. Dia menuju ruang Riga. Apesnya, jendela sedikit mengaga. Entah apa yang merasuki Bu Nur, dia tergerak buat menutup jendela. Katanya pembantu umum yang stand by di ruang Riga, sebelum menutup, Bu Nur sempat mengintip ke dalam,” cerita Gema, panjang.
Ekspresi Muka Sedatar TV Plasma
Oh Tuhan, keledai saja tidak mau jatuh ke lubang yang sama dua kali. Riga mungkin lebih buruk dari keledai itu sendiri. Aku sudah tahu kisah ini berujung ke mana. Tapi tak mau mendahului alur cerita.
Aku mendengarkan dengan seksama sambil memastikan ekspresi mukaku sedatar TV plasma. Sebelum melanjutkan cerita, Gema menatap langit-langit ruang kami makan. Ia menarik napas panjang, menenggak jus, dan menatapku tajam.
Aku jadi enggak enak hati. “Mas, are you okay?” kataku pelan-pelan sambil mengusap lengannya.
Advertisement
Perbaiki Kelakuan Riga?
“Riga lagi have sex dengan cowok. Bu Nur marah besar. Tapi semarah-marahnya Bu Nur, dia enggak pernah histeris. Adegan selanjutnya bisa ditebak, sih. Karakter yang diperankan Riga diceritakan mengalami kecelakaan, koma di rumah sakit, lalu meninggal. Lingga Atmaja yang semula pemeran pendukung naik tahta. Dalam kondisi seperti ini, Riga merasa tidak bersalah dan baik-baik saja. Itu yang bikin gue gondok bukan kepalang,” sambung Gema.
Belum sempat kujawab, dia bilang, “Gue berharap lo bisa bantu memperbaiki attitude-nya Riga, Lin.”
(Bersambung)
(Anjali L.)
Disclaimer:
Kisah dalam cerita ini adalah milik penulis. Jika ada kesamaan jalan cerita, tokoh dan tempat kejadian itu hanya kebetulan. Seluruh karya ini dilindungi oleh hak cipta di bawah publikasi Liputan6.com.