Liputan6.com, Jakarta - Industri hiburan Tanah Air kembali kehilangan salah satu seniman terbaiknya. Aktor Adi Kurdi meninggal dunia di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional, Jakarta, pada Jumat (8/5/2020). Adi Kurdi adalah bintang sinetron legendaris Keluarga Cemara.
Dalam sinetron itu, Adi Kurdi memerankan Abah, mendampingi Novia Kolopaking. Jauh sebelum tampil gemilang di layar kaca, Adi Kurdi telah membintangi banyak film layar lebar. Semasa hidup, Adi Kurdi meraih penghargaan khusus Lifetime Achievement dari Indonesia Movie Actors Awards 2018.
Advertisement
Baca Juga
Adi Kurdi juga meraih Pemeran Pendukung Pria Terpilih Piala Maya 2016 lewat film Catatan Dodol Calon Dokter. Mengenang almarhum, izinkan Showbiz Liputan6.com merilis 6 rekam jejak Adi Kurdi di layar lebar. Selamat menyimak.
1. Gadis Penakluk (1980)
Salah satu film era putih abu-abu terbaik buatan sineas Indoneisa. Karya Edward P. Sirait ini diganjar 7 nominasi Piala Citra FFI 1980.
Gadis Penakluk yang diadaptasi dari novel Cinta Seorang Penaklum membawa pulang 2 Piala Citra: Pemeran Pendukung Wanita Terbaik dan Penulis Skenario Terbaik.
Adi Kurdi menyabet penghargaan khusus, medali emas PARFI sebagai pendatang baru penuh harapan.
Gadis Penakluk rilisan Garuda Film mengisahkan Agnes (Merlyna Husein) yang kurang perhatian. Seorang guru muda bernama Wing Ganda (Adi) berusaha memahami dan menyalurkan bakat Agnes. Tak disangka, Agnes jatuh hati. Akhir film ini sebuah solusi realistis yang selamanya melekat di hati penonton.
Advertisement
Bukan Istri Pilihan (1981)
Sukses dengan Gadis Penakluk, Edward P. Sirait menyatukan Ita Mustafa dan Adi Kurdi lagi dalam Bukan Istri Pilihan. Film ini mengisahkan perjodohan Ratih (Ita) dan Hartomo (Adi) atas inisiatif ibunda Hartomo. Di tengah jalan, Hartomo ke Jakarta dan menikahi perempuan pilihannya.
Keteguhan Ratih merawat mertua, meluluhkan hati Mulyono (Mangara Siahaan). Alur hidup membuat Hartomo sadar, Ratih yang terbaik.
Ratih dihadapkan pada dua pilihan: Hartomo atau Mulyono. Akhir film ini menampilkan alasan logis Ratih memilih Hartomo. Adegan ini bikin air mata penonton berlinang.
3. Puteri Seorang Jenderal (1981)
Karya sutradara besar Wim Umboh yang mengantar Zaenal Abidin meraih Piala Citra Pemeran Utama Pria Terbaik. Film ini mengisahkan Ineke (Titien Suherman) dan Jamal (Dyan Hasri). Hubungan keduanya diuji saat Ineke diterjang kuda dan koma di rumah sakit.
Film yang berakhir bahagia ini menempatkan Adi Kurdi sebagai Doktor Yaman. Puteri Seorang Jenderal, mahakarya Win Umboh yang menyiratkan cinta dan kesetiaan yang berakhir bahagia.
Advertisement
4. Kapan Kawin? (2015)
Salah satu pertanyaan menyebalkan yang kerap kita dengar saat Lebaran dijadikan judul film komedi romantis. Dimainkan dengan chemistry kuat oleh Adinia Wirasti dan Reza Rahadian, film ini makin nampol berkat performa tokoh pendukung, Gatot (Adi Kurdi) dan Dewi (Ivanka Suwandi). Akting Adi sebagai orang tua Dinda (Adinia) diganjar nominasi Pemeran Pendukung Pria Terbaik FFI 2015.
Kapan Kawin? salah satu film terbaik di 2015. Dialog yang hingga kini dikenang penonton, peringatan Satrio (Reza) kepada Dinda, “Kebahagiaan yang kamu kasih ke orang tua, tuh kayak cek kosong. Kalau mau kasih cek, harus punya uang dulu. Kalau mau bahagiakan orang lain, kamu harus bahagia dulu.” Jleb.
5. Catatan Dodol Calon Dokter (2016)
Diadaptasi dari novel laris, Catatan Dodol Calon Dokter berporos pada pemikiran bahwa dengan kuliah di Fakultas Kedokteran, seseorang mendapat jaminan masa depan, ijazah mentereng, dan cepat dapat jodoh. Dua karakter utama film ini yakni Riva (Adipati Dolken) dan Evi (Tika Bravani).
Namun yang mencuri perhatian juri FFI 2016 justru penampilan Adi Kurdi sebagai Profesor Burhan. Gagal meraih Piala Citra, almarhum diganjar Pemeran Pendukung Pria Terpilih di Piala Maya.
Advertisement
6. Koki-koki Cilik (2018)
Salah satu film keluarga yang membangkitkan suasana hati. Sukses menyita perhatian setengah juta penonton lebih, Koki-koki Cilik mengisahkan perjuangan Bima (Farras Fatik), anak kurang mampu yang mengikuti kompetisi Cooking Camp.
Konflik dramanya menyentuh dengan akhir yang tidak klise. Adi Kurdi memerankan Pak Malik. Meski berada di barisan pemeran pendukung, kehadirannya merefleksikan karisma, ketegasan, dan ketenangan.