Liputan6.com, Jakarta Emily Callahan, perawat Amerika Serikat berhasil pulang ke negaranya setelah 26 hari terjebak dalam Gaza yang tengah bergejolak. Ia adalah tenaga medis dari Doctors Without Borders, dan pernah bekerja di Rumah Sakit Indonesia di Palestina.
Emily baru-baru ini diwawancara oleh jurnalis Anderson Cooper dari media Amerika Serikat, CNN, dan dipublikasikan pada Selasa (7/11/2023) kemarin. Interviu ini kemudian viral, dan dibagikan sejumlah seleb termasuk Dewi Sandra hingga Bella Hadid.
Baca Juga
Dalam wawancara versi panjang yang diunggah di kanal YouTube CNN, Emily Callahan mengungkap kengerian yang ia hadapi, sebelum berhasil dipulangkan ke Amerika Serikat. Salah satunya saat perjalanan menuju perbatasan, ia mesti tinggal sementara di barak pengungsi yang dihuni 35 ribu orang tanpa akses air mengalir yang memadai.
Advertisement
Kondisi para pengungsi sungguh memprihatinkan.
“Ada anak-anak dengan luka bakar besar di wajah, dada, serta tangan dan kaki. Karena rumah sakit kewalahan, mereka harus dikeluarkan secepat mungkin,” kata dia. Tak sedikit orangtua dengan anak-anak mereka yang terluka parah, datang menghampirinya untuk minta tolong. Namun Emily tak bisa berbuat apa-apa karena tak membawa obat-obatan ataupun peralatan medis.
Meski mengalami kengerian tak terkira seperti itu, saat ditanya apa ia ingin kembali ke Gaza, Emily Callahan langsung mengiyakan.
“In a heartbeat. In an absolute heartbeat,” katanya dengan tegas, bermakna tak ada keraguan dalam perkataannya.
My Heart is in Gaza
Lebih jauh, Emily Callahan bahkan mengaku hatinya tertinggal di Gaza. “My heart is in Gaza. It will stay in Gaza,” kata dia dengan mantap.
Tampaknya, salah satu alasannya adalah warga Palestina.
“Orang-orang yang bekerja bersamaku, baik staf nasional di kantor ataupun staf di Rumah Sakit Indonesia adalah beberapa orang-orang terhebat yang pernah kutemui dalam hidupku,” tuturnya.
Advertisement
Keberanian Paramedis Palestina yang Bertugas di RS Indonesia
Salah satu pengalaman yang terpatri dalam ingatannya, adalah seorang staf yang berjuang keras menolongnya untuk pergi dari perbatasan, meski orangtuanya sendiri tewas dalam serangan Israel. Ada pula yang berbagi air bersih dengannya, meski barang ini sangat langka di Gaza.
“Tanpa mereka, aku sekarang sudah mati,” kata Emily.
Contoh lain, adalah saat RS Indonesia menjadi salah satu target pengeboman para tenaga medis di sana tak ingin mundur.
“Ini adalah masyarakat kami. Ini adalah keluarga kami. Ini adalah teman-teman kami. Bila mereka mau membunuh kami, kami akan menyelamtkan orang sebanyak yang kami bisa,” kata Emily, menirukan pernyataan tenaga medis Palestina di RS Indonesia.
Mereka Adalah Pahlawan
Secara halus, ia juga membantah anggapan bahwa mereka yang bertahan di RS adalah ancaman—terkait dengan Hamas.
“Aku ingin mengingatkan orang-orang bahwa mereka yang bertahan adalah pahlawan kami. Orang yang bertahan tahu betul bahwa mereka akan tewas, dan mereka tetap bertahan di sana,” kata Emily, yang dengan pilu menyatakan bahwa ia rutin mengirim SMS kepada rekan-rekannya, apakah mereka masih hidup.
Advertisement