Liputan6.com, Jakarta - Semua berteriak "Marty Friedmannnnnn...," saat lampu-lampu dinyalakan di panggung Sonic Hammersonic Festival 2024, Sabtu (4/5) di Pantai Carnaval, Ancol.
Tepat pukul 19.20 WIB bersama bandnya, tanpa penyanyi, gitaris berambut kriwil-kriwil itu langsung menghajar telinga audiens di ajang yang dipromotori Ravel Entertainment ini dengan "Stigmata Addiction".
Baca Juga
Ini komposisi lama milik Marty Friedman yang dirilis di album Loudspeaker di tahun 2006. Penonton pun bersorak dan berjingkrak karena tempo lagu ini memang cukup cepat.
Advertisement
Tanpa jeda, Marty langsung memainkan "Devil Take Tomorrow", yang juga diambil dari album Loudspeaker. Namun, berbeda dengan "Stigmata Addiction", "Devil Take Tomorrow", bertempo lambat, agak balada.
Tapi, justru di lagu ini terlihat jelas kelas Marty sebagai salah satu gitaris nomor wahid dunia. Teknik bending, sweep picking, dan slide yang diperlihatkan Marty begitu sempurna menjelajahi scale hirajoshi dan pentatonik yang dia mainkan.
Melodi yang keluar pun begitu harmonis, bahkan cenderung melankolis, tidak seperti "Stigmata Addiction", yang memamerkan kecepatan jemari Marty. Audiens yang memadati panggung Sonic Hammersonic Festival pun seolah terhipnotis.
Kelar memainkan "Devil Take Tomorrow", Marty menyambar mikrofon, "Jakartaaaaaa," ujarnya berteriak.
"Ini pertama kalinya saya konser di Jakarta. Kalian semua fantastis, terima kasih," ujarnya, disambut tepuk tangan audiens.
Â
Misi Khusus
Marty lalu menyebut, bahwa di Hammersonic ini dia mengusung misi atau tujuan khusus. "Kami punya satu misi malam ini. Hanya satu misi, yaitu membawa energi dari Tokyo Jepang ke Jakarta Indonesia," ujarnya, lantang.
Gitaris kelahiran Washington, Amerika Serikat (AS) itu memang sudah sejak 2003 menetap di Jepang. Istrinya, Hiyori Okuda, seorang pemain cello terkenal di Negeri Sakura.
Bahkan, personel tetap bandnya pun semua berasal dari Jepang: Naoki Morioka (gitar), Wakazaemon (bass) dan Chargeeeeee(drum).
Hanya, dalam konser kali ini, Chargeeeeee berhalangan. Posisinya digantikan Ash Pearson, drummer band death metal asal Boston (AS), Revocation.
Marty, yang pernah melahirkan lima album bersama Megadeth, lalu memainkan lagu ketiga "Amagi Goe" yang diambil dari album Tokyo Jukebox, rilisan tahun 2009. Setelah itu beberapa komposisi seperti "Whiteworm" dan "Dragon Mistress" dimainkan. Semuanya nomor instrumental.
Â
Â
Advertisement
Mainkan Tornado of Souls
Marty dan kawan-kawan juga sempat menggeber lagu "Tornado of Souls" milik Megadeth yang dimainkan secara instrumental, tentu diselipi dengan aksi-aksi solo Friedman yang memamerkan kecepatan jari-jari di lintasan fred gitar.
Sejak dulu,dia memang dikenal sebagai salah satu gitaris shred jempolan. Bahkan, sejak dia masih bergabung di duo Cacophony, bersama Jason Becker di akhir tahun 1980-an.
Marty dan kawan-kawan menutup konser dengan nomor "Kaze Ga Fuiteiru" yang diambil dari album Tokyo Jukebox 3, tahun 2020.
Â
Begitu Menghibur
Secara keseluruhan, penampilan Marty Friedman begitu menghibur. Tak hanya permainan dan musik yang begitu ciamik, namun aksi panggung mereka juga begitu memikat dan komunikatif.
"Indonesia, Aku cinta kalian...aku cinta kalian," ujar Friedman sebelum memainkan lagu "Dragon Mistress".
Naoki dan Wakazaemon, yang selalu berada di sisi kiri dan kanan Marty pun, begitu atraktif dan energik. Mereka juga tanggap akan gestur-gestur jokes yang dilempar Marty, sepanjang konser.
Tak pelak, para Hammerhead, sebutan untuk penikmat Hammersonic, kerap tersenyum dan tertawa melihat aksi-aksi lucu Marty di atas panggung. Sebelumnya, akhirnya memberikan aplaus yang meriah setelah aksi kocak Marty dan kawan-kawan.
Seperti ketika memainkan "Tornado of Souls" misalnya. Marty seolah-olah marah kepada Naoki yang tiba-tiba mengambil part solo miliknya. Seperti terjadi perdebatan di antara keduanya, melalui gestur tangan dan mimik yang mereka perlihatkan. Penonton tertawa.
Atau saat Marty memperkenalkan personel bandnya. Dia menyebut bassist Wanita mereka, Wakazaemon, berasal dari Surabaya. Karuan saja audiens pun terpingkal.
Â
Advertisement
Ajari Bahasa Jepang
Di tengah konser, dia juga sempat "mengajari" penonton beberapa kata dalam bahasa Jepang. Sebaliknya, dia meminta audiens mengajarinya beberapa kata dalam Bahasa Indonesia. Seru.
"Marty Friedman memang selalu bisa mengibur di setiap konsernya," ujar pemerhati konser, Umar Rachman, yang juga menyaksikan penampilan Marty Friedman dan kawan kawan di Singapore Rockfest, tiga hari sebelumnya.
Umar juga menyebut, Marty Friedman selalu konsisten, mampu menunjukkan performanya sebagai gitaris kelas dunia di setiap konser.
"Marty tetaplah Marty dengan gaya khasnya, dengan cara picking gitarnya yang unik, clean. Dia seorang perfeksionis. Plus belakangan, kultur Jepang yang dia bawa juga kuat sekali," Umar menambahkan.
Â