Khofifah Minta Pemkab Sidoarjo Berkoordinasi untuk Bina Peternak Ayam Petelur

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa meminta pemkab Sidoarjo untuk berkoordinasi dengan camat, lurah, dan kades setempat.

oleh Agustina Melani diperbarui 18 Nov 2019, 15:00 WIB
Diterbitkan 18 Nov 2019, 15:00 WIB
Khofifah memakai batik saat menjadi narasumber di salah satu radio di Surabaya, seakan memakai batik sudah menjadi ciri khasnya.
Khofifah Indar Parawansa (Sumber: Instagram/@khofifah.ip)

Liputan6.com, Jakarta - Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa meminta pemerintah kabupaten (pemkab) Sidoarjo untuk berkoordinasi dengan camat, lurah, dan kades setempat.Koordinasi untuk membina peternak ayam petelur agar melakukan budidaya secara higienis.

"Saya harap Pemkab Sidoarjo lewat segera koordinasi dengan seluruh jajarannya, agar bisa melakukan pembinaan untuk budidaya higenis maupun kandangisasi. Hal ini penting, karena tugas pemerintah adalah memberikan solusi terbaik bagi masyarakat termasuk peternak," ujar Khofifah, seperti dikutip dari keterangan tertulis, Senin (18/11/2019).

Imbauan Khofifah menyusul ada laporan LSM yang menyebutkan tingginya kadar dioksin di dekat sebuah pabrik tahu di Indonesia. Pabrik tahu tersebut memakai plastik sebagai bahan bakar untuk memproses panganan tersebut.

Dalam laporan LSM Indonesia Nexus3 dan Ecoton,advokasi kebijakan dan kesehatan lingkungan IPEN bersama Arnika Association menyebutkan, hasil pengumpulan dan analisis telur kampung di Bangun dan Tropodo, Jawa Timur.

Di Desa Bangun, warga membakar tumpukan sampah plastik untuk kurangi volume tumpukan sampah di jalan dan sekitar rumah. Di Desa Tropodo, Sidoarjo, Jawa Timur limbah plastik digunakan untuk bahan bakar pabrik tahu.

Telur yang dikumpulkan dari masyarakat ditemukan mengandung bahan kimia terlarang yang berbahaya termasuk dioksin, zat penghambat nyala dan PFOS yang merupakan bahan kimia beracun.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Khofifah Imbau Masyarakat Tak Perlu Cemas

Sah, Khofifah-Emil Jabat Gubernur dan Wakil Gubernur Jatim
Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dan Emil Elestianto Dardak bersama Gubernur Jambi definitif, Fachrori Umar sebelum dilantik di Istana Negara, Jakarta, Rabu (13/2). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa mengimbau masyarakat tidak perlu cemas dan khawatir mengonsumsi telur yang diproduksi peternak ayam petelur Jatim.

Hal ini karena, telur yang beredar di masyarakat adalah telur yang sehat dan diproduksi dengan menerapkan pola good farming practices. Good farming practices adalah tatalaksana peternakan yang meliputi segala aktivitas teknis dan higinis dalam hal pemeliharaan sehari-hari, cara dan sistem pemberian pakan, sanitasi, serta pencegahan dan pengobatan penyakit.

"Sebanyak 96,3 persen telur di Jawa Timur dihasilkan dari ayam ras petelur yang sudah menerapkan good farming practices, dan sisanya  3,7 persen telur dari ayam buras/kampung yang belum dikandangkan secara permanen, di antaranya ditemukan di  daerah Tropodo. Untuk itu, masyarakat jangan khawatir karena telur dari Jatim sehat dan tidak mengandung racun," terang Khofifah sapaan akrab Gubernur Jatim saat melakukan kunjungan ke Kelompok Telur Intan di Kecamatan Tumpang, Malang, Minggu, 17 November 2019, seperti dikutip dari keterangan tertulis.

Khofifah mengungkapkan, imbauan ini disampaikan sehubungan dengan adanya rilis hasil penelitian jaringan kesehatan global (IPEN). Yang menyebutkan, ayam buras/kampung yang dipelihara secara umbaran dan mencari makan di tumpukan plastik di daerah Tropodo, Sidoarjo, memiliki tingkat kontaminasi dioksin terparah kedua sedunia.

Untuk memastikan, peternakan rakyat sudah menerapkan good farming practices, khofifah didampingi dinas peternakan provinsi Jatim, bupati Malang serta dekan fakultas peternakan Universitas Brawijaya melakukan kunjungan langsung ke daerah peternakan rakyat ayam petelur di Plumpang - Malang. 

Kunjungan tersebut difokuskan di peternakan milik H Kholik yang memiliki populasi sekitar 300 ribu ekor ayam, dengan produksi telur sekitar 14 ton/hari atau setara 210 ribu butir/hari. Dimana, di peternakan ini quality controlnya sangat terjaga. Bahkan, telur-telur yang dipasarkan peternakan ini hanya yang Grade A atau kualitas terbaik.

"Telur-telur yang dipasarkan peternakan ini hanya yang Grade A dengan kualitas terbaik. Sedangkan yang Grade B tidak dipasarkan. Untuk itu, telur-telur ini sangat aman dikonsumsi masyarakat," kata Khofifah.

Orang nomor satu di Jatim ini menambahkan, pemeliharaan unggas dengan penerapan good farming practices terhadap 92,5 persen unggas penghasil telur di Jatim telah menggunakan pakan yang memiliki Nomor Pendaftaran Pakan (NPP).

Terlebih lagi, produksi telur unggas di Jatim pada tahun 2018 mencapai 543,56 ribu ton atau setara 8,2 milyar butir telur. Serta berkontribusi sebesar 29 persen terhadap nasional atau peringkat 1 nasional.

"Jatim telah surplus telur unggas mencapai 2,8 milyar butir telur, dan telah mampu mensuplai provinsi lain di Indonesia," urai mantan Menteri Sosial ini. Untuk menjamin kualitas dan mutu telur di Jatim, Pemprov Jatim melalui Dinas Peternakan telah melakukan berbagai upaya.

Salah satunya dengan sertifikasi kompartemen bebas penyakit flu burung di seluruh breeding farm yang memproduksi bibit untuk ayam petelur dan pedaging final. Selain itu, dengan melakukan uji yang dilanjutkan sertifikasi bebas penyakit Pullorum untuk induk ayam yang menghasilkan bibit ayam umur sehari yang akan diedarkan ke masyarakat.

Serta, melakukan pengambilan dan pengujian sampel telur dan daging unggas oleh Laboratorium Kesehatan Hewan secara periodik. Bagi para peternak ayam petelur, Khofifah juga berpesan, agar tidak perlu resah karena telur yang diproduksi adalah telur yang berkualitas, di bawah pengawasan Dinas Peternakan Provinsi maupun kabupaten/kota. Sehingga, akan tetap dibutuhkan oleh konsumen.

"Para peternak ayam telur jangan resah, karena telur yang dihasilkan berkualitas dan tidak mengandung racun. Oleh sebab itu, konsumen juga masih sangat membutuhkannya," terangnya.

Gubernur perempuan pertama di Jatim ini meminta, bagi masyarakat yang memelihara ayam kampung dengan cara dilepas atau diumbar untuk segera beralih pemeliharaan unggas dengan skala bisnis dan dikandangkan. "Bagi masyarakat yang memelihara ayam kampung dengan cara diumbar, harap segera beralih dengan mengkandangkan ayam peliharaannya. Hal ini penting dilakukan untuk menjamin telur yang dihasilkan," tuturnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya