Aksi Warga di Kampung Surabaya Bentuk Satgas Corona

Satgas Corona tingkat kampung di Surabaya ini melakukan kegiatan karantina mandiri bagi warga yang terjangkit COVID-19 baik ODP dan PDP.

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Mei 2020, 04:00 WIB
Diterbitkan 15 Mei 2020, 04:00 WIB
(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Upaya pencegahan penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Surabaya, Jawa Timur. (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Jakarta - Mitigasi pencegahan virus corona baru (Sars-CoV-2) yang sebabkan COVID-19 dinilai tidak hanya dilakukan peran pemerintah tetapi juga masyarakat.

Oleh karena itu, sejumlah, warga Demak Timur, Kelurahan Gundih, Surabaya, Jatim, membentuk Satgas Corona tingkat kampung. Salah satu satu tugasnya melakukan kegiatan karantina mandiri bagi warga yang terjangkit COVID-19, baik orang dalam pemantauan (ODP) maupun pasien dalam pengawasan (PDP).

"Mitigasi pencegahan virus corona jenis baru (COVID-19) tidak bisa hanya dilakukan pemerintah, tapi juga partisipasi masyarakat," ujar anggota Satgas Corona RT 5 RW6 Demak Timur Hari Cahyono di Surabaya, Kamis, 14 Mei 2020, seperti dikutip dari Antara.

Apalagi saat ini rumah sakit rujukan COVID-19 sedang kelebihan pasien, sehingga pihaknya bergerak ke kampung-kampung untuk melakukan swamitigasi agar tidak terjadi penumpukan di fasilitas kesehatan.

"Saat Pusat Grosir Surabaya (PGS) ditutup karena ada pedagang yang positif corona, semua orang yang bekerja di sana dinyatakan ODP. Ada satu warga kami yang bekerja di sana. Meski cuma satu, tapi yang jadi ODP akhirnya seisi rumah. Akhirnya kami pantau dan kami minta untuk tidak ke mana-mana," tutur dia.

Hari mengatakan, kebutuhan warga yang dinyatakan ODP itu disiapkan oleh warga kampung agar mereka tidak perlu keluar rumah sampai masa karantina mandiri selesai.

"Saat ini komunikasi kami terus intens. Namun, mereka belum ada permintaan kebutuhan apapun karena semua sembako masih cukup," ujar dia.

Ketua RT 5 RW 6 Demak Timur, Aris Dwi Santoso mengatakan, tidak hanya karantina mandiri, warga kampung melakukan sterilisasi minimal seminggu dua kali. Mereka juga memasang wastafel di hampir setiap meter ruas jalan. 

"Ini tidak mengandalkan dinas mana pun, hanya menggunakan pompa air milik kampung yang dirancang sedemikian rupa," kata Aris.

Tidak hanya itu, lanjut dia, hampir setiap hari, Satgas Corona mengecek suhu tubuh warga secara rutin. "Kalau ada yang mencurigakan, langsung dikoordinasikan ke puskesmas terdekat. Kami juga membagikan masker, cairan pembersih tangan, dan sembako bagi mereka yang terdampak ekonomi karena corona," ujar Aris.

Sejak pandemi COVID-19, Satgas Corona bergerak dengan tujuan agar kampung-kampung di Surabaya memiliki protokol mandiri pencegahan virus yang mematikan itu. Mereka mendorong karantina mandiri dilakukan di kampung-kampung dengan membatasi lalu lintas warga sekaligus disiplin penggunaan alat pencegahan. 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Program Kampung Anti Corona

Ilustrasi Covid-19, virus corona
Ilustrasi Covid-19, virus corona. Kredit: Gerd Altmann via Pixabay

Selain itu, kata dia, Satgas Corona juga punya program kampung anti-corona (Karina) yang lebih  banyak dalam kegiatan baksti sosial seperti pembagian sembako, masker, telur rebus, wedang pokak dan lainnya.

Koordinator Protokol Komunikasi, Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Surabaya M. Fikser mengatakan, untuk menekan penyebaran COVID-19 tidak bisa hanya dilakukan oleh pemerintah, melainkan juga warga hingga tingkatan RT maupun RW diharapkan ikut andil. 

"Kami minta kepada seluruh pengurus RT/RW, kepada semua warga, untuk menutup akses-akses pintu gang, buatlah semua akses keluar masuk menjadi satu pintu," ujar Fikser.

Selain itu, Fikser menyebut di setiap akses keluar masuk itu sebaiknya juga ada petugas atau adanya partisipasi warga untuk melakukan pengecekan kepada setiap orang yang datang. Partisipasi masyarakat dalam mitigasi ini diharapkan dapat mengurangi risiko penyebaran COVID-19.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya