Disarankan Cuti, Perawat Ari yang Meninggal Akibat COVID-19 Tetap Ingin Bekerja

Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jatim, Joni Wahyuhadi menceritakan tentang penyebab meninggalnya perawat RS Royal Surabaya yang sedang hamil, Ari Puspita Sari.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 20 Mei 2020, 15:02 WIB
Diterbitkan 20 Mei 2020, 14:59 WIB
(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Ketua Gugus Kuratif Covid-19 Jatim, Joni Wahyuhadi (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Surabaya - Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jatim, Joni Wahyuhadi menceritakan tentang penyebab meninggalnya perawat RS Royal Surabaya yang sedang hamil, Ari Puspita Sari. 

Terkuaknya peristiwa ini setelah sang perawat dinyatakan positif terpapar COVID-19 ini diketahui setelah hasil tes swab PCR keluar. Sebelumnya saat dilakukan rapid test sebanyak dua kali terhadap Ari hasilnya negatif. 

Dengan meninggalnya perawat Ari, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jatim mengkaji supaya ke depan tidak ada lagi tenaga medis yang meninggal.

Hasil dari kajian menyebutkan penyebab meninggalnya sang perawat salah satu karena kehamilan. Sebab daya tahan perawat tersebut terus menurun, sebelum akhirnya dinyatakan meninggal pada Senin, 18 Mei 2020.

"Pihak rumah sakit sudah menyarankan agar perawat ini mengambil cuti sebelum meninggal, tapi dia tetap memaksa masuk alasan kemanusiaan," ujar dia, ditulis Rabu (20/5/2020). 

Namun, setelah beberapa hari masuk, Ari justru sakit dan mengalami gejala klinis seperti pasien COVID-19. Kemudian dilakukan rapid tes sebanyak dua kali, hasilnya negatif semua. Selanjutnya dilakukan tes swab PCR, dan hasilnya dinyatakan positif.

Joni menuturkan, ibu hamil rentan terjangkit COVID-19. Lantaran, imunitas tubuh mudah berubah. Sehingga orang hamil yang terkena COVID-19 risiko kematian lebih tinggi dibandingkan pasien COVID-19 yang tidak hamil.

"Orang yang punya risiko seperti hamil, hipertnesi, diabetes ini sangat berbahaya karena ia tidak punya ketahan tubuh anti gen virus. Dengan adanya kasus ini, masyarakat penting memahami fungsi dari PSBB. Karena salah satu fungsinya melindungi masyarakat, terutama yang memiliki penyakit bawaan," ucap Joni.

Saksikan Video di Bawah Ini

Perkembangan Kasus Corona COVID-19 di Jawa Timur pada 19 Mei 2020

(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Sebelumnya, dinamika persebaran kasus Corona COVID-19 meningkat cukup signifikan di Jawa Timur (Jatim). Hari ini tercatat ada penambahan kasus baru pasien positif COVID-19 sebanyak 91 orang di Jatim.

"Untuk kasus baru pasien positif COVID-19 ada penambahan 91 orang, sehingga secara keseluruhan totalnya menjadi 2.372 orang," ujar Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Selasa malam, 19 Mei 2020.

Khofifah menuturkan, 91 orang itu berasal dari masing-masing satu dari Kabupaten Pamekasan, Kabupaten Jombang, Kabupaten Kediri, Kabupaten Bondowoso, Kota Mojokerto, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Blitar, Kota Kediri dan Kabupaten Tuban.

Kemudian masing-masing dua pasien COVID-19 berasal dari Kabupaten Malang, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Lamongan dan Kabupaten Bojonegoro.

"Lalu masing-masing lima berasal dari Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Mojokerto, 6 dari Kabupaten Sampang dan 60 dari Kota Surabaya," ucap Khofifah.

"Untuk orang dengan status PDP dari angka 5.014 kini menjadi 5.198 dan untuk yang berstatus ODP dari angka 22.859 kini naik menjadi 22.985 orang," ia menambahkan.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya