Kata Pengamat Ekonomi Unair Terkait Rencana Penerapan New Normal

Pengamat Ekonomi Universitas Airlangga, Wisnu Wibowo menuturkan, sektor kesehatan dan ekonomi merupakan dua aspek yang tidak terpisahkan dan sama pentingnya.

oleh Agustina Melani diperbarui 05 Jun 2020, 05:00 WIB
Diterbitkan 05 Jun 2020, 05:00 WIB
(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Kamera CCTV yang dipasang di sejumlah persimpangan jalan di Surabaya, Jawa Timur. (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Jakarta - Pengamat Ekonomi Universitas Airlangga, Wisnu Wibowo menilai untuk menerapkan new normal atau tatanan hidup baru di Jawa Timur (Jatim) terutama Surabaya juga harus selektif dan mempertimbangkan aspek epideomologi.

Wisnu mengatakan,  sektor kesehatan dan ekonomi merupakan dua aspek yang tidak terpisahkan dan sama pentingnya. Memang idealnya, menurut Wisnu, dua sektor itu dapat berjalan bersama. Namun,  dari tinjauan kesehatan, Wisnu menuturkan,  hadirnya vaksin dan obat membutuhkan waktu untuk virus corona baru atau Sars-CoV-2 yang sebabkan COVID-19. Lebih lanjut ia mengatakan, perlu beriringan untuk menyelesaikan COVID-19.  

"Ekonomi harus bergerak, masyarakat butuh pendapatan untuk tetap hidup. Ekonomi beri ruang untuk mulai bergerak meski tidak seperti dulu. Aktivitas ekonomi diupayakan selektif, dan pertimbangkan epideomologi, aspek kesehatan,” kata Wisnu, saat dihubungi Liputan6.com, ditulis Jumat (5/6/2020).

Wisnu mengatakan, pertimbangan epideomologi perlu dilakukan di sektor tertentu. Hal ini agar tidak menimbulkan risiko ke depan jika diterapkan new normal.  Salah satunya mempertimbangkan tingkat kondisi penularan.

"Kalau angka kondisi penularan sudah bisa turun di bawah 1 relatif bisa dikendalikan (tingkat penularan-red). Kemudian evaluasi kemungkinan proses transisi new normal,” kata dia.

Menurut Wisnu, ada dua hal yang perlu diperhatikan untuk menjalankan proses transisi new normal tersebut. Meski pun, Wisnu menuturkan, perlu selektif untuk menjalankan proses transisi new normal.  Pertama, memilih sektor yang punya dampak potensi penularan relatif dapat dikendalikan. Wisnu mengatakan, butuh bantuan aparat agar penerapan protokol kesehatan dapat dilakukan ketat sehingga ada intervensi yang dapat membuat tingkat kondisi penularan COVID-19 dapat dikendalikan.

"Misalkan mal dibuka ada treatment protokol pencegahan COVID-19," ia menambahkan.

Kedua, sektor usaha yang pengaruh besar terhadap berjalannya aktivitas masyarakat. "Di Surabaya,  sektor perdagangan kontribusi 28,33 persen, sektor perhotelan, restoran sekitar 15,3 persen, dan sektor industri sekitar 18,3 persen, ini 61 persen sebagai penyangga ekonomi. Kalau ditambah sektor konstruksi totalnya jadi 70  persen. Ini sektor kontribusinya besar terhadap ekonomi Surabaya,” ujar dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Penerapan Protokol Kesehatan

(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Ilustrasi jalan di Surabaya, Jawa Timur. (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Meski demikian, menurut Wisnu jika sektor-sektor tersebut dibuka dalam transisi new normal, perlu sungguh-sungguh untuk menerapkan protokol kesehatan oleh semua pihak baik pelaku usaha, aparat, masyarakat dan pemerintah. Hal ini untuk mencegah penyebaran COVID-19 dan tidak menimbulkan gelombang kedua.

"Keberhasilan dalam transisi itu disiplin sehingga new normal dapat berjalan. Pelaku usaha sudah harus merancang bagaimana menjalankan kegiatan usaha dengan ada juga pencegahan COVID-19," kata dia.

"Kesadaran dari masyarakat itu sendiri. Jangan sampai kebiasaan ketika kondisi sebelum ada COVID-19,” ia menambahkan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya