Kasus Positif COVID-19 Tembus 10 Ribu di Jatim, Ini Kata Pakar Kesehatan Masyarakat Unair

Pakar Kesehatan Masyarakat dari Universitas Airlangga (Unair), Dr Windhu Purnomo kasus positif COVID-19 meningkat tersebut seiring disiplin masyarakat terhadap protokol kesehatan masih rendah.

oleh Agustina Melani diperbarui 24 Jun 2020, 20:12 WIB
Diterbitkan 24 Jun 2020, 09:27 WIB
Ilustrasi coronavirus, virus corona, koronavirus, Covid-19
Ilustrasi coronavirus, virus corona, koronavirus, Covid-19. Kredit: Fernando Zhiminaicela via Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Pasien Corona COVID-19 di Jawa Timur mencapai angka 10 ribu pada Selasa, 23 Juni 2020. Total pasien positif Corona COVID-19 di Jawa Timur mencapai 10.092 orang hingga 23 Juni 2020.

Melihat kondisi tersebut, Pakar Kesehatan Masyarakat dari Universitas Airlangga (Unair), Dr Windhu Purnomo menuturkan, kasus positif Corona COVID-19 di Jawa Timur terus meningkat seiring masih ada penularan COVID-19 di masyarakat. Ia menyoroti, kasus positif Corona COVID-19 sebagian besar di Jawa Timur ada di Surabaya.

Tercatat ada tambahan pasien positif Corona COVID-19 sebanyak 107 orang sehingga total menjadi 4.878 orang hingga 23 Juni 2020 di Surabaya.

"Jawa Timur diwarnai separuh di Surabaya. Penularan masih terus terjadi. Kasus positif COVID-19 terus meningkat karena masyarakat tertular dan  pemerintah belum berhasil memutuskan rantai penularan. Warga sebagian masih menulari," ujar Windhu saat dihubungi Liputan6.com, Rabu, (24/6/2020).

Ia mengatakan, kasus positif COVID-19 meningkat tersebut seiring disiplin masyarakat terhadap protokol kesehatan masih rendah.

"Kedisiplinan warga patuhi protokol kesehatan belum terjadi. Warga masih berdekatan tanpa masker, tidak jaga jarak, tidak cuci tangan sebelum pegang wajahnya. Kepatuhan yang buruk itu, kontrol pemerintah lemah,” tutur dia.

Selain itu, Windhu menilai, Surabaya juga tidak ada status di tengah kondisi kasus Corona COVID-19 masih tinggi. Windhu melihat, tanpa status tersebut, masyarakat menganggap sudah tidak ada.

Namun, sisi lain, menurut Windhu, masyarakat juga ada yang punya kesadaran untuk patuhi protokol kesehatan seperti memakai masker.

"Surabaya setelah PSBB jilid 3 sekarang tidak ada status jadi masyarakat sudah anggap berakhir,” kata dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Kondisi Epidemiologi di Jawa Timur dan Surabaya

Ilustrasi coronavirus, virus corona, koronavirus, Covid-19.
Ilustrasi coronavirus, virus corona, koronavirus, Covid-19. Kredit: Fernando Zhiminaicela via Pixabay

Oleh karena itu, Windhu menuturkan, kedisiplinan masyarakat untuk patuhi protokol kesehatan harus dipertahankan di Jawa Timur terutama di Surabaya.

Mengingat kondisi epidemiologi di Jawa Timur terutama Surabaya. Windhu menuturkan, attack rate atau angka kejadian serangan infeksi di Jawa Timur di angka 24,6 per 100 ribu penduduk.

 "Ini artinya, setiap 100 ribu penduduk akan tertular 25 orang di Jawa Timur,” kata dia.

Sedangkan Surabaya, Jawa Timur 148,9 per 100 ribu penduduk. Artinya setiap 100 ribu penduduk akan tertular sekitar 150 orang. “Di Surabaya 148,9 dibulatkan 150. Pada akhir PSBB 90 sekarang 150 jadi hampir dua kali lipat naiknya selama dua minggu, risiko makin tinggi tertular COVID-19,” ujar dia.

Meski demikian, kalau melihat dari attack rate, menurut Windhu, Jawa Timur berada di posisi 10-11 di antara provinsi lain.

"Ini artinya ada 9-10 provinsi lainnya yang lebih buruk dari pada Jawa Timur di antaranya DKI, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Maluku Utara dan Papua,” kata dia.

Demikian juga angka kematian di Jawa Timur terutama Surabaya masih tinggi. Tercatat di Jawa Timur 7,4 dan Surabaya 7,8. Sedangkan nasional 5,6-5,7.

"Jadi kita lebih tinggi dua persen. Ini tidak boleh, menunjukkan tingginya kasus di Surabaya. Kapasitas rumah sakit sudah terlampaui, perawatan tidak optimal. Dari hulu ke hilir sehingga kematian kondisinya tinggi," ujar Windhu.

Tingkat Penularan COVID-19

Ilustrasi Covid-19, virus corona
Ilustrasi Covid-19, virus corona. Kredit: Gerd Altmann via Pixabay

Kabar baiknya, Windhu menuturkan, Jawa Timur dan Surabaya ada harapan untuk tingkat penularan COVID-19 atau transmission rate.

"Tingkat penularan atau Rt sudah turun. Pada 17 Juni 0,8 itu tapi cuma satu hari. Dua hari sebelumnya 1. 17 Juni 0,8 itu harapan di ujung terowongan. Cahaya sudah kelihatan dengan Rt di bawah 1,” kata dia.

Oleh karena itu, menurut Windhu butuh pengendalian agar Rt atau tingkat penularan COVID-19 dapat konsisten di bawah 1. Terutama tingkat penularan di bawah 1 itu selama 14 hari berturut-turut.

"Kalau pemerintah daerah sabar, tunggu. Mengendalikan kedisiplinan, kita bisa berhasil. Kalau 30 Juni tunggu seminggu lagi, itu sudah bisa lolos dan masuk new normal. Pemerintah sabar, cahaya sudah kelihatan, untuk sampai di ujung terowongan itu,” kata dia.

Perlu Sanksi Tegas

(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Konferensi pers perkembangan kasus virus corona baru yang memicu COVID-19 di Gedung Grahadi, Jumat (8/5/2020) (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Windhu pun meminta agar pemerintah memperketat pengawasan kepada masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan seperti memakai masker di luar rumah, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun. Windhu menuturkan, salah satu langkah dilakukan dengan memberikan sanksi tegas seperti pemberian denda.

Denda itu pun harus dijalankan. Windhu mencontohkan tak memakai masker dengan beri denda Rp 100 ribu. “Kendalinya pemerintah agar masyarakat patuh protokol kesehatan,” kata dia.

Hal senada dikatakan Ketua Rumpun Kuratif Tugas Penanganan COVID-19 Jawa Timur, dr Joni Wahyuhadi. Ia menuturkan, kasus positif COVID-19 bertambah seiring masyarakat juga belum disiplin. Oleh karena itu, salah satu langkah dilakukan dengan disiplin protokol kesehatan.  “Utamanya yang di sentrum kota besar, penertiban protokol kesehatan,” tutur dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya