Jurus Seniman Jaga Surabaya Jangan Ambyar

Seniman yang tergabung dalam Bengkel Muda Surabaya mengusung forum diskusi bertajuk Surabaya Jangan Ambyar.

oleh Liputan6.com diperbarui 16 Sep 2020, 18:30 WIB
Diterbitkan 16 Sep 2020, 18:30 WIB
(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Balai Kota Surabaya (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Jakarta Seniman yang tergabung dalam Bengkel Muda Surabaya mengusung forum diskusi bertajuk Surabaya Jangan Ambyar. Kegiatan ini bertujuan untuk memberi masukan kepada pemimpin Surabaya supaya membangun kota lebih bermartabat berdasarkan kearifan lokal.

Sesi pertama akan mengangkat tema Kampung Pembentuk Karakter Kota yang berlangsung secara online melalui Zoom pada 18 September 2020, pukul 19.00 sampai 21.00 WIB. Narasumber dalam acara ini adalah pengamat tata kota Johan Silas, pengamat sosial Pinky Saptandari, pengamat psikologi Achmad Chusairi, dan peneliti dari Balai Bahasa Jawa Timur Mashuri.

Kota Surabaya yang memiliki luas sekitar 326,81 kilometer persegi dengan penduduk berjumlah 3.158.943 jiwa telah berusia 727 tahun.

"Sangat tua sekali, dibandingkan Kota New York di Amerika Serikat yang pada 2020 ini berusia 412 tahun. Maka semestinya Surabaya harus lebih maju daripada Kota New York," ujar Koordinator Forum Diskusi Bengkel Muda Surabaya Amang Mawardi, seperti yang dikutip dari Antara, Rabu (16/9/2020).

Menurut Amang, tema "Kampung Pembentuk Karakter Kota" yang diangkat pada forum diskusi sesi yang pertama ini untuk mengingatkan ciri khas kearifan lokal Kota Surabaya. Karakter kampung 'Arek Suroboyo' memiliki nilai-nilai kultur gotong royong, guyup, dan nasionalisme heroik dari peristiwa bersejarah 10 November 1945.

“Bila kampung-kampung mulai terkikis dengan penataan kota dan pergerakan zaman yang sangat cepat tanpa pengelolaan yang baik, Surabaya sungguh benar-benar ambyar bila tidak mempertahankan ciri khas kearifan lokalnya," tuturnya.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya