Sempat Ditolak 5 Rumah Sakit, Ibu Muda Positif Covid-19 di Mojokerto Meninggal

Menurut Riki, adiknya itu mencari rumah sakit di wilayah Kecamatan Mojosari untuk mendapat perawatan dengan dibawa pakai ambulans relawan.

oleh Liputan6.com diperbarui 26 Jul 2021, 08:11 WIB
Diterbitkan 26 Jul 2021, 08:11 WIB
Gambar ilustrasi Virus Corona COVID-19 ini diperoleh pada 27 Februari 2020 dengan izin dari Centers For Desease Control And Prevention (CDC). (AFP)
Gambar ilustrasi Virus Corona COVID-19 ini diperoleh pada 27 Februari 2020 dengan izin dari Centers For Desease Control And Prevention (CDC). (AFP)

Liputan6.com, Mojokerto - WS (32), ibu muda warga Desa Warugunung, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto meninggal setelah sempat ditolak lima rumah sakit saat meminta bantuan medis akibat terpapar Covid-19.

Kakak WS, Edwin Riki mengatakan, adiknya itu mengeluh sakit demam dan sesak nafas pukul 01.00 Wib, Kamis (22/7/2021). Sempat berupaya mencari rumah sakit, namun akhirnya dibawa pulang kembali.

"Suaminya membawa cari pengobatan di rumah sakit dengan dibawa pakai mobil pribadi, namun rumah sakit menolak. Lalu terpaksa dibawa pulang lagi," kata Riki, Minggu (25/7/2021), dikutip dari TimesIndonesia.

Riki menambahkan, pagi pukul 05.00 Wib dirinya ditelepon untuk diminta tolong karena adiknya itu tidak sadarkan diri.

"Dicek saturasi oksigen dengan oximeter, hasilnya saturasi oksigen pada angka 40 persen, lalu saya langsung menghubungi mobil ambulans milik relawan. Kemudian dikasih bantuan pakai oksigen kecil akhirnya bisa sadar tapi untuk bernafas masih susah," ungkap Riki.

Menurut Riki, adiknya itu mencari rumah sakit di wilayah Kecamatan Mojosari Mojokerto untuk mendapat perawatan dengan dibawa pakai ambulans relawan.

"Di rumah sakit Kartini ditolak karena penuh. Kemudian kami bawa ke RSUD Prof dr Soekandar Mojosari lewat pintu belakang, kami diminta kembali katanya yang dibelakang untuk non Covid-19, khusus Covid-19 lewat pintu depan," jelasnya.

Masih kata Riki, adiknya itu lalu dibawa ke RS Mawadah Medika di Kecamatan Ngoro. Namun, pihak rumah sakit juga menolak dengan alasan oksigen kosong.

"Lalu kami kembali membawa adik ke RSUD Prof dr Soekandar lewat pintu masuk depan. Sampai disitu pintu gerbang digembok, saya klakson-klakson cuek tidak ada yang mendatangi kami. Akhirnya saya turun masuk ke IGD laporan kalau adik saya saturasinya tinggal 25 sampai 30 persen butuh oksigen tekanan tinggi secepatnya" jelasnya.

Riki kemudian menceritakan mengenai perawat rumah sakit. Diketahui bahwa jumlah tenaga kesehatannya jumlahnya terbatas.

"Kata perawatnya tidak bisa karena masih observasi pasien lain padahal disitu saya lihat cuma ada 3 sampai 4 pasien dan Bed masih ada yang kosong, bahkan tenda BNPB itu juga kosong tidak ada pasien. Katanya nakesnya kurang, banyak yang terpapar Covid-19. Sedangkan nakes yang lain masih observasi pasien lain," lanjut Riki.

Karena melihat kondisi adiknya semakin kritis, Riki meminta kepada tenaga kesehatan IGD RSUD Prof dr Soekandar agar memberikan pertolongan pertama dengan oksigen.

“Adik sudah tidak sadar di dalam ambulans depan pintu gerbang yang digembok itu. Kami tunggu 10 menit untuk negosiasi supaya dapat pertolongan oksigen karena kita pakai oksigen kecil di dalam ambulans itu. Tetap tidak bisa meski hanya minta bantuan oksigen dibawa ke mobil,” tuturnya.

Kemudian Riki menghubungi salah satu dokter di RS Sakinah Mojokerto. Salah satu rumah sakit di Kecamatan Sooko. Walaupun situasi rumah sakit penuh, adiknya itu diminta segera membawanya karena mendengar kondisi adiknya kritis.

"Saya bilang ini saturasinya 25 sampai 30, akhirnya diminta secepatnya bawa ke RS Sakinah. Sampai disana, langsung diberikan pertolongan oksigen meski harus ditangani di depan pintu masuk IGD karena bed di RS tersebut penuh. Saat masuk IGD Sakinah langsung dites swab antigen, hasilnya positif," bebernya.

Menurut Riki, hasil swab PCR keluar Jumat 23 Juli 2021 hasilnya juga positif. Sedangkan hasil rontgen paru-parunya putih semua karena Corona dan memiliki riwayat penyakit asma.

"Memang penuh RS nya. Tapi adik saya saturasinya bisa naik cepat sampai 70 dia sadar, tapi satu jam drop lagi naik turun seterusnya seperti itu. Akhirnya adik saya pukul 21.00 Wib, menghembuskan nafas terakhir dan dimakamkan dengan protokol kesehatan," tuturnya.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Suami Positif

(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Ilustrasi pemakaman jenazah pasien Corona COVID-19 (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Riki berharap, kejadian penolakan atau kesulitan mencari rumah sakit yang menimpa adiknya itu tidak dialami orang lain atau pasien yang kondisinya kritis.

"Masyarakat juga sangat butuh ambulans dan oksigen. Namun, pinjam ambulans puskesmas sulit. Pemerintah Kabupaten Mojokerto ngeshare oksigen gratis, tapi saat didatangi habis. Yang digratiskan berapa kuota," ujarnya.

Saat ini, suami almarhumah WS sedang menjalai isolasi di Posdes Desa Warugunung, Kecamatan Pacet karena hasil swab antigen dinyatakan positif Covid-19.

"Saya dan suami adik keponakan saya swab antigen, hasilnya saya negatif dan suaminya positif. Kedua anak adik (WS), alhamdulillah sehat semua,” pungkasnya. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya