Liputan6.com, Malang - Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Malang merawat sejumlah pasien gangguan ginjal akut progesif atipikal pada anak. Mayoritas pasien itu masuk ke rumah sakit dengan gejala yang mirip dan hampir semuanya harus mendapatkan hemodialisa.
Spesialis ginjal di klinik anak RSSA Malang, dr Krisni Soebandijah, mengatakan usia pasien gangguan ginjal akut pada anak antara 2-5 tahun dan didominasi jenis kelamin lelaki. Mayoritas bergejala demam, muntah, diare, batuk pilek (infeksi saluran pernafasan) dan nyeri perut.
Baca Juga
“Bisa saja tanpa gejala, tapi sebagian besar pasien kasus gagal ginjal akut pada anak yang dirujuk ke sini ada gejala itu,” kata Krisni di Malang.
Advertisement
Menurutnya, penyakit gangguan ginjal akut progesif atipikal merupakan penurunan secara cepat fungsi ginjal. Hal itu ditandai dengan penurunan produksi urine dan bisa sama sekali tidak memproduksi urine (anuria) pada seseorang.
“Soal apa penyebab utama penyakit ini, masih menunggu investigasi. Kami imbau masyarat tidak panik, tapi harus waspada,” katanya.
Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Jawa Timur Perwakilan V Malang Raya, dr Harjoedi Adji Tjahjono, mengimbau masyarakat tak memberikan obat cair maupun sirup pada anak sembari menunggu hasil penelitian BPOM.
“Tetap waspada, jangan sampai dehdrasi. Bila anak tak buang air kecil mendadak dalam 12 jam atau malah sama sekali tidak kencing selama satu hari segera periksa kesehatan,” katanya.
Spesialis ginjal pada klinik anak di RSSA Malang, dr Astrid Kristina Kardani, menambahkan, dari semua pasien anak gagal ginjal akut yang dirawat di rumah sakit milik Pemprov Jatim itu ada sekitar 90 persen di antaranya harus mendapatkan hemodialisa atau cuci darah.
“Lebih dari lima puluh persen pasien bisa lepas hemodialisa dan yang meninggal tiga puluh persen. Begitu ada gejala harus cepat ditangani agar kondisinya bisa lebih baik,” ucapnya.
Pasien Gagal Ginjal Akut Anak
Direktur RSSA Malang, dr Kohar Santoso, enggan menyebut berapa total kasus Gagal Ginjal Akut Progesif Atipikal pada anak yang ditangani oleh rumah sakit di bawah Pemprov Jawa Timur tersebut.
“Benar ada kasus itu. Soal data nanti akan top down dari Kementerian Kesehatan,” kata Kohar di Malang.
Kepala Ruangan Pediatric Intensive Care Unit (PICU) Anak RSSA Malang, dr Susanto Nugroho, mengatakan seluruh kasus GGAPA di rumah sakit itu adalah pasien rujukan dari rumah sakit di Malang, Sidoarjo, Pasuruan dan Blitar.
“Masih ada satu pasien dirawat di ruang PICU anak, memang ada kecurigaan ke arah ginjal akut atipikal. Itu berdasarkan kriteria yang dibuat Kemenkes. Datanya akan dirilis oleh Kemenkes,” kata Susanto.
RSSA Malang merupakan salah satu dari 14 rumah sakit yang ditunjuk Kemenkes untuk penanganan kasus ini. “Kami ada tenaga dan sarana prasarana memadai untuk merawat pasien kasus ini,” tutur Susanto.
Advertisement