12 Anak di Sumbar Meninggal karena Gagal Ginjal Akut, 10 Masih Dalam Perawatan

Total kasus gagal ginjal akut di Sumbar mencapai 22 kasus.

oleh Novia Harlina diperbarui 20 Okt 2022, 16:00 WIB
Diterbitkan 20 Okt 2022, 16:00 WIB
Banner Infografis Gagal Ginjal Akut Misterius Renggut Jiwa Anak Indonesia
Banner Infografis Gagal Ginjal Akut Misterius Renggut Jiwa Anak Indonesia (Liputan6/com/Triyasni)

Liputan6.com, Padang - Sebanyak 12 anak di Sumatera Barat dilaporkan meninggal dunia akibat gagal ginjal akut hingga Rabu (19/10/2022) malam. Kasus gagal ginjal akut pada anak di provinsi ini diketahui mulai meningkat pada akhir Juli 2022.

Kemudian untuk total anak yang mengalami gagal ginjal akut di Sumbar yakni 22 orang, yang di antaranya 12 meninggal dunia, dan sisanya masih menjalani perawatan intensif.

"Iya saat ini ada 10 orang dirawat di RSUP M Djamil Padang, dan 2 lainnya di luar Kota Padang," kata Kepala Dinas Kesehatan Sumbar, Lila Yanwar, Kamis (20/10/2022).

Ia menyampaikan saat ini tingkat kesembuhan dari anak yang mengalami gagal ginjal akut masih rendah. Di antara 10 anak yang dirawat di RSUP M Djamil, terdapat satu anak yang mulai menunjukkan proses pemulihan, namun masih diperlukan perawatan yang intensif.

Namun demikian ia menyebut penyebab utama anak yang mengalami gagal ginjal akut hingga kini belum bisa dipastikan.

"Penyebab meningkatnya kasus ginjal akut pada anak belum bisa dipastikan. Masih dalam tahap penyidikan," ujarnya.

 

Gejala Anak Gagal Ginjal

Lila mengatakan penyakit ini harus menjadi perhatian bersama mulai dari pusat maupun provinsi. Pihaknya juga telah membentuk Satuan Tugas dan saling berkoordinsi baik itu dengan IDAI Sumbar maupun BPOM Sumbar.

Untuk lebih jauhnya, kita akan melalukan penyidikan kepada pihak keluarga, mulai dari konsumsi makanan, apaka pernah terpapar Covid-19, hingga komsunsi obat-obatan.

"Dengan demikian hasil penyidikan itu bisa menjadi bahan edukasi kita kepada masyarakat," katanya.

Sementara Kepala Pediatric Intensive Care Unit (PICU) RSUP M Djamil, dr. Indra Ihsan mengatakan para pasien menunjukkan gejala batuk, demam dan tidak dapat buang air, sehingga harus dilakukan proses cuci darah dan alat bantu ekresi.

"Jumlah anak yang mengalami kasus 60:40 antara laki-laki dan perempuan," ia menambahkan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya