Liputan6.com, Banyuwangi - Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi membenarkan adanya ribuan siswa putus sekolah di tahun 2022. Hasil mathcing data dengan DPRD Banyuwangi, bahwa benar ada 4.834 kasus putus sekolah di tahun lalu.
Kepala Dinas Pendidikan Banyuwangi, Suratno mengatakan telah menjawab pernyataan dewan dalam rapat khusus yang dilakukan beberapa waktu lalu. Hasilnya, data itu relatif sama.
"Hasilnya sama," kata Suratno, Sabtu (8/4/2023).
Advertisement
Kondisi ini, menjadi pekerjaan rumah yang harus dituntaskan. Oleh sebab itu tahun ini Pemkab Banyuwangi menambahkan kucuran dana hibah pendidikan sebesar Rp13 miliar untuk mengoptimalkan beberapa program.
Anggaran itu akan dikelola dengan berbagai program. Rinciannya antara lain, untuk beasiswa insidental sebesar Rp972 juta, beasiswa bidik misi Rp4,43 miliar.
Selanjutnya Garda Ampuh Rp2,34 miliar, Biaya Hidup Rp2,16 miliar, uang saku Rp 2,38 miliar, serta uang transport Rp771 juta.
"Termasuk juga untuk memperbaiki fasilitas pendidikan," ujarnya.
Di antaranya program Siswa Asuh Sebaya (SAS) yang dikembangkan menjadi 5 turunan program. Kemudian Garda Ampuh (Gerakan Daerah Angkat Anak Muda Putus Sekolah).
Kemudian ada program Aksara, (Akselerasi Sekolah Masyarakat), pun juga ada Pelatihan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM).
Kemudian bantuan uang saku yang diberikan setiap hari. Untuk nilainya disesuaikan jenjang sekolah. Pelajar SD mendapatkan Rp10 ribu per hari, SMP Rp15 ribu per hari, dan SMA Rp20 ribu per hari.
Juga ada bantuan uang transportasi, para pelajar SD mendapatkan Rp10 ribu per hari, SMP Rp15 ribu per hari, dan SMA Rp20 ribu per hari.
Dengan serangkaian upaya itu, Pemkab berharap kasus putus sekolah dapat ditekan dan dientaskan. "Kita sih pinginnya zero," tegas Ratno.
Â
4 Ribu Lebih Anak di Banyuwangi Putus Sekolah
Sebelumnya Komisi IV DPRD Banyuwangi menyoroti tingginya angka putus sekolah di wilayah setempat. Catatan dewan di tahun 2022, total ada 4.834 siswa di Banyuwangi yang harus berhenti sekolah.Â
Sekretaris Komisi IV DPRD Banyuwangi, Khusnan Abadi mengatakan kasus tertinggi berada di Kecamatan Muncar, mencapai 459 siswa.
Disusul Kecamatan Genteng mencapai 408 siswa, Kecamatan Wongsorejo 372 siswa dan Kecamatan Kalibaru 263 siswa.
"Lainnya di bawah itu," ujar Khusnan.
Dia pun heran dengan persolan ini. Melalui anggaran yang sudah ada, padahal Dinas Pendidikan sudah menjalankan banyak program-program.
Sebut saja program SAS (Siswa Asuh Sebaya). Dirintis sejak zaman Abdullah Azwar Anas, di era ini program SAS kini telah dikembangkan menjadi 5 sub. Kemudian ada Garda Ampuh (Gerakan Daerah Angkat Anak Muda Putus Sekolah).
"Anehnya upayanya sudah seperti itu bahkan sampai mendapat penghargaan, tetapi fakta di lapangan angka putus sekolah masih sangat tinggi," kata Khusnan.
Â
Â
Advertisement