Liputan6.com, Banyuwangi - Perajin besek dari anyaman bambu di Dusun Papring, Kelurahan Kalipuro, Banyuwangi, kebanjiran pesanan jelang Hari Raya Idul Adha. Mereka yang memesan sebagian besar panitia Idul Adha dan masyarakat yang hendak menggelar hajatan.
“Besek saat ini menjadi alternatif penggunaan palstiki. Sejak awal Juni pemesanan meningkat hingga 60 persen. Rata-rata pemesan dari panitia idul Adha dan masyarakat yang hendak menggelar hajatan. kalau panitia Idul Adha digunakan tempat untuk daging, kalau masyarakat yang gelar hajatan biasanya digunakan untuk tempat suvenir mantenan,” ujar perajin besek anyaman bambu, Widi Nurmahmudi Selasa (27/6/2023)
Baca Juga
kata Widi, dalam sebulan ini sudah ada pesanan 12 ribu buah besek. pesanan ini termasuk dari pelangan tetap. Pihaknya harus kerja keras menyelesaikan pesanan-pesanan dari masyarakat tersebut.
Advertisement
“Saya hampir kewalahan menerima pesanan, ini saja sudah 12 ribu pesanan, pengrajin bekerja keras untuk menyelesaikannya. Sehinga ini sudah seminggu yang lalu kami sementara tidak menerima pesanan lagi. Karena saya tidak mau mengecewakan pelanggan dan harus selesai tepat waktu. Untuk pesanan besek panitia Idul Adha itu rata-rata berasal dari instansi pemerintah dan perusahan,” tambah Widi.
Menurut Widi, dia membuat besek dari anyaman bambu itu tidak sendirian. dia dibantu 8 orang yang tergabung dari Komunitas Kampung Papring Kreatif. Untuk memenuhi pesanan yang jumlahnya mencapai ribuan tersebut, Widi bersama 8 pemuda ini juga mengambil besek dari perajin lainnya di sekitar Dusun Papring tersebut.
“Jumlah preajin besek anyaman bambu di Dusun Papring ini mencapai sekitar 70-an orang. Tapi dari jumlah itu tidak semuanya perajin yang menerima berbagai model pesanan besek seperti yang diinginkan pelanggan. Hanya sekitar 16 perajin yang bersedia dan sanggup mengerjakan berbagai model besek sesuai pesanan pelanggan,” kata Widi.
Menurut Widi, untuk besek di luar ukuran normal, harganya berbeda dan lebih bernilai jual tinggi. Seperti suvenir berupa tas dari bahan besek ukuran 9x6 centimeter. ada juga kata Widi ukuran 9x13 centimeter dengan harga Rp 3.000 per besek. Sementara ukuran normal besek 15x15 centimeter dihargai Rp 2.000 per besek. Dan yang paling mahal ukuran 25x10 centimeter Rp 7.500 per beseknya.
“Sebenarnya ada juga yang pesan lebih besar, ukuran keranjang. Rencananya akan digunakan untuk tempat daging kurban sebelum dibagikan ke masyarakat. Ada pesanan sekitar 600 buah besek besar itu. harganya berkisar antara Rp. 12.500,” ujur Widi.
Harus Memasan Terlebih Dahulu
Untuk bisa mendapatkan besek dari anyaman bambu, kata Widi, harus memesan terlebih dahulu. Sebab, pihaknya tidak menyetok besek. Menurutnya, besek tersebut jika ditimbun gampang sekali rusak, terlebih lagi dia tidak punya tempat penyimpanan yang layak.
“Terlebih lagi jika terkena air, belum lagi nantinya resikonya dimakan binatang, seperti rayap dan binatang lainya,”kata Widi.
Untuk hasil penjualan besek anyaman bambu itu, 50 persen laba bersihnya akan dimasukan ke kas Komunitas Papring Kreatif, untuk biaya operasional Sekolah Alam Kampoeng Batara (Kampoeng Baca Taman Rimba). Sedangkan 50 persennya dibagi rata dengan para pemuda yang ikut bekerja mengerjakan besek anyaman bambu tersebut.
“Semoga besek ini semakin degemari masyarakat penganti kantong plastik. Selain menjaga lingkungan, juga bisa membantu perekonomian warga terutamnya di Dusun Papring ini,” pungkas Widi.
Advertisement
Mengurangi Volume Sampah
Sementara itu, Pemerhati Lingkungan dari Sustainable Waste Banyuwangi, Novian Darma Putra, menyambut baik, mulai beralihnya masyarakat dari kantong plastik sekali pakai. Hal ini bisa dipastikan akan mengurangi volume sampah plastik pada Hari Raya Idul Adha.
“Alhamdulillah, ini kabar yang cukup mengembirakan. dan saya berharap ini terus dilakukan masyarakat luas beralhih dari kantong plastik sekali pakai ke besek yang jelas sangat ramah lingkungan. Semoga panitia Idul kurban lainya juga menggunakan kantong ramah lingkungan untuk tempat daging kurban nantinya,”ujur Novian Darma Putra.
Novian berpesan kepada para perajin besek dari anyaman bambu, agar tidak berlebihan menebang pohon bambu. Sebab pohon bambu tersebut juga berfungsi sebagai sumber mata air. Sehingga jika penebangan bambu dilakukan secara berlebihan dikhwatirkan sumber mata air akan hilang.
“Saya berpesan saja kepada para perajin jika menebang bambu tidak terlalu berlebihan. karena biar bagaimanapun pohon bambu juga berfungsi sebagai resapan air.Saya khawtair jika menembangnya dilakukan secara berlebihan justrun akan menghilangkan sumber mata air di sekelilingnya,”Kata Novian.
Novian meminta, perajin besek anyaman bambu selalin mengambil bambu untuk membuat besek, juga menananya. Sehingga dengan sistem tambal sulam ini, kelestarian pohon bambu tetap terjaga dan bisa dimanfaatkan selamanya.