Hujan Tak Kunjung Turun, Petani Banyuwangi Sambat Pertumbuhan Padi Tidak Maksimal

Petani di Banyuwangi, sedang dihadapkan tantangan serius dalam pertanian. Karena hujan tak kunjung turun selama beberapa bulan, mengakibatkan pertumbuhan tanaman padi mereka tidak maksimal hingga mulai mengering.

oleh Hermawan Arifianto diperbarui 28 Okt 2023, 14:04 WIB
Diterbitkan 28 Okt 2023, 14:04 WIB
Akibat kekurangan air tanaman padi di Banyuwangi rusak dan menguning (Hermawan Arifianto/Liputan6.com)
Akibat kekurangan air tanaman padi di Banyuwangi rusak dan menguning (Hermawan Arifianto/Liputan6.com)

 

Liputan6.com, Banyuwangi Hujan yang tak kunjung turun selama beberapa bulan, mengakibatkan pertumbuhan tanaman padi di Banyuwangi tidak maksimal hingga mulai mengering. Mereka berharap hujan segera tujun dan pagi bisa tumbuh normal.

Bambang, salah satu petani asal Rogojampi Banyuwangi, menyatakan, lebih dari dua bulan ini wilayah pertanianya belum juga diguyur hujan, padahal usia padi miliknya masih 25 Hari Setelah Tanam (HST).

“Ini tantangan dan susahnya jadi petani, musuhnya cuaca dan permainan harga jika sudah panen,” ucap Bambang, Jumat (27/10/2023).

Meskipun di lingkungan sawah milik Bambang mendapat giliran air irigasi, namun pria 55 tahun itu merasa belum tercukupi untuk sawahnya yang berukuran sebahu atau kurang lebih atau  7.000-7.400 meter persegi. Apalagi air yang iya dapatkan juga terkadang tidak mengalir pada ladangnya.

Hal itu dikarenakan, sawah yang berada paling dekat dengan sumber air, pasti akan banyak menimbun air. Saat air irigasi mencapai sawah milik Bambang, debit hingga air yang diperolehnya sudah tidak banyak lagi, membuat sawahnya tergenang sebagian dan tidak menyeluruh secara sempurna.

“Ya jadi, beberapa kedokan atau demplot, pertumbuhan padinya kurang bisa maksimal dan cenderung mulai menguning,” katanya.

Bukan hanya itu, krisis air yang terjadi saat kemarau ini, membuat petani-petani lain bermain curang. Bambang menerangkan, meskipun saat jadwal pembagian jatah air irigasi, petani lain acapkali menutup irigasi air yang mengalir di sawah miliknya selama semalaman, dan mengalirkan ke sawah lain tanpa minta izin.

“Jadi pagi saya ke sawah, air yang masuk hanya di satu demplot saja, padahal sorenya air sudah harus ditutup dan digilir ke yang lain,” papar Bambang. 

Akibat banyaknya kendala tersebut, sebagian tanaman padi milik Bambang telah menguning dan tumbuh kurang maksimal, terlebih tanah di sawahnya sudah mulai menunjukkan retakan, tanda kekurangan air.

“Ya semoga saja segera turun hujan, biar semua pertanian kembali normal dan petani tidak lagi berebut air,” harap Bambang.

Puncak Musim Hujan Februari 2024

Prekirwan BMKG Banyuwangi Agung Dwi Nugroho (Hermawan Arifianto/Liputan6.com)
Prekirwan BMKG Banyuwangi Agung Dwi Nugroho (Hermawan Arifianto/Liputan6.com)

Sementara itu, Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kelas III Agung Dwi Nugroho memaparkan, jika pada 2023 ini terjadi anomali cuaca yaitu El Nino, yang mengakibatkan mundurnya jadwal masuk musim hujan sehinggan musim kemarau tahun ini sedikit panjang.

“Biasanya Oktober sudah masuk masa peralihan dan muncul hujan, tapi tahun ini mundur. Jadi bisa dikatakan ini masih masuk musim kemarau,” jelas Agung.

Menurut Prediksi BMKG, Agung mengatakan, masuk bulan November sudah akan mulai hujan dibeberapa titik wilayah Banyuwangi. Turunnya hujan bakal diawali di kawasan terutama wilayah dataran tinggi seperti Kecamatan Licin, Songgon Sempu dan sekitarnya. Kemudian bisa dikatakan masuk musim penghujan pada Desember.

“Untuk puncak musim hujan diprakirakan Januari atau Februari 2024,” pungkas Agung. 

 

Infografis Tragedi Mematikan Pesta Halloween di Itaewon Korea Selatan
Infografis Tragedi Mematikan Pesta Halloween di Itaewon Korea Selatan (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya