Libur Nataru Berbarengan dengan Musim Peralihan, Wisatawan di Banyuwangi Diimbau Waspada Cuaca Buruk

Sejumlah witawasan yang akan menyeberang ke Pulau Bali melalui Pelabuhan Ketapang Banyuwangi ataupun melalui bandara, diimbau untuk waspada. Sebab, saat ini Banyuwangi tengah masuk masa transisi dari kemarau ke musim hujan.

oleh Hermawan Arifianto diperbarui 05 Des 2023, 23:59 WIB
Diterbitkan 05 Des 2023, 23:59 WIB
Ilustrasi Pelabuhan Ketapang Banyuwangi (Hermawan Arifianto/Liputan6.com)
Ilustrasi Pelabuhan Ketapang Banyuwangi (Hermawan Arifianto/Liputan6.com)

 

Liputan6.com, Banyuwangi Sejumlah wisatawan yang akan menyeberang ke Pulau Bali melalui Pelabuhan Ketapang Banyuwangi ataupun melalui bandara, diimbau untuk waspada. Sebab, saat ini Banyuwangi tengah masuk masa transisi dari kemarau ke musim hujan.

“Pada saat Libur Nataru nanti, Banyuwangi maupun wilayah Bali memasuki fase hujan. Untuk itu saat Nataru nanti BMKG akan membuat posko di Pelabuhan Ketapang dan Bandara Blimbingsari,” kata Prakirawan Badan Meteorologi Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kelas III Banyuwangi I Gede Agus Purbawa.

Gede, menambahkan, kepada masyarakat yang ingin menggunakan jasa angkutan udara maupun laut, dipredikasi akan mengalami penundaan tergantung dari situasi cuaca. Terlebih, Gede, menuturkan hujan lebat memang sering terjadi pada akhir tahun. 

Adanya penundaan atau delay tersebut perlu dilakukan, karena pada saat kondisi hujan atau cuaca sedang buruk, akan berpengaruh pada munculnya gelombang tinggi dapat membuat kapal kesulitan masuk dermaga.

“Mungkin ditutup bisa hitungan 1 sampai 2 jam, akan kembali dibuka saat cuaca sudah semakin membaik,” tandasnya.

Sama seperti jasa angkutan laut. Delay karena cuaca buruk yang akan akan terjadi saat libur Nataru itu juga akan dirasakan maskapai penerbangan di Bandara Blimbingsari. Dalam dunia penerbangan cuaca buruk bisa mengganggu jarang pandang (visibility) yang pendek.

“Saat jarak pandang kurang dari 5.000 Meter, bandara harus close tidak boleh adanya take off maupun landing,”

“Terlebih Bandara Blimbingsari, masih menggunakan visual dan belum dilengkapi instrument landing system (ILS), jadi minumun jarak pandang harus 5 Kilometer,” imbuh Gede.

 

Waspadai Munculnya Awan CB

Prekirawan BMKG Banyuwangi I Gede Purbawa tunjukan kondisi cuaca di wilayah Banyuwangi dan sekitarnya (Hermawan Arifianto/Liputan6.com)
Prekirawan BMKG Banyuwangi I Gede Purbawa tunjukan kondisi cuaca di wilayah Banyuwangi dan sekitarnya (Hermawan Arifianto/Liputan6.com)

Bukan itu saja, ganguan cuaca buruk berupa hujan lebat yang dapat disertai petir dan angin kencang saat Nataru itu, selain jarak pandang, juga munculnya awan Cumulonimbus yang menjadi ketakutan para pilot.

Ketakutan itu muncul karena awan Cumulonimbus dapat memproduksi Windshear atau perubahan arah dan kecepatan angin, yang bisa membuat pesawat tenggelam (downdraft) atau biasa disebut istilah guncangan pada tubuh pesawat atau Turbulensi dalam badai.

“Diimbau untuk masyarakat, selalu memantau informasi cuaca yang muncul dari laman BMKG saat mendekati Libur Nataru,” tutur Gede.

 

Infografis Tradisi Makan Bersama dari Berbagai Daerah di Indonesia
Infografis Tradisi Makan Bersama dari Berbagai Daerah di Indonesia. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya