Liputan6.com, Banyuwangi - Produk pertanian dan perkebunan Banyuwangi banyak diminati. Seperti di Dusun Wonokusumo, Desa Telemung, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi, yang dikenal sebagai sentra prouksi gula semut organik.
Terletak di kaki Pegunungan Ijen Banyuwangi, produksi gula organik "Tetes Seludang" ini banyak digemari kalangan menengah ke atas.
Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan, gula semut banyak digemari.
Advertisement
Gula semut atau yang juga dikenal gula kelapa (nira) ini, memiliki banyak manfaat kesehatan. Mulai dari mencegah anemia, diabetes, kolesterol, meningkatkan daya tubuh, melancarkan peredaran darah, dan manfaat lainnya.Â
"Saya sudah coba, rasanya enak, manisnya terasa, dan yang penting banyak manfaat untuk kesehatan. Banyak varian rasanya, ada original, jahe merah, jahe putih, dan lainnya," kata Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, Sabtu (3/2/2024).
"Kemasannya menarik dan harganya terjangkau. Proses produksinya dilakukan secara organik dan higienis. Sudah ada sertifikat halal dan PIRT (Pangan Industri Rumah Tangga)," tambah Ipuk.
Ipuk mengapresiasi proses kreatif warga dusun ini, yang menjual olahan kelapa/aren dalam produk jadi seperti gula semut, sehingga nilai ekonomisnya meningkat. "Tidak hanya gula semut, di sini juga ada gula jawa, dan varian gula organik lainnya," kata Ipuk.
Untuk mendukung industri kreatif para petani dan pengrajin di dusun ini, Pemkab Banyuwangi telah memberikan pelatihan-pelatihan, dan memfaslitasi sertifikasi halal dan PIRT. Selain itu, Pemkab juga memfasilitasi mereka menjadi anggota BPJS Ketenagakerjaan.
Produk gula semut di dusun merupakan industri rumahan. Terdapat sekitar 20 petani nira dan 15 pengrajin yang tergabung dalam kelompok tani Makmur Bersama.
Proses pembuatan gula semut dusun ini seluruhnya dilakukan secara organik. Terdapat SOP (standard operating procedure) untuk setiap pengrajin. Mulai dari persiapan bahan baku, pemasakan, kristalisasi, pengayakan, pengeringan, hingga pengemasan dilakukan secara organik dan higienis.
"Proses pembuatan sudah ada standartnya. Semua dilakukan secara organik tanpa bahan kimia atau non sodium metabisulfit," kata salah satu pengrajin, Ahmad Fauzan.
Rata-rata satu pengrajin mampu menghasilkan sekitar 5 kg gula organik dalam satu hari. Dengan demikian sehari rata-rata di dusun ini memproduksi sekitar 75 kg gula semut. Jumlah tersebut bertambah ketika banyak pesanan.
Peminat Gula Semut Banyak Dari Luar Banyuwangi
Fauzan mengatakan peminat dari gula semut banyak yang dari luar Banyuwangi. "Peminatnya banyak dari kalangan menengah ke atas. Ada yang datang langsung ke outlet, pesan online dan lainnya," kata pemuda berusia 24 tahun tersebut.
Fauzan menjelaskan produksi gula semut di sini dikerjakan oleh anggota keluarga di rumah. Ayahnya yang mengambil nira, sementara Fauzan dan ibunya yang membuat gulanya.Â
Selain gula semut, menurut Fauzan, juga memproduksi gula jawa. Untuk gula jawa, tiap hari Fauzan bisa memproduksi sekitar 20-30 kilogram.Â
"Kini kami juga tengah mengembangkan produk turunannya, yakni susu gula semut. Semoga juga disukai oleh masyarakat," tambahnya.
Advertisement