Liputan6.com, Jakarta - Menter Koordinator (Menko) Pemberdayaan Masyarakat, Muhaimin Iskandar alias Cak Imin menilai wacana untuk meliburkan sekolah selama bulan puasa tidak diperlukan. Sebab, kata dia, belum ada konsep yang jelas bagaimana dunia pendidikan dihentikan sementara hanya karena memasuki bulan Ramadhan.
"Saya kira tidak perlu ya. Karena libur ramadhan itu belum jelas konsepnya," ungkap Cak Imin kepada wartawan, Sabtu (11/1/2025).
Baca Juga
Menurut Imin, kegiatan belajar mengajar selama bulan Ramadhan harus tetap diberlangsungkan seperti sebelum-sebelumnya. Bukan berarti harus mengehentikan sementara pendidikan yang seharusnya didapatkan oleh para siswa.
Advertisement
"Tetap saja jalan puasa tidak menghentikan semua," Imin menandaskan
"Bukan hanya kelamaan puasa itu seperti kebiasaan sehari-sehari jangan dibedakan, yang enggak kuat puasa ya tidak apa-apa," tutup dia.
Diketahui, beberapa waktu belakangan mencuat wacana libur sekolah selama Ramadan. Merespons hal ini, Wakil Menteri Agama (Wamenag) Romo Muhammad Syafi'i mengaku sudah mendengar wacana itu meski belum dibahas oleh pemerintah.
"Kami belum bahas, tapi wacananya kayaknya ada, tapi saya belum bahas itu," kata Romo ditemui di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (30/12/2024).
Meski begitu, politisi Gerindra ini telah mempertegas bahwa memang ada wacana libur sekolah sela satu bulan saat Ramadan. "Sudah ada wacana," ujar Romo Syafi'i.
Wacana Libur Ramadhan Sebulan, DPR Minta Pemerintah Segera Putuskan Format Belajar dari Rumah
Anggota Komisi X Fraksi PKB DPR RI Habib Syarief Muhammad Alaydus merespons wacana libur selama Ramadhan sebulan penuh. Dia meminta Kementerian Agama (Kemenag) dan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) duduk bersama membahas rencana tersebut.
Habib Syarief, mengatakan rencana libur selama Ramadhan sebulan penuh merupakan hal yang baik, jika ditujukan guna memberikan kesempatan para siswa untuk menjalankan ibadah dengan optimal sehingga dapat meningkatkan sisi spiritualitas mereka.
"Tujuan libur selama Ramadhan sangat baik. Para siswa kita bisa fokus ibadah dan belajar agama. Kami mendukung rencana itu," ujar Habib Syarief BNN pada wartawan, Sabtu (4/1/2025).
Menurut dia, rencana libur selama Ramadhan itu harus dimatangkan, karena Ramadhan tinggal dua bulan lagi. Kemenag dan Kemendikdasmen harus duduk bersama membahas rencana tersebut, sehingga program tersebut bisa terlaksana dengan baik.
“Sampai saat ini, belum ada format yang jelas dan detail terkait libur selama Ramadhan. Masih banyak pertanyaan yang muncul. Apakah semua kegiatan sekolah diliburkan, sehingga tidak ada kegiatan sama sekali selama Ramadhan? Atau meliburkan pembelajaran formal dan diganti dengan pembelajaran keagamaan?,” kata dia.
Advertisement
Soal Format
Jika anak-anak fokus belajar agama dan beribadah, Syarif mempertanyakan seperti apa formatnya. Hal itu menurutnya harus segera dibahas
"Pertanyaan-pertanyaan itu yang harus dijawab, sehingga sekolah dan orang tua siswa tidak bingung dan bertanya-tanya lagi," papar Habib Syarief.
Sebab, kata Habib Syarief, jika kegiatan selama Ramadhan diserahkan penuh kepada orang tua, maka meraka akan kesulitan mengaturnya. Apalagi jika kedua orang tua sama-sama bekerja. Bahkan, walaupun salah satu orang tua tidak bekerja, mereka tetap akan kesulitan.
“Kalau anak-anak mengisi liburan Ramadhan hanya di rumah, maka mereka akan cepat bosan. Orang tua pun akan kesulitan mengatur kebosanan anak selama Ramadhan. Dikhawatirkan anak-anak akan semakin sering bermain handphone di rumah,” terangnya.
Reporter: Rahmat Baihaqi
Sumber: Merdeka.com