Divisi Operasi
PT Brantas Abipraya hingga kini setidaknya memiliki tiga divisi operasi, yaitu:
- Divisi Operasi 1 yang berfokus pada Gedung dan Bangunan,
- Divisi Operasi 2 yang fokus pada pembangunan Sumber Daya Air, dan
- Divisi Operasi 3 yang berfokus pada pengerjaan Jalan dan Jembatan juga infrastruktur.
Bangun Kembali Jalan Nasional Batu Putih NTT yang Tersapu Banjir Bandang
Perseroan memberikan dukungan dalam penanganan bencana di Nusa Tenggara Timur (NTT). Bersama Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Brantas Abipraya membenahi NTT khususnya Kupang melalui Proyek Tanggap Darurat untuk percepatan peningkatan konektivitas.
Proyek yang saat ini tengah dikerjaan adalah penanganan jalan nasional di Kupang, yaitu Proyek Pekerjaan Tanggap Darurat Longsoran Batu Putih cs.
Sejumlah daerah masih terisolasi pasca bencana banjir bandang akibat badai siklon tropis Seroja di sejumlah daerah di NTT. Hal ini dikarenakan banyaknya jalan yang rusak, bahkan terputus.
Mulai dikerjakan pada 15 April 2021, Brantas Abipraya menyampaikan keoptimisannya dapat menyelesaikan penanganan jalan ini pada 15 Oktober 2021. Nantinya diharapkan dapat membuka akses kendaraan roda dua maupun roda empat sehingga proses evakuasi dapat semakin lancar dan cepat tertangani secara merata, serta mempermudah pendistribusian logistik.
Pencapaian 10 Tahun Terakhir
Dalam kesempatan wawancara yang dilakukan bersama Dirut Brantas Abipraya, Bambang E Marsono mengatakan selama 10 tahun terakhir secara overall hasil usaha Perseroan grafiknya menanjak cukup tajam.
Strategi yang Perseroan lakukan secara konsisten adalah : Penetrasi Pasar, Penetrasi Produk, dan Diversifikasi. Diversifikasi pun terbatas pada bidang-bidang yang sesuai dengan core competences kami.
Kalau dulu mungkin melihat Brantas Abipraya hanya mengerjakan proyek-proyek sumber daya air. Sekarang Perseroan sudah mengerjakan berbagai jenis proyek mulai dari gedung, jalan, jembatan, pelabuhan, bandara, air minum dan sebagainya. Itu hasil daripada Penetrasi produk yang kami lakukan.
Sedangkan Penetrasi Pasar menghasilkan perolehan proyek dari Owner yang lebih bervariasi. Kalau dulu Perseroan hanya mendapatkan proyek-proyek dari Kementerian PUPR, dulu biasa disebut Departemen Pekerjaan Umum, sekarang Perseroan sudah merambah ke kementerian lainnya, Pemda, BUMN, bahkan Perusahaan Swasta.
Selain itu, Perseroan juga melakukan diversifikasi yang terkait dengan bisnis inti. Tidak hanya diversifikasi dalam bidang jasa konstruksi, tapi juga sudah melangkah menjadi investor untuk beberapa bisnis yang lain. Seperti jalan tol, properti, dan pengadaan daya listrik atau PLTM-PLTM, khususnya powerplant yang terkait dengan energi baru terbarukan.
Lika Liku di Tengah Pandemi
Seperti halnya perusahaan yang lain, tentu saja dengan adanya pandemi, Perseroan pun sangat-sangat terganggu. Hampir semua bisnis terganggu, ada yang sampai gangguannya begitu parah, sehingga harus mem PHK karyawan, atau bahkan menutup usahanya sama sekali. Untuk Abipraya secara umum gangguan yang terjadi dapat kami kelompokkan menjadi 2 jenis yaitu gangguan eksternal dan internal.
Secara eksternal gangguan yang terjadi adalah menurunnya jumlah proyek yang diperoleh, baik proyek Pemerintah, BUMN, maupun Swasta. Proyek-proyek yang kontraknya sudah ditanda tangani pun banyak yang pelaksanaannya ditunda, atau bahkan dibatalkan. Secara internal operasional kami juga terganggu.
Kecepatan pelaksanaan proyek berkurang jauh karena Perseroan harus membatasi jumlah tenaga kerja dan jam kerja, sesuai dengan Prosedur Kesehatan dalam rangka Penanggulangan Covid 19. Pengadaan beberapa material proyek, terutama barang-barang impor juga sangat terhambat. Kalaupun tersedia barang, harganya akan mengalami kenaikan cukup signifikan.
Untuk proyek-proyek BUMN, kondisinya tidak jauh berbeda, mereka sangat menderita juga. Seperti misalnya BUMN yang terkait dengan bisnis angkutan, baik udara, laut maupun darat, boleh dikatakan pelanggannya turun drastis, sehingga proyek-proyek mereka semua ditunda atau dibatalkan. Itu tentunya berpengaruh untuk market kami.
Juga untuk sektor pemerintah, walaupun pemerintah mendorong pembangunan infrastruktur, namun demikian anggarannya sangat terbatas karena sebagian anggaran dipakai untuk penanggulangan Covid-19. Sehingga anggaran yang sudah dialokasikan ada beberapa yang mengalami reposisi, dialihkan untuk penanggulangan Covid-19.
Oleh karenanya secara eksternal tentu pasar Perseroan menurun, proyek-proyek baru menurun, proyek-proyek lama juga banyak yang tertunda sehingga sales pun jauh menurun. Kemudian dari sisi internal, pelaksanaan proyek harus taat kepada protokol kesehatan. Jadi jumlah pekerja harus dikurangi, prosedur di proyek juga harus dipenuhi. Semua itu pengaruhnya tentu saja kepada produktivitas jauh menurun. Kemudian biaya pelaksanaan proyek jadi membengkak.
Belum lagi ditambah biaya untuk kesehatan, untuk penanggulangan Covid-19, biaya untuk obat-obatan dan sebagainya. (Hand) sanitizer, masker dan lain-lain tentu menambah biaya produksi.
Pada awal pandemi, Perseroan juga telah mempersiapkan dengan menyusun beberapa skenario. Ada skenario bila pandemi ini berlangsung selama 3 bulan, 6 bulan seperti apa, 9 bulan seperti apa, 12 bulan seperti apa. Dan kenyataannya pandeminya ini lebih dari 12 bulan.
Akhirnya 2020 terlewati dengan baik oleh Perseroan. Abipraya masih bisa mencetak laba. Walaupun targetnya direvisi, jadi sekitar bulan Juni sebelum berakhirnya semester I (2020), Kementerian BUMN sudah menyadari bahwa pandemi ini dampaknya luar biasa, sehingga BUMN-BUMN diberi kesempatan untuk mengajukan revisi terhadap RKAP tahun 2020.
Â